5. Perubahan Suasana

102 4 0
                                    

"Mei?"
"Gue sayang sama lo, gapapa ya?"

Kalimat itu membuat Meisha diam tak bergeming, entah harus merespon seperti apa agar tak membuat suatu masalah yang membuat pertemanan mereka berjarak.

Ini yang ia takutkan, bukan hanya Meisha, tapi begitu juga dengan Daniel dan Malvin. Mereka takut jika definisi bersahabat dengan lawan jenis akan berakhir dengan perasaan yang lebih dalam maknanya akan terjadi pada mereka.

Kini apa yang mereka doakan agar tak terjadi semuanya telah terjadi dalam waktu yang tidak tepat, terasa semua masalah hati terjadi dalam waktu yang berdekatan, dan kebenaran saling ditunjukkan.
Satu persatu perasaan muncul dengan seenaknya tanpa mengerti bagaimana perjuangan mereka menjaga tali pertemanannya.

Pikir Meisha jika ia menganggap hal itu adalah lelucon, maka suasana tidak akan menjadi canggung. Jadi ia hanya tertawa terpaksa menanggapi ucapan Daniel yang sebenarnya kalimat itu tulus dari hati yang paling dalam.
"Gue juga sayang sama lo," balas Meisha, "sama Malvin, Raka, Fida, Ratu juga," lanjutnya.

"Tapi kalau sama Malvin sayangnya bedakan?" tanya Daniel dengan raut wajah yang terlihat tidak sebahagia seperti sebelumnya.

"Ngomong apa sih lo?"
"Udah magrib, anterin gue pulang ya," ucap Meisha sembari berdiri dari duduknya berusaha meninggalkan tempat itu.
Ia berpikir bahwa ini adalah waktu yang pas untuk memberhentikan pembicaraan yang tak masuk akal. Meisha tak ingin membahas ucapan Daniel, yang bisa saja jika dirinya salah dalam pemilihan kata untuk menjawab, semuanya mungkin akan hancur.

Saat dijalan hingga sampai di depan rumah Meisha, keduanya hanya diam tak bersuara. Indera pendengarannya hanya dapat menangkap suara laju pengendara lain, dan angin yang berhembus menyapa kulitnya.
Sedangkan isi kepala Daniel dan Meisha dipenuhi pemikiran yang sebelumnya tak mereka pikirkan.

Rasa menyesal dan lega telah mengatakan rahasia selama dua tahunnya terucapkan telah menyelimuti hati Daniel. Rahasia itu benar-benar tak ada seorang pun yang tahu, termasuk sahabatnya, Malvin.
Sedangkan rasa kecewa,sedih,dan entah apa lagi perasaan itu yang cukup sulit dijelaskan, tapi yang pasti bukan perasaan bahagia telah memeluk hati Meisha erat-erat.

Setelah sampai, Meisha turun dari motor sport Daniel, berjalan menjauh untuk membuka pagar rumahnya tanpa mengucapkan sepatah katapun pada sang pengantar.
Hampir membuka pagar rumahnya, kegiatannya terhenti saat mendengar ucapan sedu Daniel yang tiba-tiba memasuki pendengarannya.

"Lo jangan jauhin gue ya?" pinta Daniel dengan nada yang sangat lembut,dan perasaan sedih juga ikut terdengar jelas oleh Meisha.

Meisha hanya menjawab dengan senyumannya, kemudian masuk meninggalkan Daniel dengan perasaannya yang sedang tak karuan.

"Salah ya gue?" tanya Daniel pada ribuan bintang di atasannya. Ia tersenyum, entah apa arti dari senyuman itu tapi sorot matanya terlihat ada kepedihan yang sedang disamarkan disana. Kemudian Daniel kembali memakai helmnya, dan langsung kembali menuju rumahnya dengan kecepatan penuh, berbeda saat ia membonceng Meisha yang berkemudi dengan kecepatan normal agar membuat orang tercintanya merasa nyaman.

—★—

Baru saja memasuki kelasnya, Meisha langsung mengeluarkan ponselnya, melihat sesuatu dengan serius disana. Hingga tak sadar lima menit lagi bel pelajaran pertama akan mulai.

Tak biasanya salah satu temannya bersikap seperti itu, Ratu dan Fida siap untuk mengintrogasi Meisha.

"Mei! Lo kenapa sih dari tadi diem mulu?" tanya Fida pada salah satu temannya yang sejak awal datang hanya diam tak bersuara.
"Ga lupakan sekarang ulangan Kimia?" lanjutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terlanjur Mencinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang