33 || Tanpa Judul

899 106 1
                                    

    Selamat membaca dan menikmati kisah Avner dan Maura

|chapter thirty three|










        Suara dentingan sendok dengan piring mendominasi malam ini, Elvan nampak tenang mengunyah makanannya dengan santai, pemuda itu tampak tak terganggu dengan tatapan wanita di depannya ini.

Leta menghela napas, ia menggigit bibirnya, entah kenapa setelah apa yang ia lihat tadi Leta menjadi takut ketika berada dekat dengan Elvan. Firasatnya mengatakan jika Elvan bukan pemuda baik, Elvan berbahaya.

"Sayang, ada apa?"

Leta terlonjak, Elvan menghentikan makannya, ia sekarang menatap Leta dengan wajah bingung. Sedari tadi istrinya itu hanya diam, tidak menyentuh makan malamnya sama sekali, Elvan jadi khawatir.

Leta menggeleng, ia tersenyum, mencoba menutupi fakta bahwa tubuhnya bergidik takut sekarang.

"Aku tidak selera makan," ucap Leta.

"Kenapa? Kamu ingin sesuatu?"

Elvan bangkit dari duduknya, ia berjalan kearah Leta lalu berlutut di samping wanita itu. Elvan tersenyum lembut ia mengusap perut Leta lalu mengecupnya lembut. Perlakuan sederhana Elvan yang membuat Leta kembali bertengkar dengan pikiran nya.

Elvan adalah suami sempurna, kenapa ia curiga pada suaminya ini?

"Anak Ayah ingin apa, hm?" tanya Elvan kepada janin di dalam perut Leta. "Jangan menyusahkan Ibu ya, kasihan Ibumu belum makan, dia pasti lapar, nak."

Leta ingin menangis, Elvan kenapa begitu manis malam ini.

"Hei, sayang, ada apa?"

Leta menggeleng, ia menghapus air matanya yang jatuh secara tiba-tiba, Leta mencoba tersenyum pada Elvan yang sudah khawatir menatapnya.

"Besok kamu dirumahkan?" tanya Leta.

Elvan tersenyum lembut, wajahnya sedih sembari mengusap rambut Leta dengan sayang.

"Maaf, sayang. Besok aku harus ke desa seberang untuk menjemput Nenek. Kamu ingin di bawakan sesuatu?"

Leta menggeleng. "Aku ingin ikut."

"Perjalanannya jauh, aku tidak mau kamu kelelahan, lain kali saja, ya?"

Elvan mengecup kening Leta, mencoba memberi pengertian pada istri nya. "Aku janji akan membawamu jalan-jalan, jangan marah, ya?"

Leta mengangguk lesu. "Yasudah, tapi aku ingin di bawakan oleh-oleh!"

Elvan terkekeh kecil. "Baiklah, istriku ingin apa?"

"Kamu tahu Anak tetangga sebelah kita kan?"

Elvan mengangguk, ia memang pernah melihat anak perempuan berusia lima tahun yang sering datang kemari untuk sekedar memetik bunga di halaman rumah, atau juga kadang bermain bersama Leta.

"Kemarin aku liat dia pake jepit kupu-kupu, Bagus," cicit Leta sambil menunduk.

Elvan tersenyum lembut, memeluk tubuh Leta dengan sayang. "Aku akan bawakan sepuluh untuk kamu, berbagai macam bentuk," ucapnya.

Leta tersenyum senang, membalas pelukan Elvan dengan erat. Meski sebenarnya masih ada yang mengganjal dari Elvan, dan masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Ia hanya ingin memeluk suaminya, untuk saat ini. Tanpa tahu apa yang akan terjadi nanti.

"Elvan," panggil Leta.

"Hm?"

"Kamu benar-benar pergi ke desa seberang kan? Untuk menjemput Nenek?"

Binding destinyWhere stories live. Discover now