Bab 21 - Lembar baru

60.9K 3.7K 68
                                    

Seminggu sudah terlewati dengan keributan mempersiapkan segala macam untuk acara hari ini.

Janur-janur kuning sudah dipasang di beberapa titik untuk petunjuk jalan. Gedung dan segala tetek bengeknya sudah siap.

Pukul 08.00 WIB, Aldi dan Juna bergantian melakukan ijab qobul. Aulia dan Riska belum memakai gaun yang kemarin dipilih, gaun itu akan dipakai saat resepsi nanti. Aulia dan Riska menggunakan kebaya putih. Mereka didandani bak putri solo.

Pukul 10.00 mereka berangkat menuju gedung yang sudah di sewa. Kedua pengantin itu berada di atas panggung yang sama.

Para orang tua duduk di belakang pintu masuk, menyambut tamu bersama beberapa kerabat yang lain.

Rachel dan teman-teman bandnya berbaik hati menjadi MC dan pemain musik tanpa di bayar. Katanya, karena Pandawa's Resto juga berperan di kesuksesan band Rachel.

"Katanya fitting buat bajunya Mas Juna, taunya buat sendiri," Fina mencubit lengan Aulia yang terbuka setelah menyalami Aldi dengan sopan. Aulia telah mengganti bajunya dengan gaun.

"Kan gue nggak bohong," kata Aulia. Kemarin itu Mas Juna kan memang fitting baju.

"Ya tapi lo nggak bilang kalo buat lo juga," Fina gemas sendiri.

"Ya tapi kan gue nggak bohong," bela Aulia.

"Ya tapi lo bilangnya cuma buat Mas Juna,"

"Ya tapi gue tetep nggak bohong,"

"Ya tapi—"

"Heh, udah, udah, mending kita foto aja. Tuh lihat, antrean di belakang udah mbludak," Natal menengahi.

Theo dan Richard menagngguk setuju. Richard itu seperti Aldi, bucinnya sudah tertanam dan tumbuh subur di sel-sel otak. Jadi ia taK berani menegur Fina.

Keempat pasangan itu memasang pose berkali-kali. Natal yang tadi mengingatkan ada antrean panjang juga nyatanya terbuai oleh kamera.

"Mbak cepet, dong!" Ibu-Ibu di antrean belakang akhirnya membuka suara.

"Eh, iya. Maaf bu," Natal mewakili teman-teman tanpa adabnya itu. Teman-temannya itu langsung ngacir saat ibu tadi menegur.

Pegal juga rasanya menyalami tamu-tamu yang begitu banyak. Aulia sudah berasa jadi presiden saking banyaknya tamu.

Kata Aldi, ini baru datang separo. Rasanya Aulia ingin membakar seluruh gedung ini supaya para tamu tidak datang lagi.

"Kamu duduk aja kaya Riska kalo kamu capek," ujar Aldi saat melihat Aulia muali kewalahan. Hei! Dari mana saja kamu Aldi, baru sadar sekarang.

"Istirahat boleh?" Aulia memastikan.

"Iyaaa,"

"Di kamar boleh, nggak?" tanya Aulia dengan wajah melasnya.

"Nanti kalo di kamar sama aku, aja," bisik Aldi.

"Ih, kamu mah pikirannya ke sana terus..."

"Aku kan juga pengen istirahat di kasur yang empuk. Kamu kali yang pikirannya ke sana," ujar Aldi. Muka Aulia memerah. Aldi berhasil menyekaknya.

"Serah!" balas Aulia tajam.

Teman-teman Aldi dan Juna datang berombongan. Aulia Kembali berdiri dari duduknya. Begitupun Riska. Ada yang sudah bawa anak istri, ada yang baru bawa pacar, ada juga yang datang sendiri! HAHAHA

"Selamat ya, bro,"

"Widih, nikahnya bareng! keren, keren,"

"Nanti malem yang semangat, ya!"

Kira-kira itulah sambutan dari teman-teman Aldi dan Juna. Tapi ada satu temannya yang mengesalkan bin tidak tahu diri. Aulia saja ingin menangis kalau ingat mukanya saking buruknya di mata Aulia. Budi namanya.

"Selamet, ya! Gue seneng kalo kalian nikah, soalnya makanannya enak-enak. Besok kalo nikah lagi gue undang, ye..." ujar Budi.

"Iya, nanti diundang kalo nikah lagi," jawab Aldi santai. Aulia mendelik sambil mencubit perut samping Aldi. Juna saja diam tak berani menjawab karena tangannya sudah deremas oleh Riska.

"Maksudnya pas nikahan anak-anak kita besok, Ya," Aldi cengengesan. Budi ikut tertawa lalu turun dari panggung. Untuk makan.

UDAH RESE, NYEBELIN, NGESELIN, MANA MAKANNYA PORSI SE-RT LAGI! GUE DOAIN KESELEK, LO! Aulia mengumpat dalam hati.

Pukul 15.00 Aulia merasa pusing. Padahal acaranya baru akan berakhir nanti malam. Aulia tidak bisa bayangkan orang yang bisa mengdakan pesta pernikahan tujuh hari, tujuh malam, tujuh turunan.

Tadi pagi ia melewatkan sarapannya. Ia baru minum satu gelas air putih dan beberapa potong cake untuk tamu. Sayang, riasan di wajah Aulia menutupi wajah pucatnya.

Aulia mencengkram lengan Aldi kuat. Ia terduduk, sudah tak kuat lagi berdiri. Aldi yang kaget dengan cengkeraman Aulia langsung meminta air putih.

"Kamu minum dulu," Aldi membantu Aulia minum. Ia khawatir.

"Udah," Suara Aulia melemah. Aldi tambah panik. Tanpa aba-aba, Aldi menggendong Aulia di depan dan membawanya turun panggung menuju ruangan khusus keluarga.

"Kayu putih, kayu putih," Aldi berteriak, ia meminta tolong pada siapapun. Dittha, ibu Aldi, dengan tanggap menyerahkan kayu putih ke Aldi.

"Makasih, bu," ujar Aldi.

"Kamu belum makan, Ya?" tanya Aldi. Aulia menggeleng lemah.

"Astagfirullah.... Kamu makan dulu, ya? Makan yang banyak. Aku ambilin." Aldi keluar ruangan mengambilkan Aulia makan sama seperti porsi Budi.

"Aulia kenapa?" Juna menghampiri Aldi. Sekalian mengambil makanan untuknya dan Riska untuk dimakan di ruang khusus keluarga.

"Drop. Belum makan," ujar Aldi.

"Tapi kagak napa-napa, kan?" tanya Juna lagi. Ia juga kaget saat  Aldi tiba-tiba menggendong Aulia.

"Iyee,,,"

"Alhamdulillah, deh,"

Aldi menyuapi Aulia dengan telaten. "Kamu juga makan," ujar Aulia.

"Iya, nanti aku makan. Yang penting kamu nggak drop lagi. Aku khawatir tau, Ya," Aldi mengelus kepala Aulia.

"Iya maaf. Aku nggak sempat makan, tadi,"

"Besok nggak lagi... nih aa dulu," Aldi menyendokkan makanan ke mulut Aulia.

"Kamu juga makan. Sepiring sama aku. Nggak papa, kan?" tanya Aulia.

Wajah Aldi yang tadinya kusut langsung sumringah. Kapan lagi Uwu-Uwuan bersama Aulia. "Mau lah! Pake ditanya,"

OoO

Baru pertama lihat penganten hampir pingsan pas resepsi.

Selesai apa tamat?

MADOS [TERBIT]Where stories live. Discover now