10 || Terkurung

3.1K 271 2
                                    

Selamat membaca dan menikmati kisah Avner dan Maura

BAGIAN SEPULUH


     
           Dalam ruangan dominasi warna hitam dan merah gelap itu. Terbaring lemah sosok Avner. Pemuda dengan warna rambut merah gelap itu nampak mengeluarkan aura putih, pertanda jika kekuatannya telah terkuras habis. Ramuan yang di berikan oleh Ares bukan lah ramuan biasa. Itu di racik untuk melumpuhkan Avner yang memiliki kekuatan tak tertandingi. Jika pada manusia mungkin akan langsung merenggang nyawa ketika meminum ramuan itu namun untuk iblis sekelas Avner. Hanya akan tak sadarkan diri  selama 24 jam, dan kehilangan kekuatan selama seminggu penuh.


Ares yang berdiri di samping peraduan Avner nampak tak melepaskan perhatian nya dari anak semata wayang nya itu. Ares sudah memberi mantra pembatas pada diri Avner, yang artinya pemuda itu tidak akan bisa keluar dari area istana. Jika Avner nantinya memaksa sudah dapat di pastikan jika tubuhnya hangus terbakar.


Ares melakukan itu bukan  tanpa alasan, ia hanya ingin agar Avner, negeri nya dan Maura bisa sama-sama terselamatkan. Ares paham sekali jika Avner sudah terlanjur mencintai gadis manusia itu, namun lebih baik seperti ini, dari pada menimbulkan hal yang lebih berbahaya lagi. Memisahkan mereka berdua adalah satu-satunya jalan terbaik untuk saat ini.

"Hormat hamba yang mulia."

Ares mengalihkan pandangannya pada salah satu pengawal yang kini bersimpuh di depannya. Pengawal itu menunduk penuh hormat pada Ares yang nampak tidak perduli.

"Dewan Menteri sudah menunggu di aula istana, yang mulia."

Ares menghela napasnya. Ia tahu pasti akan apa yang sekiranya ingin di bicarakan oleh anggota dewan menteri istana. Ares bangkit dari duduknya memberi isyarat pada pengawal itu untuk pergi. Ares memandang ke arah peraduan sang Putra dengan wajah sedih, setelahnya ia beranjak pergi. Menuju aula yang sudah penuh oleh para anggota dewan istana.







| BINDING DESTINY |







  
    Hal pertama yang Avner rasakan ketika matanya terbuka adalah rasa sakit luar biasa pada dadanya. Seperti tercabik dan perih jadi satu. Tubuhnya pun melemas bukan main. Rasanya seluruh energinya terkuras habis, tidak tersisa sedikit pun. Avner mengedarkan pandangannya, ia sedikit mengeraskan rahang ketika melihat sebuah asap berwarna putih yang mengelilingi tubuhnya. Sial, bagaimana ini bisa terjadi?

Avner turun dari peraduannya, memanfaatkan sedikit tenaga yang masih ia miliki. Avner tidaklah bodoh, ia tahu ini pasti ulah Ayah nya yang menggunakan ramuan aneh untuk membuatnya seperti ini. Avner tahu karena ia pernah melihat Ares melakukan hal yang sama pada Thoro. Kakeknya.

"Sial, pria tua itu pasti sudah memberi mantra pembatas padaku," gumam Avner.

Avner berusaha bangkit menuju ke arah balkon kamarnya, namun baru beberapa langkah ia jatuh tersungkur ke lantai. Avner menggeram kesal, ia mengumpat kasar. Avner memandang kearah langit yang berwarna hitam pekat nan gelap. Seperti biasanya.



Avner merangkak menuju ke balkon kamarnya, ia membuka pintu balkon dengan sisa tenaga yang ia punya. Avner terengah-engah. Ia menatap bengis pada langit gelap. Avner memejamkan matanya, keringat dingin membanjiri tubuhnya, baru beberapa detik kemudian ia terbatuk hebat mengeluarkan cairan hitam gelap. Sial, bahkan untuk memunculkan sayapnya saja ia sudah tidak bisa.

"Pria tua keparat! Apa yang sebenarnya dia inginkan!"


"Lupakan gadis itu, dan gantikan aku menjadi Raja!"

Avner menolehkan kepalanya ke belakang. Di ambang pintu Ares berdiri dengan wajah lelahnya. Ares berjalan mendekati Avner, membawa pemuda itu kembali menuju peraduan nya.

Ares menghela napasnya ia sudah sangat lelah untuk berbicara hal yang sama pada Avner.

"Lupakan gadis manusia itu, Nak. Dan fokus lah untuk menggantikan ku menjadi Raja."

Avner berdecih. "Cih, sampai kapanpun aku tidak akan pernah melupakan Maura. Aku akan membawanya ke sini, aku akan menjadikan nya pengantin ku!"

Ares membelalak kan matanya tak percaya. "Avner, kau tahu itu hal mustahil! Kau dan gadis itu berasal dari ras berbeda!" Ares duduk di samping Avner mencoba memberi putra nya perhatian. "Dia dari ras manusia, kau dari ras iblis! Kau pikir semesta menyetujui kalian untuk bersama?"

Avner memalingkan wajahnya. "Aku tidak peduli! Maura akan tetap menjadi milikku, apapun yang terjadi!"

"Avner! Buka matamu! Jika kalian bersama bukan hanya semesta yang akan menentang, bukan hanya aku atau kakek mu yang akan menentang, apa kau tidak memikirkan rakyat negeri ini? Apa kau pikir mereka akan senang jika mengetahui pendampingmu hanyalah manusia lemah?"

Aura hitam tiba-tiba saja mengerubungi tubuh Avner, membuat Ares yang ada di samping Avner merasakan sesak luar biasa. Meski dalam keadaan lemah seperti ini namun aura Avner saat murka masih sangat kuat.

"Jangan menghina Maura ku!"

Ares kembali menghela napasnya. "Nak, tolong kau pikirkan kembali. Jika kalian bersama nanti, apakah gadis itu akan bahagia bersamamu? Apakah kau tahu penderitaan apa yang akan di terima gadis itu jika kalian bersama nanti? Apa kau tahu?"

"Aku tak peduli, selama bersamaku Maura akan tetap aman, akan kupastikan ia bahagia."

Avner merebahkan tubuhnya di atas peraduan dengan membelakangi Ares.

"Aku bukan pengecut seperti Ayah, yang melepaskan Loucy begitu saja, jadi jangan mencampuri urusanku!"


Ares tertegun ia menatap punggung putra nya dengan kilatan marah. Bagaiman mungkin anak itu bisa dengan gampang menghina dirinya? Ares bangkit dari peraduan Avner, ia berjalan menjauh sebelum mengucapkan kata,

"Gantikan aku sebagai Raja, maka akan ku kembalikan kekuatan mu!"


Ares berjalan keluar menutup pintu kamar Avner rapat. Ia berjalan menuju ke kamarnya sendiri, dengan menyeringai samar. Avner itu, ia pikir bisa meremehkan Ares? Ayahnya sendiri?

"Ck, dasar bodoh!"









***

Cocok sih bapak sama anak sama-sama licik😂😂

Don't forget to vote and comment or share if you like my story:)




With love,
Imaginisa

Binding destinyWhere stories live. Discover now