Meski demikian, Mark berusaha menjulurkan tangan, tetapi ia langsung berhenti di tengah jalan manakala merasakan penolakan Donghyuck, bagaimana lelaki itu menjerit melalui ikatan mereka ketika Mark bergerak mendekat padanya, tanpa sadar berusaha menjauh dari sosoknya tanpa menoleh.

Mark menarik napas dengan tajam dan menolehkan pandang. Ini adalah pertama kalinya, sejak mereka menjadi pasangan, Donghyuck menolak sentuhannya. Bahkan semula pun tidak, ketika mereka masih membenci satu sama lain, ketika Donghyuck meminta Mark memenuhi tanggung jawabnya, Donghyuck tidak pula takut pada sentuhannya.

Ini bukannya tidak pantas, tetapi juga tetap menyakiti Mark. Ia mendengus, dan rasa basah mengaliri lehernya. Ia mengusap wajahnya dengan kasarㅡia tidak punya hak untuk menangis, bukan ia, bukan iahanya untuk mendapati bahwa apa yang ia kira air mata nyatanya adalah darah, mengalir bebas dari hidungnya, menuruni rahang dan tulang selangka dan dadanya. Ia tidak tahu apakah hal itu terjadi selama pergumulannya dengan Donghyuck, atau malah terjadi sebagai konsekuensinya sebab telah melepaskan kekuatan penuh paksaan pada pasangannya, dengan cara yang sangat memalukan. Ia merasakan cukup banyak perasaan sehingga tidak lagi mampu membedakan setiap sumber dari rasa sakit itu. Ia harus bangkit dan membersihkannya, ia berkewajiban. Ia harus melakukan sesuatu, apa pun, walau ia sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Namun ketika ia berusaha untuk bangkit dan menjauh dari Donghyuck, si lelaki mengeluarkan jerit kesakitan, napasnya menjadi semakin cepat dalam kepanikan yang beranak pinak. Dengan buta, ia berusaha mencari tubuh Mark, dan ia baru bisa kembali bernapas dengan normal ketika Mark duduk di sisinya.

Bahkan sekarang, Mark sadar, bahkan sekarang naluri biologis Donghyuck mengkhianatinya. Ia membenci Mark, ia harus membenci Mark atas apa yang telah pemuda itu lakukan padanyaㅡdan itu barulah permulaan bagi kesadaraan Mark, meresap ke dalam tubuhnya melalui ikatan mereka, rasa sakit yang meluas yang ditimbulkannya pada Donghyuck. Rasanya seperti berusaha meminum air laut dengan gelas alkohol, dalam tegukan kecil, hingga ketika kau kenyang, kesadaran menunjukkan bahwa kau belum benar-benar memulaiㅡlaut adalah tempat yang luas tanpa ujung, cukup untuk menenggelamkan dirinya di sana. Apabila ada cara yang bisa digunakan untuk mengukur betapa Donghyuck membenci Mark, mungkin samudra akan cukup. Namun, akibat si omega masih dalam masa heat-nya, bahkan di saat terakhir kondisi terkutuk itu, ia mendambakan kehadiran sang alpha. Ia tidak menginginkan Mark di sana, ia bahkan mungkin tidak menginginkan Mark sama sekali, tetapi, ironisnya, apabila Mark pergi, itu akan lebih menyakitinya.

Adalah Donghyuck yang pertama kali menemukan tangan Mark dan menggenggamnya, membawanya ke jantungnya, dan kontak itu kembali membuka ikatan di antara mereka, terlalu dini, terlalu cepat, ketika bekasnya masih berdarah dan bergerigi dan mentah, bagaikan memasukkan jari ke dalam luka yang terbukaㅡluka Donghyuck, yang masih mengalir dalam pikiran Mark. Mark nyaris berteriak atas tekanan itu, tetapi tidak berani menarik tangannya menjauh. Ia membiarkan Donghyuck untuk setidaknya mendapatkan ketenangan kecil ini, meski hal itu datang dengan konsekuensi merasakan setiap apa yang Donghyuck rasakan. (Segala rasa sakit terbuka itu, yang terasa memalukan dan putus asa, Mark merasakan semuanya, bersamaan dengan rasa bersalah sebab telah menjadi penyebabnya.) Donghyuck terus memegang tangannya, enggan melepaskan.

Angin berembus di jalanan, menciptakan awan berdebu, melemparkan dedaunan kering ke dinding batu istana seolah berusaha menghancurkan mereka dan akan melolongkan serapah apabila tidak berhasil menghancurkannya, dan napas kasar Donghyuck berubah tenang hingga satu-satunya suara yang tercipta adalah dari gesekan di seprai manakala Donghyuck gemetar di sana, berikut suara kecil yang lelaki itu gunakan untuk memberi tahu Mark segala yang ingin ia ketahui.

"Pulangkan aku," ucapnya, "kumohon."

Kata-kata itu tersamarkan menjadi sebuah keheningan, tetapi ketidaknyamanannya bertahan, selaiknya suara-suara hantu di dalam benak Mark. Mark memejamkan mata, begitu erat hingga rasanya sakit sebagaimana sekujur tubuhnya. Darah mengotori mulutnya. Rasanya aneh, seperti besi.

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarWhere stories live. Discover now