EMPAT

7.5K 662 5
                                    

Siang itu panas terasa menyengat. Matahari bersinar terik seolah sedang membakar bumi. Cahaya silau bahkan masuk melalui pantulan dinding kaca bangunan Exquisito. Kondisi di luar yang menantang itu membuat beberapa orang tampak enggan beranjak dari duduknya meninggalkan suhu kontras dari pendingin ruangan di dalam kafe. Alunan musik slow yang menenangkan semakin membuat nyaman siapapun yang sedang duduk di sana.

"Nih, anak-anak udah pada bikin usulan di sini." Syila yang sedang duduk di salah satu pojokan kafe mendongak dan mendapati Ge sedang menyodorkan sebuah mangkuk kecil berisi beberapa gulungan kertas. Sebelah tangannya meletakkan segelas es kopi susu aren kesukaan Syila di atas meja.

"Apaan nih, kayak mau ngocok arisan aja pake digulung-gulung." Syila menutup laptop sesaat setelah layarnya menjadi gelap.

Ge terkekeh, "Udah kita liat aja dulu." cetusnya sambil menarik kursi di depan Syila lalu duduk.

Syila menggulung rambut panjangnya dan menjepitnya dengan sebuah jepitan besar lalu menyesap sedikit kopi susu yang tadi dibawakan oleh Ge. Rasa sejuk dan manis menerjang kerongkongannya saat cairan itu masuk. Minuman dingin itu sepertinya cukup ampuh untuk menghilangkan penatnya.

Satu per satu gulungan kertas itu mereka buka dan baca. Tak lupa Syila mencatat setiap ide yang disampaikan oleh para karyawannya. Ada beberapa ide yang cukup menarik bagi Syila dan Ge yang nanti akan mereka diskusikan lebih lanjut.

"Instagram udah bisa, Syil?" tanya Ge sambil mengambil ponselnya dan membuka akun instagram Exquisito dari halaman pribadinya. Tidak lebih dari dua puluh unggahan saja yang ada di sana. Bahkan sudah hampir 6 bulan tidak pernah ada unggahan baru.

"Udah kok. Tadi udah gue bikin password barunya. Nanti lo log in juga lah ke handphone lo, biar bisa mantau bareng." Syila kemudian membuka menu instagram dari ponselnya. Beberapa saat mereka berdua asyik menatap layar ponsel masing-masing.

"Liat deh, Ge, ni lucu banget ya postingan kita dulu. Ini lo yang foto kan Ge, pake handphone lo yang lama kalau nggak salah." Syila tertawa kecil melihat beberapa foto pertama yang mereka unggah. Memperlihatkan suasana Exquisito dengan beberapa karyawan yang saat itu berpura-pura menjadi modelnya. Ge mengangguk-angguk sambil ikut tertawa.

"Mba Syila sama Mas Ge lagi ngetawain saya ya?" tiba-tiba Mutya salah satu staf kitchen menghampiri Syila dan Ge.

"Hahaha.. iya Mut, muka kamu kocak banget deh ni." Ge masih tertawa-tawa sambil mengarahkan layar ponselnya pada Mutya. Kulit wajahnya yang putih itu mulai tampak memerah.

"Huu.. itu juga yang ngarahin gayanya kan Mba Syila." sahut Mutya membela diri. Cewek bertubuh mungil itu mengerucutkan bibirnya.

"Lah kenapa kamu mau?" kata Syila menggoda.

"Namanya juga anak buah Mba.. Mba.." jawab Mutya.

"Oh iya, Mut. Tadi saya udah baca usulan kamu, katanya kamu punya kenalan jasa fotografer produk ya? Boleh tuh, Mut, buat promosi kita di instagram." tiba-tiba Ge teringat dengan usulan Mutya yang dibacanya tadi.

"Eh, itu sebenarnya bukan saya yang kenal sama fotografernya, Mas. Tapi dulu ada teman saya yang jualan eskrim terus pernah pake jasa food photography. Katanya sih lumayan juga pengaruhnya buat promosi. Kalau Mas Ge sama Mba Syila mau nanti bisa saya tanyain ke teman saya itu kontak si fotografernya." Mutya berkata dengan mata yang berbinar-binar. Kebiasaan si cewek mungil ini memang berbicara dengan mata yang berbinar dan intonasi yang bersemangat.

"Boleh.. boleh.. Ya udah kamu atur aja kapan kita bisa ketemunya sama si fotografer itu ya." kata Ge diikuti dengan anggukan tanda setuju dari Syila.

Bittersweet Coffee Cake [COMPLETED]Where stories live. Discover now