2.6 - EDWARD

100 5 1
                                    

"Mini."

Aku dan Winona sedang mencari nama untuk si kucing. Winona sih yang mencari, aku hanya memberi pendapat.

"Si kucing kan laki-laki, Mini kedengarannya terlalu imut."

"Ello."

"Seperti nama penyanyi saja, lagian kenapa Ello?"

"Karena warnanya kuning, tapi jelek kalau dinamakan Yellow."

"Makannya kubilang Pee saja kan, karena warnanya kuning seperti air kencing."

Winona melempar bantal ke arahku.

"Aduh!" Aku tertawa. Kami masih belum menemukan nama yang cocok untuk si kucing.

"Bagaimana kalau Sky? Kan si kucing muncul tiba-tiba di depan rumah kita, seperti jatuh dari langit."

"Boleh juga.." aku menimbang-nimbang. "Oke, mulai sekarang si kucing kita panggil Sky!"

Winona bertepuk tangan dengan girang. "Sudah ah, aku mau tidur. Memikirkan nama kucing membuatku capek dan ngantuk."

Aku tersenyum dan sebelum aku sendiri tidur, kupastikan Winona sudah terselimuti dengan benar. Setelah itu kupandangi si kucing sebentar karena gemas makhluk kecil ini sudah membuatku panik dan kerepotan seharian. Eh iya, sekarang bukan si kucing lagi namanya, tapi Sky. Alasan kuberi nama karena jaga-jaga kalau hilang lagi, akan lebih gampang memanggilnya kalau dia punya nama.

 Alasan kuberi nama karena jaga-jaga kalau hilang lagi, akan lebih gampang memanggilnya kalau dia punya nama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, Winona kembali berkata dia akan kerja kelompok. Tapi kali ini, di rumah Hiro.

"Oh.. Sian juga ikut?" tanyaku memastikan.

"Tidak, ini tugas untuk camp. Aku sekelompok dengan Hiro."

"Hah? Kau kerja kelompok berdua saja di rumah Hiro?"

Winona cepat-cepat menggelengkan kepala. "Ada dua orang lagi kok!"

"Oke kalau begitu."

Setelah beres mengantar Winona ke sekolah, aku langsung ke toko bibi. Tidak seperti biasanya, bibi buru-buru menghampiriku ketika aku datang.

"Ada apa bi?"

"Tadi ada yang mencarimu, aduh.. siapa ya tadi namanya.."

"Danny." Sahut paman.

"Oh iya, Danny! Katanya dari agensi model."

"Ah, dia."

"Katanya kau tidak bisa dihubungi makannya dia mencarimu kemari."

Danny memang sepertinya beberapa kali meneleponku, tapi aku terlalu sibuk untuk mengangkat teleponnya. Lagipula kalau kuangkat, paling-paling dia menanyakan bagaimana keputusanku. Aku masih belum memutuskan.

"Orangnya gagah dan tampan ya, sepertinya bukan penipuan. Sebaiknya kau cepat hubungi dia."

Aku hanya nyengir. "Tidak ah bi, aku masih mau kerja di sini."

Under the Same SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang