LIMA

6.8K 638 9
                                    

Dua hari belakangan ini Syila dan Ge menghabiskan waktu mereka dengan membuat outline dan mendiskusikan beberapa materi promosi yang akan dieksekusi mulai minggu depan. Salah satunya dengan memberi diskon untuk menu tertentu di hari dan waktu tertentu pula. Pastinya menyesuaikan dengan target market yang mereka tuju. Combo discount untuk pembelian minuman dan aneka kue juga dibuat tak kalah menarik. Ia juga memastikan beberapa tugas tambahan para karyawan sudah berjalan dengan baik.

Iwan, barista yang bertugas memesan banner promosi yang baru, menyelesaikan pekerjaannya dengan sangat baik. Baru 2 hari yang lalu dipesan, sekarang banner-banner tersebut sudah diantar oleh pihak percetakan dan siap untuk dipasang.

Damai, staf kitchen yang mengusulkan untuk mengundang seorang food blogger, juga sudah memastikan kalau sang food blogger tersebut akan datang besok untuk mencicipi beberapa menu di Exquisito dan nantinya ia akan mengunggah serta mengulas informasi mengenai menu yang telah ia cicipi ke dalam blognya.

Mutya yang berjanji untuk mengatur pertemuan dengan seorang food photographer pun mengabarkan kalau sang fotografer tersebut bersedia datang ke Exquisito untuk berdiskusi lebih lanjut dengan Syila dan Ge di hari Senin depan.

Sementara itu, Wiwin dan Ben dalam satu minggu ini berhasil menambah 1 jenis pastry dan membuat 2 jenis minuman baru yang sudah melewati tahap uji coba serta siap untuk dihidangkan kepada para pelanggan yang datang.

Meskipun menjadi agak lebih sibuk, Syila benar-benar merasa excited dengan semangat para karyawannya. Ia merasa bangga dan terharu memiliki karyawan yang berdedikasi tinggi, bukan hanya sekedar menjadikan Exquisito sebagai tempat mencari uang.

"Mba Syil, ini dipasang di sini aja gimana?" Iwan bertanya setelah bolak balik mengatur letak banner promosi menu terbaru.

"Cakep, Wan." jawab Syila sambil memperhatikan banner yang dimaksud Iwan. "Tapi geserin ke kiri dikit deh biar gak terlalu nutupin walldecor di belakang." sambungnya lagi.

"Hhm.." Iwan bergumam sesaat lalu dengan segera menggeser banner tersebut seperti yang dikatakan Syila.

"Nah, udah oke tuh!" kata Syila puas. Tanpa ia sadari seseorang sedang memperhatikannya dari belakang.

"Sibuk amat sih Bu. Udah kece ini kok." seseorang tersebut berkata sambil tersenyum memandang banner yang dipasang Iwan.

"Hey, Manda. Darimana lo? Lembur?" sahut Syila lalu menghampiri wanita bernama Amanda yang kini sudah duduk manis di atas kursi bar dengan menyilangkan kakinya yang panjang.

"Yaa gitu deh, Syil. Bulan ini gue kena jatah weekend banking. Tapi lumayan lah buat nambah tabungan kawin." sahutnya lantas tertawa, membuka cepolan rambut lalu menggeraikannya begitu saja.

"Yaelah cepet banget mau kawin, tuh pangeran lo aja masih sibuk ngeracikin kopi pelanggan." balas Syila berkelakar sambil menunjuk Ge di ujung meja dengan dagunya. Ge melirik sekilas lalu kembali asyik dengan mesin grindernya.

Amanda Kejora, seorang customer service salah satu bank BUMN ini adalah pacar Ge. Tubuhnya tinggi semampai hampir menyamai tinggi tubuh Ge dengan rambut yang panjang namun selalu dicepol rapi khas tatanan rambut karyawan bank.

Selama dua tahun mereka pacaran, hampir setiap hari setelah pulang kerja, Amanda yang jarak kantornya tidak begitu jauh, selalu datang ke Exquisito dengan ojol untuk menghampiri Ge, menunggunya selesai bekerja lalu pulang bersama-sama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selama dua tahun mereka pacaran, hampir setiap hari setelah pulang kerja, Amanda yang jarak kantornya tidak begitu jauh, selalu datang ke Exquisito dengan ojol untuk menghampiri Ge, menunggunya selesai bekerja lalu pulang bersama-sama. Terdengar romantis bukan?

Dulu Amanda adalah adik kelas Ge di SMA. Mereka yang sama-sama anggota OSIS pada saat itu sering menghabiskan waktu bersama untuk mengikuti berbagai macam kegiatan OSIS. Namun setelah Ge lulus dan kuliah, mereka mulai jarang bertemu apalagi ketika setahun kemudian Amanda lulus dan memilih untuk kuliah di Bandung. Uniknya, beberapa tahun kemudian mereka malah bertemu kembali saat Ge hendak membuat rekening di bank tempat Amanda bekerja. Sejak saat itulah, keduanya intens berkomunikasi, menjadi dekat, hingga akhirnya memutuskan untuk berpacaran.

"Iced Matcha Latte nya nona cantik." ujar Ge sambil meletakkan sebuah gelas tinggi di atas meja bar tepat di hadapan Amanda.

"Terimakasih barista ganteng pujaan hati." balas Amanda sambil tersenyum gemas. Binar matanya berkilat kesenangan saat meneguk minuman dingin tersebut.

"Haduuhhh lupa gue ni malam minggu ya? Aura-aura cinta mulai bertebaran nih. Waaann.. sini lo cepetan, jangan biarin gue jadi obat nyamuk sendirian." kelakar Syila disambut tawa renyah Amanda dan Ge.

"Makanya Mba Syil, buruan cari pacar gih, biar gak nelangsa gitu kalo ngeliat orang pacaran hahaha." sahut Iwan yang langsung membuatnya mendapat hadiah lemparan serbet dari Syila. Untung saja tangan Iwan sigap menangkap serbet tersebut baru kemudian berlalu ke arah dapur sambil masih tertawa-tawa.

"Eh Syil lo mau gak gue jodohin sama bos gue? Dia ganteng loh tajir lagi." perkataan Amanda yang tiba-tiba itu nyaris membuat mata Syila melompat keluar.

"Lo mau jodohin gue sama om om?" sergah Syila cepat. Bibirnya langsung mengerucut sebal saat topik semacam ini kembali mengudara.

"Hahaha.. ya nggak lah, Syil. Lo pikir kalo bos-bos gitu udah pasti tua semua apa? Bos gue masih muda tau! Lo belom liat aja sih."

"Haduh udah deh, gue udah bilang ya, jangan pernah ada drama perjodohan buat gue. Mau bos lo muda kek, tua kek, tajir melintir kayak Hotman Paris juga terserah, gue belom kepikiran. Titik." sembur Syila sewot.

"Hahaha.. iyaa.. iya maaf. Ampun deh, gue kan cuma berniat baik Syila sayaaaangg." ucap Amanda sambil meraih badan Syila dan memeluknya.

"Udah sih sayang. Kamu nggak usah sibuk nyariin jodohnya Syila. Kriterianya kan susah, soalnya cuman ada di drama Korea hahaha." Ge yang dari tadi hanya tertawa-tawa melihat kedua gadis tersebut akhirnya bersuara.

"It's not only about criteria, tau!" dengus Syila kesal.

"Udah ah berantemnya, gue lapeeeerr!" Amanda berkata sambil mengambil sepotong roti dari dalam lemari display.

"Lo beneran gak apa-apa Syil, gue tinggal?" Ge menutup resleting jaketnya sambil mengamati pengunjung yang sudah mulai ramai. Di meja bar duo Iwan dan Ben tengah sibuk membuat pesanan para pelanggan.

"Udah santai aja, anak-anak ada kok. Lo bedua pergi aja cepet ntar keburu macet nih malam minggu, malah telat ntar nontonnya."

"Ya udah deh. Kalau ada apa-apa telpon gue ya." kata Ge sedikit terpaksa. Sebenarnya ia tak tega meninggalkan Exquisito di malam minggu yang ramai ini. Tapi janjinya pada Amanda untuk nonton film terbaru di bioskop tak mungkin pula untuk ia batalkan. Lagipula sudah dua kali malam minggu Amanda cuma duduk menemaninya di Exquisito.

"Makasih ya, Syil, kita pergi dulu yaa.." kata Amanda yang disambut senyum manis milik Syila.

"Daahh.. hati-hati yaa.." lambai Syila pada kedua sejoli yang perlahan menghilang di balik pintu.

Bittersweet Coffee Cake [COMPLETED]Where stories live. Discover now