XXXIII. Sweet Conflic

297 17 0
                                    

Happy reading guys. Salam cinta dari penulis

Ninda_Rayanti

***

"Kamu tahu, betapa kagetnya kita pas tahu ternyata kalian dilahirkan pada tanggal yang sama? Kaya gimana ya, itu destiny banget. Shya!"  Aleah tak menyangka keajaiban menghampiri Cashya dan Zeka.

Cashya tersenyum samar. "Bukan cuma itu aja, buat aku sama Mas Zeka ini lebih dari takdir. Ini keajaiban." 

Xochiquetzal mengerutkan kening, ia bingung dengan makna keajaiban yang Cashya ucapkan. Sampai Zeka tersenyum, sedikit menerawang masa lalu. "Dua puluh tahun yang lalu tepat di jam yang sama seperti hari ini, saya mengingat dengan jelas tanggal berapa hari itu. Untuk kedua kalinya saya merasakan hari ulang tahun di rumah sakit, kesekian kalinya saya berdoa pada Tuhan bukan untuk diri saya namun untuk Serafina dan Cashya. 

Saya sadar betul saat itu, saat-saat di mana Bang Idris masih berada di Kalimantan dan di saat yang sama saya harus mendampingi Serafina melahirkan Cashya. Membuat dokter semakin salah paham dengan kehadiran saya, dokter berpikir jika saya adalah ayahnya Cashya. Sebab dari Serafina mengabarkan kehamilannya sampai kelahiran Cashya, saya yang menemaninya cek kandungan. Sedikit lucu sebenarnya jika harus mengingatnya lagi, apa lagi saya yang pertama kali melihat rupa malaikat dalam wajah Cashya saat ia masih semerah tomat. 

Saya pikir setelah lahirnya Cashya, semua ketegangan itu berkhir. Ternyata tidak, Serafina mengalami pendarahan yang parah. Membuatnya koma selama sepuluh hari, sepulangnya Idris dari Kalimantan. Semua perhatian Idris tercurah pada kondisi Serafina yang menurutnya jauh lebih parah, saya tidak bisa membiarkan Cashya sendirian. Ditambah pada saat itu para dokter telah memberondong saya dengan pertanyaan yang sama setiap harinya. 

Siapa namanya?

Tanpa pikir panjang, saya lalu menamainya Caera Barsha Davidya ...." 

Zeka terhenti karena tertawa, tawa yang bisa mengartikan itu adalah ungkapan kepedihan, keharuan dan kebahagiaan yang menjadi satu. "Saya merasa Cashya saat itu adalah putri saya, tidak ada yang lebih peduli pada Cashya selain saya dan Ibunya yang sedang terbaring koma. Hampir saja saya egois, menamainya dengan Caera Barsha Davidya Auriga. Namun saya sadar Cashya adalah keturunan Maheswara. 

Namun saya tidak menyangka, Tuhan memberi saya jawaban sembilan belas tahun kemudian. Bukan dengan menjadikan Cashya putriku, tapi menjadikan Cashya ibu dari putra putriku." 

Cashya memeluk Zeka erat, demi apapun Zeka adalah keajaiban yang Tuhan berikan padanya. Cashya bahkan sudah berkali-kali mengatakan itu pada hatinya, ia tidak mau menukar Zeka dengan apapun lagi. Zeka suaminya dan akan selalu seperti itu. 

Semua yang ada di sana batinnya menghangat, kala mengetahui jika Cashya bisa terlahir di dunia ini adalah berkat Zeka, Cashya memiliki nama juga berkat Zeka. Ini adalah hal yang sangat luar biasa untuk mereka ketahui. 

"Shya." Dinar memanggil. 

Cashya menoleh, senyum Dinar menghangat. "Kamu kan dari dulu selain suka ngelukis, suka banget sama dunia sastrakan? Kenapa nggak coba buat novel non fiksi aja? Kabarnya novelnya Malam Biru, si penulis favorit kamu yang Black pearl itu kisah nyata dari orang terdekatnya Mbak Malam." 

Cashya menggeleng. "Kan aku udah janji mau rahasiain kematiannya Indah." 

"Tapikan yang tahu kisah pribadi kamu itu cuma kita-kita ajakan, Shya? Lagian kamu menceritakan tentang Indah juga nggak mungkin pakai nama aslikan? Bunuh diri itu namanya." Aleah menambahkan. 

Allova bertanya pada Zeka. "Kalau Om Zeka sendiri, setuju nggak?" 

Zeka menatap Cashya. "Selama itu bisa menjadi inspirasi untuk oranglain. Why not, Shya." 

Istri Muda Where stories live. Discover now