Paus. Lusinan paus. Sangat besar, lebih besar darinya, lebih besar daripada kapal mereka. Paus-paus itu berenang melewati Donghyuck, tak menyadari keberadaannya dan hanya mendorongnya semakin jauh ke dalam air. Mereka melarikan diri, dan kedua mata Donghyuck melebar mengabaikan rasa perih dari air garam, ketika dari kegelapan, buram dan bergetar, cahaya tertarik menuju air dan membentuk sebuah bayangan, dan sesuatu pun mulai timbul. Sesuatu yang tua dan besar, sesuatu yang tidak jahat tetapi juga tidak baik. Sesuatu yang marah. Sesuatu.

Kisah Paus Putih telah menjadi dongeng pengantar tidur, salah satu yang menjadi favorit Dongsoon, sejauh yang mampu Donghyuck ingat. Potret sang Dewa Laut, penjaga istana yang tenggelam, hantu laut dengan gigi berdarah dan mata biru pucat. Sosok itu menghancurkan kapal dan perahu, memakan manusia. Sosok itu bersembunyi ... dalam kegelapan, di Seacourt. Sosok itu hanya keluar selama musim dingin, ketika salju berayun turun sementara Dewi Matahari tertidur, membiarkan Dewa Laut melepaskan kemarahannya pada kapal-kapal yang melintas antara Pulau dan Bale. Itulah mengapa tidak ada kapal yang diizinkan meninggalkan pelabuhan dan melintasi Seacourt ketika musim dingin.

Oh, Donghyuck pun akhirnya berpikir. Itulah mengapa para paus melarikan diri. Namun ini tidaklah benar, ini tidak bisa jadi benar. Saat itu adalah musim panas, saat di mana Dewi sedang memperhatikan dan Dewa Laut pun dihukum jauh di dasar laut. Ini tidaklah benar, tidak sama sekali.

Kau tidak seharusnya di sini, pikirnya. Kau tidak boleh ada di sini.

Paus Putih berenang mendekat, dengan gerakan sedikit malas. Makhluk itu begitu besar hingga Donghyuck sendiri tidak mampu memperkirakannya, lebih besar dari yang mampu jarak pandangnya tangkap. Makhluk itu menatap ke arahnya, bocah lelaki ini perlahan semakin tenggelam sebab ia tidak berani bergerak, dan Donghyuck merasa sangat kecil, sangat tidak signifikan di hadapan raksasa laut itu, hingga bahkan menghimpun rasa takut pun ia tak mampu. Untuk apa merasa takut kalau ia sudah mati? Ia hanya memandang ke arah paus dan paus itu memandang ke arahnya, beberapa meter di bawah permukaan, dalam beberapa rentang waktu, sebesar si paus putih tua, sebesar dan sedalam laut kebiruan.

Kau tidak bisa menyakitiku, pikirnya, dengan segala yang ia miliki. Kau tidak diizinkan membunuh siapa pun sebelum salju pertama musim dingin. Pergilah, pergi!

Laut menertawakannya dan si paus bergerak semakin dekat, cukup dekat hingga Donghyuck bisa melihat giginya, sangat besar daripada yang ia tahu.

Aku adalah Pangeran Pulau Shar. Aku memiliki darah Dewi Matahari dan Dewa Laut, dan aku memerintahkanmu untuk pergi!

Dan si paus putih langsung berhenti seolah teralihkan oleh sesuatu. Untuk sejenak makhluk itu memiringkan kepala raksasanya, seolah mendengar sebuah panggilan, lalu kemudian berenang melintasi Donghyuck, menerobos permukaan untuk bernapas sebelum kembali menyelam ke dalam neraka tanpa cahaya, dengan suara yang melengking dalam. Saat itulah Donghyuck menyadari paru-parunya terbakar dan tungkai-tungkainya memberat, dengan cahaya yang memanggilnya ke permukaan. Ia kembali hidup dengan teriakan tercekik dan udara yang terasa dingin di wajahnya, berikut garam yang terasa lengket di kulitnya, dan dunia terasa luar biasa indah. Ia membiarkan dirinya mengambang hingga seorang pelaut meraihnya dan membawanya kembali ke atas kapal.

"Itu adalah Dewa Laut," si pelaut memberitahunya ketika ia tersadar, basah dan kedinginan dengan rasa tercekik yang masih tertinggal. Wajah para kru kapal tampak lebih putih dari paus yang semula Donghyuck lihat. "Yang Mulai, Dewa Laut telah memilih untuk bertemu dengan Anda."

Mungkin itu memang Dewa Laut, mungkin itu hanya paus putih yang tinggal di dasar samudra dan sedang keluar mencari makan, tetapi pada akhirnya, makhluk itu tidak menghancurkan kapal, ataupun memakan Donghyuck. Mungkin Donghyuck memang terlalu kecil. Mungkin sang Dewi tengah memperhatikannya. Mungkin sang Dewa Laut tengah memperhatikannya. Donghyuck tidak tahu, dan segera setelahnya, ia melupakan percakapan ini.

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarWhere stories live. Discover now