34 || Kilasan memori

ابدأ من البداية
                                    

"Nona, ayolah, jangan tertawa terus, saya benar-benar tidak bisa turun."

Maura menatap Isabelle dengan geli. Wanita itu berada di atas pohon dengan wajah bingung, kedua lengannya memegang erat Batang pohon yang tengah ia panjat ini. Isabelle benar-benar kebingungan, ia tidak tahu bagaimana caranya untuk turun sekarang.

"Lompat saja, tanah akan menangkap mu," ledek Maura sambil menahan tawa.

Isabelle mengerucutkan bibirnya sebal, dalam hati merutuki Maura yang menyuruhnya untuk meletakkan kembali sarang burung yang jatuh tadi. Membuat Isabelle berakhir di atas pohon dan tidak bisa turun.

"Nonaaaaaa," rengek Isabelle ketika Maura terus-terusan menertawainya.

Maura menyentuh perutnya yang terasa sedikit sakit akibat terlalu banyak tertawa, ia mengusap air di sudut matanya. Maura mengalihkan pandangannya ke atas, menghindari wajah lucu Isabelle.

Deg...

Tubuh Maura mendadak membeku, matanya tak sengaja menangkap sosok pria bertopeng hitam yang menutupi separuh wajahnya, pria itu berdiri di balkon salah satu menara, ia menatap Maura. Dengan begitu lekat.

"Katakan jika kau mencintaiku!"

"Aku selalu mencintaimu."

Maura menyentuh kepalanya yang tiba-tiba saja terasa pusing, pandangannya mengabur. Ia tak bisa melihat dengan jelas pria yang berdiri di balkon itu.

"Kau cantik, sangat cantik."

"ARGHHHH..."

Maura menjambak rambutnya, kilasan wanita bergaun merah itu muncul lagi. Membuat kepalanya seakan ingin pecah dan membuat Maura kesetanan. Maura jatuh ke tanah, air matanya keluar begitu saja. Sangat menyakitkan, rasanya sakit sekali.

"NONA!"

Isabelle berteriak panik, tanpa pikir panjang melompat turun. Isabelle meringis, ujung rok nya sedikit robek akibat tersangkut ranting pohon, tapi itu tak masalah, yang terpenting Maura. Gadis itu kesakitan!

"Nona, apa yang terjadi?"

Dua pengawal yang semula berjaga dari jauh berjalan mendekat, menatap khawatir pada Maura yang menjambaki rambutnya sendiri sambil menangis. Keduanya gemetar ketakutan, bisa mati mereka jika sampai Avner mengetahu hal ini.

"Jangan diam saja, sialan! Bantu aku membawa nya!" sentak Isabelle kesal.

Ia meringis ketika merasakan jika sebelah kakinya terasa sakit, Isabelle yakin jika ia pasti terkilir ketika melompat jatuh tadi. Mata Isabelle berubah merah, ia mendesis tak ketika kedua pengawal itu hanya diam menatap mereka. Isabelle marah. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Maura?

"BAJINGAN, KAU TULI?!"

Kedua pengawal itu tersentak, mereka berjalan mendekat dengan gemetar. Isabelle membantu Maura untuk berdiri, kemudian meletakkan Maura di punggung salah satu pengawal itu. Mereka segera bergegas pergi, Isabelle berulang kali mengusap punggung Maura, menanyakan keadaan gadis itu.

Ia khawatir sekali, Isabelle tak bisa melihat Maura kesakitan seperti ini. rasanya seperti mengoyak kembali luka lama Isabelle.

"Nona, apa masih sakit? Apa yang Nona rasakan? Katakan, Nona!"

Jambakan tangan Maura pada rambutnya terlepas pelan, napasnya tersengal begitu saja. Tubuhnya seperti melemas, seluruh energinya seakan habis terkuras. Sesaat sebelum kesadarannya hilang, Maura dapat melihat dengan jelas wanita bergaun merah itu tersenyum. Wanita itu tersenyum padanya. Senyum yang mirip dirinya. Wajah yang mirip dirinya.

Binding destinyحيث تعيش القصص. اكتشف الآن