14 || Kecurigaan Maura

2K 201 1
                                    

Selamat membaca dan menikmati kisah Avner dan Maura

BAGIAN EMPAT BELAS







       Suasana di meja makan kali ini terasa ramai. Jika kemarin hanya ada Elvan dan Maura di sini, sekarang justru nampak berisik karena celotehan Leta yang tak kunjung henti. Gadis sebaya Maura itu berulang kali mencuri kesempatan pada Elvan, meski hanya di tanggapi dengan biasa saja oleh pemuda bertopi hitam itu.

"Jadi ini yang masak Elvan?" tanya Leta sambil memilin ujung rambutnya. Menatap pada Elvan yang nampak tenang di samping Leta.

"Iya."

Mata Leta berbinar. "Wah, lo keren banget sih, udah ganteng, gentle, bisa masak, baik lagi. Ya ampun tipe suami idaman gue banget," ujarnya bersemangat.

Elvan berdehem gugup. Ia hanya mengangguk menanggapi ucapan Leta sambil berterima kasih atas pujiannya. Maura menatap dua orang di depannya dengan jijik. Maura tak habis pikir jika Leta bisa centil seperti itu pada orang yang di kenalnya beberapa jam lalu.

"Mm, ngomong-ngomong Elvan udah punya pacar belum?" tanya Leta malu-malu.

Elvan nampak melirik Leta melalui ekor matanya. Ia berdehem. "A—aku tidak memiliki kekasih," jawabnya.

Mata Leta nampak berbinar ia bersemangat sekali. Leta mendekatkan tubuhnya pada Elvan dengan tanpa malu merangkul bahu pemuda itu, Leta memiringkan kepala menatap pada Elvan dengan binar bahagia.

"Lo mau gak jadi pacar gue?"

"UHUK..."

Maura dan Elvan yang semula tengah menelan makanan mereka terbatuk-batuk. Terkejut dengan ucapan dari Leta. Maura tahu jika Leta adalah sosok gadis yang blak-blakan dan spontan namun ia tidak menyangka jika Leta akan berkata dengan santai seperti itu. Ah, untung sekarang Maura malu mempunyai sahabat seperti Leta.

"Ah, aku tidak mengerti maksudmu," ucap Elvan gugup.

Leta menatap Elvan sebal lalu berdecak pelan. "Ah, ya udah lah," ucapnya.

Maura hampir saja terbahak ketika melihat Leta untuk pertama kalinya di tolak oleh pria. Maura menatap Leta dengan wajah mengejek gadis itu tanpa suara. Yang hanya di balas oleh delikan oleh Leta yang kembali memakan makanannya.

"Aku permisi sebentar."

Elvan bangkit dari duduknya. Pemuda itu nampak agak terburu-buru menuju ke depan. Maura mengernyitkan keningnya. Ia menatap Elvan curiga. Sejak awal Maura memang merasa aneh dengan Elvan, apalagi ketika Elvan berbicara dengan cermin waktu itu.

Jadi, entah inisiatif dari mana, Maura mendadak berdiri dari duduknya. Ia berpura-pura hendak mengambil ponselnya di kamar depan. Leta memang bodoh, gadis itu mungkin lupa jIka di desa ini tidak ada aliran listrik. Jadi tidak mungkin jika ponsel Maura masih dapat dinyalakan setelah beberapa hari gadis itu di sini.

Maura mengintip melalui balik pintu ketika melihat Elvan tengah nampak berbincang di teras depan rumah Nenek Maura. Pemuda itu nampak menganggukkan kepala sambil menatap cermin yang ia pegang. Maura agak mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat. Ia perlahan bisa mendengar apa yang tengah di bicarakan oleh Elvan dan cermin itu.

"Ya Tuan, saya akan segera menjalankan rencana kita," ucap Elvan dengan serius.

"Aku akan memastikan ucapanmu kali ini,"

Maura terkesiap kaget ketika melihat sosok laki-laki berjubah hitam di dalam cermin itu. Ia bahkan mendengar suara berat dan menyeramkan pemuda itu.

"Tentu, Tuan. Saya tidak mungkin mengingkari apa yang telah saya ucapkan."

"Oh, iya, apa gadis itu baik-baik saja? Kau sudah memastikan ia hidup dengan layak?"

Elvan mengangguk pasti. "Tentu, Tuan. Gadis itu akan saya rawat dengan baik."

Maura menelan ludahnya. Siapa kira-kira gadis yang Elvan maksud? Dan bagaimana bisa cermin itu mengeluarkan suara? Apakah itu sejenis gadget keluaran terbaru? Apakah Elvan sedang melakukan vidio call saat ini? Semuanya membuat Maura bingung.

"Baguslah, aku tidak ingin terjadi sesuatu dengannya. Elvan, aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Besok segera jalankan rencana kita!"

"Baik, Tuan. Namun ada yang ingin sekali saya tanyakan pada, Tuan."

Pemuda di dalam cermin itu nampak mengangguk. "Katakan!"

"Mengapa Tuan malah memberikan gadis itu pada Avner? Kalau Tuan benar menginginkannya mengapa tidak langsung saja ia Tuan bawa bersama Tuan?"

Maura semakin tidak memahami apa yang tengah Elvan bicarakan. Tuan siapa sebenarnya yang tengah berbicara dengan Elvan? Dan lagi siapa gadis yang mereka maksud itu?

"Aku hanya berbaik hati sedikit pada iblis itu, membiarkan nya bahagia sebentar, sebelum akhirnya aku mengambil gadis itu dari tangan Avner—"

Elvan masih menatap cermin tidak paham. Pria di dalam cermin itu nampak menyeringai jahat merasa jika rencananya pasti akan berjalan dengan hebat.

"—agar iblis itu tahu, bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang begitu dicintai."

Elvan mengangguk. "Baik Tuan saya mengerti."

"Masuklah lagi, jangan membuat mereka curiga."

Elvan mengangguk.

"Jaga gadis itu. Jaga Maura untukku!"

Maura terkesiap tak percaya saat namanya di sebut. Gadis itu langsung berlari menuju ke dapur. Ia berusaha sebisa mungkin menormalkan raut wajahnya. Meyakinkan semua orang jika tak terjadi apa-apa.

Maura duduk dengan tenang, kembali melanjutkan makannya. Beberapa detik kemudian Elvan menyusul masuk. Pemuda itu tersenyum ramah sambil meneguk air putih dengan tenang.

Maura memperhatikan Elvan dengan diam-diam. Ia menatap pada pemuda iti dengan tatapan curiga. Mata Maura menyipit.

Siapa Elvan ini sebenarnya?




***

Binding destinyWhere stories live. Discover now