Chapter 24 || Secrets

56 16 0
                                    

"Semua orang pasti memiliki masa sulitnya, tidak terkecuali orang yang terlihat sangat bahagia sekali pun."

"Sudah cukup bersenang-senangnya?" Vika yang baru masuk ke dalam rumahnya berhadap-hadapan dengan seorang laki-laki jangkung yang terlihat sangat berwibawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah cukup bersenang-senangnya?" Vika yang baru masuk ke dalam rumahnya berhadap-hadapan dengan seorang laki-laki jangkung yang terlihat sangat berwibawa. Tangannya dilipat di depan dada, dan ekspresi wajahnya tidak bisa dibaca.

Vika menganggukkan kepalanya. "Sudah, Appa."

"Cepat ke kamarmu, besok kau harus bangun lebih pagi." Suara ayah Vika terdengar sangat dingin, tapi ekspresi wajah yang diberikan Vika menunjukkan kalau hal seperti ini sudah biasa.

Vika yang baru saja pulang sehabis bersama dengan teman-temannya membawa tubuhnya yang lelah ke dalam kamar dan memasuki ruangannya pribadi. Dia menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang ada dan menghembuskan napas kasar, merasa frustasi tanpa sebab. Beberapa menit berlalu dengan dia hanya berbaring, hingga akhirnya dia bangun dari kasur dan memasuki kamar mandinya.

Ketika Vika keluar dari kamar mandinya, dia mendapati segelas susu di mejanya dan juga buah-buahan. Di bawah piring buah tersebut, terdapat sebuah catatan yang tidak dibaca sama sekali oleh Vika. Tanpa perlu membacanya, dia sudah tahu apa isi dari catatan itu. Bila bisa, dia ingin sekali merobek kertas itu dan hidup seperti tidak terganggu akan apa pun.

Setelah susu dan buah yang ada sudah habis, Vika pun naik ke atas kasurnya sembari membawa sebuah buku yang cukup tebal. Dia menyalakan lampu khusus yang ada di kasurnya dan mulai membaca dan mengerjakan soal-soal yang ada di buku tersebut. Tidak butuh waktu lama baginya mnegerjakannya, tapi tubuhnya yang masih kelelahan itu terasa seperti terbakar karena terlalu lelah.

"Ah ... padahal aku pikir bisa bersenang-senang barang sehari saja." Vika membaringkan dirinya, meletakkan buku yang semula dia kerjakan dengan tekun di sampingnya dan meraih ponselnya. "NCT time!"

Vika membuka ponselnya, mengabaikan semua pesan yang dia dapatkan dan menonton konten-konten NCT yang sudah lama maupun yang baru hingga dia merasa mengantuk. Matanya mulai tertutup perlahan-lahan, dan suara tawa para member NCT hanya membuatnya merasa tenang dan bahagia, hingga sebuah senyum kecil juga terukir di bibirnya ketika mendengar suara tawa mereka.

Suara ketukan yang keras adalah alasan Vika bangun dari tidurnya. Dia mengusap matanya dan memandang sekitarnya. Ponselnya sudah tidak ada di dalam genggaman atau di sekitarnya, buku yang semula dia letakan di kasurnya telah berpindah tempat. Vika turun dengan gemetar karena masih mengantuk untuk mendapati ayahnya yang membangunkannya.

"Kita sarapan bersama, kalau sudah, kerjakan buku-buku baru yang diletakkan di kamar santaimu. Ponselmu akan disita selama kau belum menyelesaikan dua ratus soal."

"Dua ratus?!" protes Vika yang ikut keluar dengan ayahnya. "Tapi, Appa ...."

"Tidak boleh membantah. Kau mendapat nilai sembilan puluh di pelajaran biologi, bukan? Kita sudah membuat janji, benar?" Vika terdiam ketika mendengar ucapan ayahnya. "Jika nilaimu tidak ada yang berubah, aku akan menyita barang-barangmu yang kau beli dengan uangku."

Just Fans {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang