'Changmin' Part 10

Start from the beginning
                                        

"Imo? Apa kau mengenal Nyonya Ahra?" tanya Minho pada Ji Hyo. Ia tidak paham seberapa rumit situasi ini akan berkembang. Setidaknya ia harus mengerti apa yang terjadi agar bisa mengambil keputusan yang tepat jika terjadi keributan.

"Iya, kupikir dia wanita baik saat aku pertama kali bertemu dengannya. Ternyata dia hanyalah sosok busuk yang telah menghancurkan kehidupan orang lain." Ucap Ji Hyo sinis pada Ahra yang terlihat diam menahan amarah.

"Aku tidak mengerti kenapa kau ada disini. Jadi tolong pergilah dari rumah ini. Ini adalah rumahku dan aku tidak mengerti ucapanmu yang menghinaku." Ucap Ahra mencoba bersabar pada perkataan pedas Ji Hyo.

"Kau mengusirku rupanya. Aku juga tidak ingin berada ditempat terkutuk ini lagi. Yunho dan kau sama saja, kalian manusia busuk yang tidak tahu diri. Satu-satunya alasan aku masih disini adalah untuk melihat Changmin, putra Jaejoong. Asal kau tahu, aku dan Jaejoong adalah sahabat baik. Penderitaan Jaejoong juga menjadi penderitaanku dan aku akan membalas semuanya." Ucap Ji Hyo panjang lebar.

"Berhenti menyebut nama orang yang sudah mati! Changmin adalah putraku. Akulah orang yang sudah membesarkannya. Memangnya apa yang sudah orang mati itu berikan pada Changmin. Tidak ada. Tidak ada satupun."

"Jaga ucapanmu Ahra ssi!" ucap Ji Hyo memperingatkan, amarah dalam dirinya semakin menumpuk. Ia tidak tahu sampai mana ia bisa menahannya lagi.

"Eomma? Ahjumma? Bisakah kalian menjelaskan padaku? Aku tidak mengerti apa yang kalian ributkan. Kalian terus menyebut nama Jaejoong dan kematiannya. Lalu jika dia benar ibu kandungku, kenapa selama ini eomma tidak pernah menceritakkannya padaku? Dan juga kenapa eomma menyembunyikan kebenaran tentang appa?" tanya Changmin tampak frustasi, otaknya tidak mampu menebak-nebak lagi. Ia ingin semuanya terjawab jelas saat itu juga.

"Oohh jadi kau selama ini berbohong pada Changmin rupanya. Kau benar-benar tidak bisa dipercaya, dan sekarang kau masih berani mengaku sebagai ibunya? Hah." Ucap Ji Hyo semakin memojokkan Ahra.

"Ini bukan urusanmu Ji Hyo ssi." Ucap Ahra tidak mampu menyangkal setiap perkaatn Ji Hyo.

"Changmin-ah, dengarkan eomma. Eomma sangat menyayangimu, Nak. Eomma sungguh hanya ingin kau bahagia." Ucap Ahra mendekati Changmin. Ia ingin meraih Changmin dan memeluknya. Namun Changmin malah mundur kebelakang dan menolaknya.

"Jadi, semua itu benar eomma?" lirih Changmin meneteskan air mata. Ia merasa seluruh hidupnya penuh dengan kebohongan, ia merasa ia seperti mainan yang dipermainkan oleh orang dewasa untuk memenuhi kebahagiaan mereka sendiri.

"Wae? Wae? WAEEEE?!! MWAREBA!!??" ucap Changmin berteriak dan sedikit membentak.

Kyuhyun yang melihat kemarahan dan kesedihan Changmin ikut terluka. Ia menangis melihat keadaan Changmin dan semua drama dalam hidupnya.

"Changmin-ah" lirih Kyuhyun hampir tidak terdengar.

Ahra yang mendapat bentakan dari Changmin tampak terkejut mendapati penolakan dari Changmin.

"Changmin-ah dengarkan eomma. Eomma mohon, Nak. Eomma hanya-..."

"Cukup. Aku tidak tahu apa kau masih pantas kupanggil eomma? Aku hanya tidak ingin melihatmu sekarang. Beri aku waktu untuk memikirkannya." Ucap Changmin dengan nada dingin. Ia tidak pernah berkata sedingin ini dengan Ahra. Namun Changmin harus tetap berpikir logis dan tidak terlalu terbawa perasaan. Tapi tetap saja sulit mengontrol perasaannya dalam situasi seperti ini.

"Minho hyung terimakasih, dan Ji Hyo ahjumma kuharap kita bisa bertemu lagi nanti." Ucap Changmin membungkuk sopan lalu berjalan keluar melewati Ahra yang memandangnya dengan air mata berurai. Changmin pergi dan Kyuhyun ikut menyusulnya.

Menyisakan 3 orang dalam satu ruangan yang sama.

"Aku juga akan pergi, tidak ada alasan lagi aku ada disini. Urusanku dengan kau dan Yunho masih belum berakhir." Ucap Ji Hyo sedikit mengancam Ahra yang tampak berdiri kosong. Lalu berjalan pergi meninggalkan rumah yang menurutnya terkutuk itu.

"Nyonya?" panggil Minho pelan. Ia khawatir pada keadaan majikannya.

"Aku ingin sendiri. Bisakah kau pulang." Ucap Ahra dingin lalu berjalan menaiki tangga menuju lantai 2 tepat ke kamar Yunho.

"Baik, saya mengerti." Ucap Minho sopan lalu pergi. Ia memandang langkah Ahra yang bergetar. Ini bukan lagi urusan Minho. Sekarang ia akan mengurus bibinya saja.

Ahra memasuki kamar Yunho dengan diam, ia dan Yunho saling beratatapan. Yunho menunjukkan ekspresi wajah yang sanagt bersalah, sedangkan Ahra menunjukkan wajah yang kosong seolah tanpa raga.

"Wae? Waeyo? Aku sungguh tidak mengerti." ucap Ahra merosot terduduk di lantai.

"Aku tidak pernah menyesal menikahimu. Aku selalu bahagia saat bersamamu. Aku sangat bahagia saat tahu kau bangun dari koma mu. Aku senang merawatmu. Aku juga menyayangi putramu, aku meyayangi Changmin dengan sepenuh hatiku....hikss..hikkss... ini tidak adil. Kenapa aku selalu berakhir sebagai orang jahat....hikss..." tangis Ahra menyampaikan apa yang selama ini ia rasakan.

Yunho yang mendengarnya justru semakin merasa bersalah. Ia ingin meminta maaf pada Ahra. Dirinyalah satu-satu nya orang yang patut disalahkan disini.

'Maafkan aku. Kumohon maafkan aku.' Batin Yunho melihat Ahra menangis dihadapannya.

TBC (To Be Continued)

Don't Forget To Vote Comment and Share This Story If U Enjoy It

Thank U

.

.
See ya next Chap :)


I'm Not The Only OneWhere stories live. Discover now