24 || Adu Argumen

1.6K 152 0
                                    

Selamat membaca dan menikmati kisah Avner dan Maura

♛Chapter twenty four♛




'Entah kau yang terlalu bodoh, ataukah mereka yang terlalu licik.'





          Negeri putih hari ini nampak cerah seperti biasa, burung-burung berkicau dengan riang. Bunga bermekaran dengan embun pagi yang beraroma menyegarkan. Namun hari yang begitu indah terasa sama saja bagi Loucy, wanita bergaun putih itu nampak duduk di balkon kamarnya dengan pandangan kosong. Ia menghela napasnya lelah, sudah lama sekali. Mengapa Ares tidak kunjung muncul juga?

Apa pria itu berbohong? Apa ia hanya memberi kalimat penenang saja untuk Loucy? Apa Ares sudah tidak mau memperjuangkan cinta mereka lagi?

"Aku benci saat kau berpikiran seperti itu."

Loucy tersentak kaget, ia membalikkan tubuhnya. Pria berjubah hitam dengan ornamen emas itu duduk di peraduan Loucy sambil tersenyum. Ia merentangkan kedua tangannya, meminta pelukan pada Loucy yang masih diam mematung.

"Loucy tak ingin memberiku pelukan?"

Loucy terkekeh kecil, ia nampak berbinar bahagia. Wanita itu berlari kecil lalu menerjang Ares dengan pelukan hangat. Ares terkekeh kecil ia menghujani wajah Loucy dengan kecupan kecil, sungguh demi apa pun juga ia merindukan wanitanya ini.

"Kukira kau berbohong," ucap Loucy sambil duduk di pangkuan Ares.

"Soal apa?"

"Soal kau akan kemari dan menjemputku," ucapnya lagi, "aku mengira kau hanya berbicara omong kosong saja."

Ares tertawa, lucu sekali Loucy ini, bagaimana mungkin ia bisa berbohong jika sudah menyangkut soal Loucy. Untuk apa Ares main-main jika sudah menyangkut soal Loucy?

"Jika tentangmu, aku tak pernah berani main-main."

Loucy berusaha keras menahan senyumnya, ia menyandarkan tubuhnya didada Ares, kedua tangannya mengusap tangan Ares yang memeluknya erat. Sungguh ini adalah saat-saat yang membuat Loucy selalu mampu untuk merasa tenang.

"Tapi, Ares, bagaimana kau bisa melewati pembatas yang dibuat Ayah?" Tanya Loucy heran.

Pasalnya pembatas yang dibuat oleh Asgard bukan main begitu kuatnya. Tak akan ada iblis yang utuh jika melewati pembatas itu, hanya selangkah saja mereka akan langsung lenyap menjadi debu. Dan melihat Ares bisa utuh dan berada disini, adalah sebuah keajaiban bagi Loucy.

"Itu mudah, Loucy. Hanya dengan dua batang duri mawar hitam, dan beberapa ramuan, serta kekuatanku. Semua akan baik-baik saja."

"Ya, kau benar. Kau kan memang begitu hebat, aku lupa fakta itu."

Ares tersenyum ia menghirup aroma Loucy yang begitu menenangkan, sudah berabad lamanya,  ia dan juga Loucy tak pernah bisa sedekat ini. Andai bisa Ares ingin menghentikan waktu agar ia dan Loucy bisa bersama lebih lama lagi.

"Ares, kau akan membawaku bersamamu kan?" Tanya Loucy.

Ares mengangguk. "Tentu saja, tapi tidak sekarang. Ada banyak hal yang harus benar-benar aku siapkan."

"Tapi aku takut," ucap Loucy sambil berbalik dan memeluk leher Ares dengan begitu erat.

"Apa yang membuatmu takut?"

"Karena kita berbeda, aku takut kejadian ratusan tahun lalu kembali menimpa kita," ucap Loucy dengan nada bergetar, "aku tak ingin kembali terpisah darimu."

"Loucy, kau masih ingat ucapan penyihir itu ratusan tahun lalu?"

Loucy menyatukan kedua alisnya, ia menatap Ares bingung. "Penyihir Jun?"

Binding destinyWhere stories live. Discover now