IV. Because We're Married

883 58 2
                                    

Happy reading guys. Salam cinta dari penulis

Ninda_Rayanti

***

Pengajian untuk Serafina terlaksana dengan lancar, di hadiri oleh beberapa sahabat Serafina yang lain dan beberapa teman kuliah Cashya yang ikut berkabung dengan meninggalnya Serafina.

Indah pun datang sembari memeluk Cashya, memberi kekuatan pada Cashya jika ia masih memiliki Indah.

Tak ayal banyak dari teman-teman Serafina yang juga teman baik Zeka, mereka tentu saja kaget melihat kehadiran Zeka di sana.

Setelah acara pengajian itu selesai, teman-teman Serafina yang juga teman baik Zeka berkerumun mendekatinya. Hal itu tidak luput dari perhatian Cashya.

Bahkan ada juga seorang perempuan seusia ibunya yang mencoba mendekati Zeka karena ia telah lama menjanda. Jika Cashya tidak bisa menahan diri, tidak mengingat jika ini adalah pengajian ibunya, juga tidak mengingat bahwa perempuan itu adalah teman baik ibunya. Maka sudah bisa dipastikan Cashya akan melabrak perempuan itu dan mengatakan jika Zeka telah memiliki dirinya sebagai istri.

"Shya, Baba lo di mana?" Diana teman kuliah Cashya yang ikut menghadiri pengajian ini tiba-tiba bertanya.

Seketika pandangan Cashya beralih dari memperhatikan Zeka, kini menatap Diana intens. Bibirnya kelu, tak mungkin menjawab secara gamblang apa yang sebetulnya terjadi.

Dengan rasa kebingungan itu, air matanya mengalir. Menyadari jika kini keluarganya tidak seutuh dulu, Aai yang ia sayangi telah pergi dan Baba yang ia banggakan kini menjadi tahanan.

***

Sedikit beralih pada Zeka, ia tidak menyangka teman-teman semasa sekolahnya dan Serafina akan datang. Bertanya banyak akan keberadaan dirinya selama ini.

Bahkan Saras, perempuan yang dari dulu telah menyatakan suka padanya kini bergelanyut manja di lengannya karena ia telah menjadi janda baru-baru ini.

Zeka juga menyadari jika diam-diam sedari tadi, Cashya memperhatikannya dari jauh. Tatapan matanya tajam pada Saras, seakan-akan ia ingin menguliti tubuh Saras saat ini juga.

Secara tiba-tiba Saras berucap pelan. "Oh iya, dari tadi aku tidak melihat Bang Idris? Bang Idris di mana ya kita-kira?"

Saras tidak mau menyingkir sama sekali dari gelendotan manjanya di lengan Zeka sekalipun Zeka sudah mencoba melepaskan diri, sementara Zeka tidak mau menjawab tanya Saras.

"Oh iya, kamu belum tahukan? Di sana ada anakku, namanya Diana. Diana itu juga teman baik Cashya, kalau nanti kamu jadi suamiku, Diana juga akan menjadi anakmu juga." Saras berucap lagi.

Pandangan Zeka yang tadi sempat teralihkan dari Cashya mulai memusat lagi, kini ia melihat air mata keluar dari pipi Cashya. Zeka melepas kasar Saras, membuat Saras hampir terpelanting. "Maaf Saras. Saya harus ke sana."

Zeka berjalan menuju Cashya, sementara Diana masih menatap Cashya bingung. Sebab bukan tangisan yang ingin Diana dengar, namun jawaban Cashya.

"Cashya." Zeka memanggil.

Cashya yang dipanggil menoleh ke arah Zeka, dengan cepat ia berdiri dan berlari memeluk suaminya. "Hey, kamu kenapa?"

Zeka menyentuh lembut dagu istrinya, seakan Cashya adalah kristal yang akan mudah pecah bila ia tidak menyentuhnya hati-hati.

Saras walaupun hampir terpelanting karena Zeka dorong tadi ternyata mengikuti langkah Zeka, ia mendekat dan berusaha melepaskan Cashya dari pelukkan Zeka.

Istri Muda On viuen les histories. Descobreix ara