Prolog

9.9K 646 3
                                    

Kamu gelap, dan aku takut pada kegelapan.

Aku terang, dan kamu tak suka pada cahaya yang menyilaukan.

Sejak awal, kita memang mustahil bersama, jadi kenapa kau masih keras kepala?

Dengan keegoisan mu menyeret ku dalam dunia pengap tanpa cahaya.

Tanpa memikirkan apakah aku akan bahagia atau sebaliknya, yang terpenting untukmu adalah memiliki ku.

Meski kau tahu, tuhan tak pernah mengizinkan itu semua.

Walau nyatanya, takdir telah mengikat kita dengan kencang, agar tak saling terlepas.

-BINDING THE DESTINY-

Maura benar-benar merasa asing dengan tempatnya sekarang, ia mengedarkan pandangnya ke penjuru  ruangan luas yang di isi ornamen berwarna hitam yang terkesan kelam. Sepanjang hidup Maura selama 18 tahun ia tak pernah merasa setakut ini, sebelumnya ia adalah gadis berani yang menyukai tantangan. Maura segera beranjak dari sebuah ranjang besar yang menjadi tempatnya berbaring tadi. Maura berlari dengan tergesa ketika melihat pintu dengan ukuran raksasa itu terbuka lebar, ia senang, berpikir akan segera bebas.

Namun, keanehan selanjutnya terjadi. Maura dapat merasakan jika ia terjungkal ke belakang tepat setelah berjalan sepuluh langkah dari ranjang besar itu. Maura mengusap bokongnya yang terasa nyeri, namun ia tak menyerah, Maura kembali bangkit. Ia berlari lagi, dan jatuh terjungkal dengan lebih menyakitkan. Maura mengernyit aneh, ia mengangkat tangannya, mulut Maura terbuka lebar ketika merasakan jarinya menyentuh sesuatu seperti kaca.

Maura menggelengkan kepala tak percaya, ia mengedarkan pandangannya lalu mengambil salah satu kursi yang ada di dekat ranjang itu. Maura mengerahkan semua tenaganya, ia melemparkan kursi itu berharap kaca transparan yang tadi Maura rasakan dapat pecah. Namun nihil, kursi itu melayang dengan mudah dan mendarat sempurna di depan pintu. Maura kembali menggeleng ini di luar nalarnya. Tubuh Maura mundur kebelakang, ia menatap pintu keluar dengan tekad kuat, Maura kembali berlari dengan harapan dapat mendarat seperti kursi tadi.

BRUGH

Maura kembali menggeleng sebenarnya apa yang salah. Tangan Maura kembali terangkat, ia dapat merasakan dengan jelas jika tangannya tengah menyentuh sebuah kaca pembatas yang transparan. Namun kenapa kursi tadi dapat melayang dengan mudah? Ini benar-benar di luar batas pikirannya.

"Mencoba kabur, sayang?"

***

Cerita ini murni dari imajinasi ku, jadi jika sekiranya ada yang aneh atau bahkan tak masuk akal, maklumi saja ya:)

Karena sebelumnya ceritaku bergenre teen fiction, sekarang aku coba menulis fantasi, semoga pada like, bye:*

Follow me :

IG: nuranisa174

With love,
Imaginisa_

Binding destinyWhere stories live. Discover now