20 | badai pasti berlalu

Začít od začátku
                                    

"Wedding yang sebelum-sebelumnya kita tangani kebetulan udah fix budgetnya." Sabrina menjelaskan dengan lembut, selembut jarinya membelai Zane, membuat sang lelaki menelan ludah. "Mereka pasrahin semua ke kita, konsep terbaik dengan budget yang mereka miliki. Sementara Verial kan enggak. Mas Faiz bilang turutin aja maunya Verial, nanti konsep budgeting fixnya tinggal kasih lihat ke doi."

Zane belum juga merespon.

Sabrina melanjutkan, "Santuy, Bos. Gue udah konsul sama Mbak Iis. Jangan khawatir gulung tikar."

Zane akhirnya pilih sepakat. Apalagi saat ini Sabrina terlihat lebih fokus menggodanya ketimbang memperhatikan ucapannya. Dia sampai merinding sendiri ketika sepasang tangan berjari lentik itu melingkari lengannya. Membuat bulu kuduknya meremang.

Toh, Iis memang lebih paham terkait apa yang sedang dikerjakan Sabrina ketimbang dirinya.

"Itu baju nggak mau dikancingin?" Zane tiba-tiba mendengus, menyerang balik. Berusaha menetralkan suasana yang makin lama makin mencekam.

Sabrina menggeleng dengan kedua alis terangkat, kalem tapi menantang. "Gerah. Elo sih, pelit. Pasang AC cuma satu. Deket mejanya Karen pula. Jadinya gue nggak kebagian, dinginnya diserap dia semua!"

Ini cewek sarap, asli!

Sabrina kemudian melepaskan tautan tangannya di lengan Zane. "Ya udah sih, lo kan nyuruh gue ke sini buat ngasih revisi. Yang diperhatiin tuh komputernya, bukan gue!"

Lah, malah nyolot. Siapa juga yang merhatiin dia? Orang dia sendiri yang nempel-nempel, kayak jablay.

Zane sudah ingin mengonfrontasi, tapi tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dan Iis sudah berdiri di ambangnya.

"Sab, bisa keluar dulu, nggak? Gue ada perlu," ujar perempuan itu, dengan wajah serius.

Sabrina menoleh ke Zane. Zane melempar flashdisk Sabrina ke pemiliknya dan Sabrina segera keluar.

"Kenapa muka lo kusut gitu?" tanya Zane saat Iis duduk di seberang mejanya, mengalihkan penuh perhatiannya dari kekesalannya terhadap Sabrina tadi. Apalagi Iis ini hampir tidak pernah menginterupsi orang saat sedang berdiskusi. Berarti sedang ada topik urgent yang mendesak untuk dibicarakan.

"Lo udah denger himbauan WFH? Barusan Timothy dapet kabar, semua project kita ditangguhin dulu sama klien-klien, termasuk project dia, yang pelaksanaannya tinggal menghitung hari."

Zane menegakkan punggung di kursi.

Nah, kan, akhirnya mau tidak mau mereka kena imbasnya juga. Nggak perlu jadi orang pintar untuk menduga hal ini bakal terjadi. Ketika semua orang dihimbau untuk self quarantine, tentu acara-acara yang notabene jelas mengumpulkan banyak orang dalam satu lokasi akan ditangguhkan, bahkan dibatalkan. Masalahnya dia punya delapan karyawan yang harus diberi makan.

Gusti menyusul masuk, duduk di sebelah Iis.

"Project Sabrina tetep jalan, tuh. Barusan dia konfirmasi ke Verial. Tanggal acaranya doang yang diundur. Verial mau tetep lanjut aja persiapannya, katanya. Jadi sementara yang masih aman project dia doang, sama ... nikahan temen lo jadi?"

Zane mengangkat alis. Dia lupa kalau dirinya pernah bilang akan melobby temannya yang akan menikah, supaya memakai jasa WO mereka. Itu sudah lumayan lama, beberapa minggu lalu, saat grafik pemasukan mereka menurun tajam. Dia mengatakannya semata-mata agar Iis berhenti khawatir.

Sebenarnya yang akan menikah bukan temannya juga, sih. Tapi teman Jeffrey, abangnya. Semoga orang itu belum tandatangan MoU dengan WO lain.

"Jadi." Zane mengangguk, mencoba meyakinkan.

Iis menghela napas. "Sejauh ini himbauannya cuma empat belas hari. Gampang kalau segitu doang mah. Tapi kan project kita ditangguhinnya sampai batas waktu yang belum ditentukan, Zane. Dan yang namanya himbauan, udah pasti nggak semua masyarakat yang ngejalanin. Hasilnya kita nggak tahu, bakal teratasi apa enggak pandeminya, bakal ditambah lagi apa enggak waktu buat karantinanya."

"Duit, aman?"

"Tergantung. MoU kan berubah semua abis ini. Tinggal lihat semuanya di undur sampai kapan. Kalau diundurnya lama, katakanlah lebih dari tiga bulan ke depan, otomatis nggak ada pemasukan dari yang sebelumnya udah ditargetin tanggal masuknya."

"Pemasukan dalam waktu dekat, ada?"

"Pelunasan acaranya Raline kemarin doang. Sama projectnya Sabrina. Dan nikahan temen lo, Insya Allah."

"Kalo nggak ada pemasukan lain selain yang udah lo sebutin tadi, kita bisa bertahan berapa lama?"

"Belum gue itung, sih, pastinya berapa. Kalau sampai lebaran Insya Allah masih aman. Abis itu, susah lagi muternya kalo nggak ada cukup modal, Zane."

Zane mengurut dahinya. Pening.

Ada-ada aja cobaan buat perusahaan yang baru seumur jagung ini!



... to be continued

a/n :

Yang ngga sabar nunggu Zane jadi bucinnya Sabrina, nih spoiler pic untuk beberapa puluh part mendatang. 😂😂

 😂😂

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.


Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Kde žijí příběhy. Začni objevovat