51

2K 175 150
                                    

Cinta itu adalah sebuah objek seperti obsesi, setiap orang menginginkannya, setiap orang mencarinya, tapi sedikit orang yang mendapatkannya. Orang yang pernah melakukannya akan selalu menghargai cinta, tersesat didalamnya dan tidak akan melupakannya.

Curtis judalet.

--

Refanya Sastrawijaya POV.

Gue tersadar saat sorot lampu yang sangat terang menyinari wajah gue, saat gue terbangun. Gue dikejutkan dengan tangan serta kaki gue yang dalam kondisi terikat dibangku.

Mulut gue pun di plester menggunakan lakban, gue mencoba membrontak dan menggerakan tubuh gue hingga menimbulkan suara decitan dari bangku dan lantai yang saling bergesekkan.

Gue mengedarkan pandangan keseluruh penjuru ruangan, ruangan ini begitu asing. Kepala gue terasa pening tapi gue gabisa berbuat apa-apa.

Hal terakhir yang gue ingat adalah saat sebuah mobil sedan menyerempet mobil gue membuat gue hilang kendali dan menabrak pembatas jalan.

Tak lama pintu terbuka, masuk seorang pria yang sangat asing bagi gue, ia berjalan kearah gue dengan senyum yang mengembang seraya membawa sebuah nampan berisi satu buah piring dan sebuah gelas berisi air putih, itu yang pandangan gue tangkap. Sampai di depan gue dia melepas plester yang menutupi mulut gue.

"Hai cantik, ingat aku" kata pria tersebut, gue mengernyit bingung. Tangan pria tersebut menelusuri wajah gue, gue memalingkan wajah gue tapi dagu gue ditahan dan dicengkram kuat oleh pria tersebut.

Gue mencoba membrontak melepaskan cengkraman yang semakin lama semakin kuat.

Pria tersebut tertawa keras, air mata mengalir di kedua sisi wajah gue. Pria tersebut kemudian melepas cengkramannya dari dagu gue.

"Siapa lo" ucap gue setelah cengkraman tersebut terlepas.

"Woah, santai sayang. Kamu semakin galak saja" kata pria tersebut dengan senyum smirknya.

"Anya, kamu mau jadi pacarku?" Ucap pria tersebut lagi.

Gue mengernyit bingung dan mencoba mengingat siapa pria ini.

"Masih belum ingat juga?" celetuk pria tersebut.

"Maaf dino, aku udah jadian sama abid minggu lalu" ucap pria tersebut lagi.

Gue pun langsung teringat dengan sosok teman semasa sma gue yang bernama dino, dino merupakan salah satu anak akselerasi dikelas gue dengan tubuh gempal dan kacamata yang selalu menghiasi wajahnya.

"Dino?" Ucap gue pelan.

"Ya sayang, thats me! Dino, yang kamu patahkan hatinya semasa sma, terkejut?" Ucap pria tersebut yang kembali berjalan mendekati gue seraya mengelus pelan bibir gue, gue membrontak. gue tidak suka diperlakukan seperti ini.

"Lepasin gue dino, apa salah gue!" Teriak gue kepada dino yang malah tertawa mendengar ucapan gue.

"Lepasin? Untuk apa sayang, kamu hanya perlu ikut bersamaku dan kita akan bahagia bersama" ucap Dino.

"Sinting!" Teriak gue. Raut wajah Dino berubah, dari yang tertawa menjadi datar.

Dino berjalan kearah meja dan membanting apa yang ada diatas meja sampai semua berantakan. Prank! Suara pecahan piring dan gelas yang jatuh terdengar sangat kencang.

"Apa kamu bilang sayang, aku sinting? Ya! Aku gila karenamu sayang, HAHAHA" Teriak dino seraya tertawa setelahnya.

Gue takut melihat dino yang seperti ini, air mata kembali jatuh membasahi pipi gue, rian aku takut, ucap gue dalam hati.

Lose One's Heart | Rian Ardianto ✔Where stories live. Discover now