XL. Happy Ever After

928 37 0
                                    

Happy reading guys. Salam cinta dari penulis

Ninda_Rayanti

***

Tujuh belas tahun berlalu.

Sebuah pelukkan menyambut Zeka dari belakang, membuat Zeka tak perlu bertanya siapa pelakunya. "Na."

Cashya yang berada di hadapan Zeka mengerucutkan bibir. "Na, nggak bisa apa ya Bubu mesra-mesraan sama Baba sebentar aja."

Gadis yang masih betah memeluk tubuh Zeka menggeleng, tidak mau beranjak dari posisinya. "No, Baba its mine."

"Posesif, Baba punya semua kok. Punya Nona, punya Kak Basta dan punya Bubu juga." Zeka berusaha meralatnya.

Nona menggeleng, terdengar rengekkan khas seorang Senona. "Nggak, Baba harus lebih sayang sama Nona."

Tak lama suara teriakkan terdengar dari arah belakang mereka, dekat pintu masuk rumah. "Senona Meisy Auriga!"

Jika sudah ada suara teriakkan seperti itu, tandanya akan ada masalah besar yang akan datang. Wajah Nona memucat. "Itu alasannya kenapa Baba harus lebih sayang sama Nona dari pada sama Kak Basta, Kak Basta kasar."

Zeka berusaha melepaskan diri dari Nona, ia mencoba membuka rengkuhan kencang Nona pada tubuhhnya. "Nona-Nona, lepas dulu biar Baba bisa berbalik."

Akhirnya Nona melepaskan diri dari Zeka dan sekarang berlari memeluk Cashya, Cashya sendiri langsung membalas pelukkan anak gadisnya.

Basta berjalan perlahan ke arah teras rumah, tempat semua anggota keluarganya berdiri. Cashya berusaha menenangkan amarah Basta. "Basta, sabar. Ada apa? Cerita sama Baba sama Bubu."

"Hari ini Nona berulah lagi, Bu." Basta mulai berbicara.

Zeka kini yang menjawab. "Berulah apa?"

"Pertama, hamster dia yang galak itu lepas dan pas Basta tidur jari Basta di gigit nih sampai berdarah." Basta sepertinya masih begitu kesal.

"Kan Nona udah minta maaf. Iya tau Nona salah, Nona abis mandiin Ruma di pasir dan lupa masukkin ke kandang lagi." Nona membela diri.

Basta melirik sekilas ke arah Nona. "Lalu senar gitar aku gimana? Putuskan, mana pinjem nggak bilang-bilang. Terus tugas gambar seni rupa aku gimana yang kamu tumpahin pakai kopi?"

Nona menunduk dalam, sementara Cashya dan Zeka melirik ke arah Nona bersamaan. "Nona mau menjelaskan sesuatu sama Baba dan Bubu tentang dua hal itu?" Cashya memancing.

"Iya, Nona memang pinjem gitar Kak Basta diem-diem. Karena Nona pernah coba pinjem gitar Kakak sebelum ini, Kakak selalu nggak ngebolehin. Padahal Nona udah bilang kalau besok Nona ada ujian ensembel seni musik. Mengenai senar gitar Kakak yang putus, itukan juga bukan mau Nona. Jadi Nona pokonya nggak salah." Nona berusaha menilai secara sepihak.

"Tuh kan Bu, Ba. Dia yang salah tapi dia nggak mau ngaku." Basta kesal dengan sikap adik kembarnya.

Zeka berbicara kembali. "Kalau begini ceritanya nggak ada yang Bubu dan Baba bela. Semuanya salah. Basta salah, karena tidak meminjamkan gitarnya padahal Nona sudah mengatakan jika dia ada ujian musik. Nona juga salah, setidak bolehnya gitar Basta di pinjam kan masih bisa di bujuk kakaknya. Lalu senar gitar putus, pada saat dipakai siapa? Nona bukan? Kalau Nona yang pakai ya berarti walaupun Nona tidak mengharapkan kejadian itu terjadi, tapi pada kenyataannya senar gitar Basta putus pada saat kamu yang pakai. Jadi Nona juga harus minta maaf."

"Tapikan lebih banyakan salah dia Ba. Masa Basta yang harus minta maaf duluan." Basta berkata dingin.

Cashya menatap Basta lembut. "Loh justru yang mau mengakui kalau dia salah terlebih dahulu itu lebih baik, Nak. Dari pada nanti-nanti."

Zeka kembali bicara lagi. "Mengenai kopi, Baba mau dengar."

"Tadi sepulangnya Kakak sekolah, Nona lihat Kakak kelihatan capek banget. Pas Kakak masih lanjutin tugas gambar, Nona nggak tega sekaligus Nona pengen menebus kesalahan Nona yang kemarin yang udah buat senar gitar Kakak putus. Ya udah Nona buatin aja kopi, eh waktu Nona naruh kopinya di dekat gambar Kakak, Kakak kebangun. Terus gak sengaja nyenggol tangan Nona yang lagi mau naruh kopinya. Yaudah itu gambar kesiram deh, kan itu berarti juga bukan kesalahannya Nona. Nona cuman mau niat baik." Basta melihat ketulusan di mata Nona.

Sementara Cashya dan Zeka hanya tersenyum, kedua putra dan putrinya memang begitu sering bertengkar. Namun mereka percaya jika sebetulnya mereka saling menyayangi.

Basta dan Nona saling berpelukkan. "Maafin Kakak ya, Non. Harusnya Kakak ngizinin kamu pinjem gitar Kakak, jadi nggak perlu sembunyi-sembunyi lagi. Sekalian Kakak ajarin deh. Maafin Kakak juga ya mengenai kopi tadi."

"Bener?" Mata Nona berbinar dan dibalas anggukkan Basta.

"Maafin Nona juga ya Kak, besok-besok Nona bakalan lebih hati-hati mandiin Ruma dan pastiin Ruma udah ada di kandangnya. Nona juga minta maaf pinjem gitar Kakak nggak bilang-bilang dan mutusin senarnya lagi. Maaf juga soal kopi tadi ya Kak. Sebagai gantinya, Nona mau bantuin Kakak lembur gambar ulang sama pakai setengah sangu Nona buat ganti senar Kakak yang putus." Nona menatap Basta.

Basta tersenyum. "Nggak usah Nona, Kakak masih ada uang kok kalau mengenai ganti senar. Kalau mengenai lembur gambar, emm kayanya itu harus deh."

Semuanya tertawa. "Iya, nanti Bubu sama Baba juga ikutan bantu biar cepat selesai."

Mereka tidak menyadari jika ada mata yang cemburu melihat keharmonisan mereka, mata cemburu yang berusaha seorang anak lelaki itu tutupi mengenai keharmonisan keluarga.

Sampai Nona melihat ada lelaki di sana yang memperhatikan mereka lekat. "Javier?"

Lelaki yang bernama Javier itu dan ketahuan sedang memerhatikan mereka langsung tungganglanggang berlari meninggalkan mereka di sana yang penuh kebingungan.

Nona mengangkat bahu. "Ketakutan banget, memangnya kita hantu apa!"

Basta ikut mengerutkan kening. "Kamu kenal sama dia, Non?"

"Aku tahu malah dari Kenya. Ya gimana nggak pernah denger dia bicara juga."

Cashya dan Zeka tersenyum. "Spada, boleh kita masuk sekarang? Baba dan Bubu kedinginan nih."

Mereka tertawa kembali dan akhirnya masuk ke dalam rumah dengan saling berangkulan.

Zeka dan Cashya percaya, akan ada banyak sekali jurang yang akan ia lewati dengan keluarganya dan rumah tangganya kelak. Namun asalkan mereka tetap seperti ini, mereka tetap bersama-sama.

Ada Zeka, Cashya, Basta dan Nona maka seberat apapun masalah itu jika ditempuh bersama. Mereka yakin semua akan baik-baik saja.

Jika diputar ulang, Cashya ingin memberi tahu pada semua orang melalui kisahnya. Jika perjodohan itu tidak selamanya berhujung pahit. Cukup ikhlas dan mau menerima takdir hidup yang telah Tuhan gariskan, maka semuanya akan berjalan lebih baik.

Serta Cashya beruntung bisa memiliki Zeka, dari awal tidak menolak Zeka karena entah kenapa ia percaya jika Zeka bisa membahagiakan Cashya. Walau dengan perbedaan usia mereka yang cukup jauh.

Sampai terkadang saat penerimaan rapor si kembar, ada yang menyapa Basta dan Nona begini. "Basta, Nona. Itu yang ambil rapor Kakek kalian?"

[FIN]

***

Jangan lupa taburan kalimat dan bintangnya 🌟

Istri Muda Where stories live. Discover now