TUJUH BELAS

4.7K 598 38
                                    

"Dua porsi ya, Pak," teriak Rinan kepada penjual gultik saat mereka sampai. Si bapak penjual dengan cekatan langsung menyajikan pesanan mereka. Tak butuh waktu lama santapan nikmat itu pun kini tersaji di hadapan Rinan dan Syila lengkap dengan satu tusuk sate ampela di masing-masing porsinya.

"Exquisito awalnya gimana sih, Syil?" tanya Rinan memulai pembicaraan.

"Awalnya ya gitu.. Aku sama Ge dulu tuh mimpinya sama, pengen punya usaha sendiri tanpa harus kerja sama orang lain."

"Jadi kamu joinan gitu sama Ge?"

"Yap." Syila mengangguk.

"Kita dulunya juga kerja kantoran. Sambil nabung lah, ngumpulin modal dulu. Ge itu dulu akuntan di perusahaan asing, kalau aku dulu pernah kerja di showroom otomotif."

"Pernah kerja di perusahaan otomotif tapi punya mimpi bikin toko kue," gumam Rinan dengan dahi mengernyit.

"Almarhumah ibuku dulu punya toko kue juga. Jadi waktu kecil aku udah biasa ngeliat ibu bikin kue. Tapi sejak ibu meninggal toko kuenya ya.. tutup, nggak ada yang urus." Kedua mata Syila menerawang sesaat. Memorinya kembali berputar ke masa lalu saat ibunya masih ada.

"Pas udah gede aku jadi kepikiran, pengen deh punya toko kue lagi, pengen nerusin apa yang pernah ibuku kerjakan dulu. Kan aku juga emang seneng bikin kue. Jadi ya itu aja terus yang terngiang-ngiang di kepala," lanjut gadis itu sambil perlahan menyantap makanannya.

Rinan mengangguk-anggukan kepalanya setelah mendengar cerita Syila. "Terus akhirnya kamu resign dan mulai membangun Exquisito," ucap lelaki itu mencoba menerka cerita Syila selanjutnya.

"Yap! That's right."

"Jadi ini yang kamu maksud 'memilih' waktu itu?" tanya Rinan.

"Sebenarnya bukan milih sih ya, karena dari awal kan aku emang udah punya rencana. Tapi ketika kamu udah punya kerjaan yang bagus, teamwork yang solid dan fun pasti tetap aja berat ketika akhirnya harus berpisah."

"Hhmm.. I know," sahut Rinan. Keduanya lalu terdiam sesaat.

"Geraldi itu sahabat kamu banget?" tanya Rinan setelah meneguk air mineralnya.

"Iya," jawab Syila singkat.

"Kok bisa?" tanya Rinan lagi.

Syila mengernyitkan dahinya sambil menoleh ke arah Rinan. Aktivitas makannya terhenti sesaat. "Maksudnya?" tanya gadis itu heran.

"Aku kira cewek sama cowok nggak akan pernah bisa sahabatan," ucap Rinan seraya mengaduk-aduk gulai dalam piringnya.

"Buktinya aku sama Ge bisa-bisa aja tuh," tampik Syila tak setuju.

"Yakin?" Perlahan Rinan mendekatkan wajahnya ke Syila membuat jantung gadis itu berdegup sedikit lebih cepat.

"Ya iyalah," sahut Syila sambil memundurkan sedikit wajahnya. Rinan tertawa sebentar lalu melanjutkan sesi makannya.

"Aku sama Ge itu udah temenan dari awal kuliah, Pertama kali kenal pas masa OSPEK, karena kita satu angkatan. Karena nyambung ya udah kita sahabatan," cerita Syila sambil melahap suapan gulai terakhirnya.

"Udah lama banget ya," kata Rinan yang dibalas Syila dengan sebuah anggukan.

"Ge udah punya pacar," cetus Syila mencoba menerka yang ada di pikiran Rinan.

Lelaki itu hanya membulatkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.

"Satu porsi lagi, Pak," teriak Rinan tiba-tiba membuat Syila yang sedang meneguk air mineral sontak menoleh ke arah lelaki itu.

Bittersweet Coffee Cake [COMPLETED]Where stories live. Discover now