Bab 2 - Ada Syaratnya

109K 6.8K 1.1K
                                    

Aulia menatap soto di hadapannya sambil sesekali mencuri pandang pada pak Aldi yang duduk di depannya sambil memakan sotonya dengan tenang.

Setelah kejadian memalukan yang dilakukan pak Aldi di depan perpustakaan tadi, hal memalukan lainnya terjadi.

Perut Aulia berbunyi memecah keheningan keduanya. Jadilah Aulia dipaksa untuk makan di kantin.

"Perut kamu bunyi." kata pak Aldi setelah perut Aulia berbunyi. Pasti wajah Aulia bertambah merah.

"Tahu, Pak." Aulia berusaha menutupi kegugupannya dengan keketusannya.

"Kantin, sana. Katanya tadi mau ke kantin? Kenapa malah di sini?"

"Ck! Ya suka-suka Saya lah, Pak. Emang nggak boleh apa?" Aulia berdecak.

Pak Aldi tidak membalas ucapan Aulia, namun ia kembali memegang pergelangan tangan Aulia dan menariknya pelan. Aulia dibuat salah tingkah dengan itu. Ia ingin berontak, namun yang dilakukannya malah mengikuti langkah pak Aldi.

Gini nih, kalo jomblo kurang belaian.

Pak Aldi membawa Aulia menuju kantin. Ia menarik salah satu kursi untuk dipakai Aulia. Entah karena tidak peka atau masih salah tingkah, Aulia tak kunjung duduk. Pak Aldi pun mendorong bahu Aulia pelan, ia menuntun Aulia untuk duduk.

"kamu mau makan apa?" pertanyaan pak Aldi tidak sama sekali digubris oleh Aulia . ia masih sibuk berpikir, setan apa yang merasuki pak Aldi sampai ia bisa berbuat manis pada Aulia.

Ea

"Aulia?" pak Aldi menepuk bahu Aulia .

"Eh, kenapa?" jawab Aulia a cepat.

"Kebiasaan. Makanya, kurang-kurangi hobi ngalamun kamu. Kalo ditanya itu dijawab. Jangan kebanyakan mikirin saya. toh, belum tentu saya mikirin kamu." Baru saja aulia dibuat tidak percaya akan perhatian pak Aldi hingga melupakan sifat menyebalkan pak Aldi . sekarang, sifat itu sudah kembali muncul ke permukaan.

"Dih, siapa juga yang mikirin Bapak? ge-er!"

"Nggak usah bohong kamu. Saya tahu kok. Gini-gini saya ada darah cenayang." Oke, pak Aldi sekarang tambah menyebalkan.

"Nggak percaya. Musyrik." Aulia menirukan cara pak Aldi bicara. Datar.

"Sudah-sudah. Saya capek diajak debat sama kamu terus. Sekarang kamu pesan makan, gih. Pesankan saya juga. Berdebat dengan kamu ternyata menguras banyak tenaga saya."

sabar, iyain aja biar cepet...

Aulia pun berdiri dari duduknya. Padahal beberapa menit yang lalu pak Aldi sendiri yang menyuruhnya duduk.

Ia berjalan menuju soto bu Ami. Stand langganannya di kampus. Ia memesan dua mangkuk soto dan dua gelas es teh. saat hendak membayar, ia baru ingat kalau pak Aldi belum memberinya uang.

Terpaksa, ia yang membayar pesanan pak Aldi. Aulia mengeluarkan selembar uang dua puluh ribu. setelah mendapat kembaliannya, ia kembali ke mejanya.

Aulia duduk di depan pak Aldi lalu mengambil satu mangkuk soto dan segelas es teh dari nampan. Ia menuangkan sambal banyak-banyak. Sampai sebuah tangan kembali mencekalnya untuk kali ketiga.

kali ketiga, ada yang sama...

"Nanti kamu bisa sakit perut kalau satu wadah sambal kamu kamu habiskan sendiri." Pak Aldi berkata sambil masih memegang tangan Aulia .

"Iya," jawab Aulia bercicit. Ia dibuat salah tingkah lagi.

kemudian Aldi dan Aulia kembali memakan soto mereka masing-masing.

MADOS [TERBIT]Where stories live. Discover now