PROLOG

42 4 1
                                    

"Aku cuma mau bilang, just don't fall in love with me."

Harusnya Viola sadar, ketika pria itu mengucapkan kata-kata itu.

Harusnya Viola menuruti ucapan pria itu, yaitu jangan jatuh cinta kepadanya.

Harusnya Viola mendengarkan pikirannya yang jauh lebih pintar daripada hati bodohnya.

Harusnya Viola tidak mencari tahu lebih tentang pria itu.

Tidak, semuanya salah.

Yang benar adalah, harusnya Viola tidak bertemu dengannya hari itu.

Hari dimana hidup Viola berubah total, dan ia menyadari penyebabnya.

Penyebabnya tak lain adalah pria itu.

Viola kemudian memejamkan matanya, menghela nafas berat, ditemani dengan rintik hujan yang perlahan menjadi deras. Ia lalu kembali membuka matanya, melihat ke arah awan berwarna abu-abu yang menghiasi langit sore.

Viola kemudian membuka payung biru miliknya dan berjalan di bawah hujan. Hujan tidak menghalangi jalanan untuk tetap ramai, banyak orang yang berlalu lalang. Ia lalu berhenti di persimpangan, menunggu lampu merah.

Dan ketika ia melihat ke atas, kedua matanya membeku di tempat itu juga. Terlihat sebuah layar besar yang biasa digunakan untuk menyiarkan berita orang-orang yang berkuasa di dunia.

Namun itu tidak penting, karena yang penting bagi Viola adalah ia melihatnya.

Melihat pria itu.

Orion Orlando.

The GravityWhere stories live. Discover now