11 || Dua sosok baru

2.6K 248 6
                                    

Selamat membaca dan menikmati kisah Avner dan Maura

BAGIAN SEBELAS




  
       Dalam ruangan gelap dan pengap itu Maura duduk terikat. Ia tak dapat menggerakkan tubuhnya barang seinci pun. Maura menoleh ke kanan dan kiri dengan liar, namun sama sekali tidak dapat menemukan apa pun. Maura menyipitkan matanya ketika seberkas cahaya terang menyilaukan Indra pengelihatan nya.

Seperti di bioskop, sebuah layar besar berwarna putih terpampang jelas di hadapan Maura. Di sana Maura dapat menyaksikan sesosok pemuda terbaring lemah di sebuah tempat tidur megah dan mewah. Seperti di kerajaan-kerajaan eropa.

Pemuda dengan pakaian khas kerajaan berwarna emas, hitam dan merah gelap itu menutup mata dengan damai. Deru napasnya bahkan dapat terdengar di telinga Maura.

Sekilas pemuda itu nampak tertidur dengan damai, namun ketika Maura benar-benar serius memperhatikan ia dapat melihat bulir-bulir keringat dingin dan juga raut kesakitan dari pemuda itu. Gumaman samar pun perlahan terdengar, rasanya seperti gumam memanggil namanya dengan lirih dan putus asa. Dengan kesakitan luar biasa.


"M—maura... Maura... Akhhh— Maura."

Suara itu terdengar lemah dan putus asa.

Layar mendadak mati, kini menyisakan Maura dalam kegelapan lagi. Layar kembali menyala menampilkan sosok berbeda. Pemuda dengan jubah hitam yang berdiri di depan cermin besar.

Maura tidak dapat melihat jelas wajah pemuda itu, namun entah mengapa mendadak ia menjadi merinding, tubuhnya mendadak dingin. Maura meneguk ludah nya susah payah.

Pemuda itu menyeringai, berbalik menatap Maura.



|BINDING DESTINY|



"Apa yang kau lakukan?"

Pemuda berjubah hitam yang semula tengah memejamkan mata sambil merapalkan mantra itu menaikkan alis. Ia tak merasa terusik. Masih tetap fokus, meskipun seorang wanita cantik mendatangi nya dengan raut wajah bingung. Wanita dengan kulit pucat pasi itu duduk di peraduan pemuda itu dengan mata tak lepas memperhatikan pemuda di depannya.

"Axel, apa kau mencoba mantra baru?" tanya wanita itu lagi.

Pemuda yang di panggil Axel itu membuka matanya. Ia menolehkan kepala menatap gadis itu dengan kesal.

"Ck, kau mengganggu saja! Apa kau tidak lihat aku sedang sibuk?"

Gadis itu mengangkat alis. "Jika yang kau maksud adalah berdiri sambil memejamkan mata dengan mulut bergumam, ya, aku melihat nya."

"Lalu kenapa kau masuk?"

Gadis itu mencebikkan bibirnya kesal. "Aku hanya kesal saja."

Axel mendudukkan dirinya di samping gadis itu. Ia mengangkat alis bingung. "Kesal kenapa?"

"Aku tidak bisa menemui Avner hari ini, dia sedang sakit, padahal aku ingin menjenguknya tapi para pengawal sialan itu tidak memperbolehkan aku masuk."

"Kenapa? Kau kan pelayan di sana, kenapa tidak diizinkan masuk?" tanya Axel bingung.

"Entahlah, aku benar-benar kesal sekarang."

Axel menghela napasnya. Ia menatap pada gadis itu dengan pandangan lelah. Axel menghembuskan napasnya agak kasar.

"Mengapa kau begitu menyukai Avner? Apa bagusnya dia?"

"Cih, yang pasti dia lebih Bagus darimu! Kau lupa jika Avner adalah pewaris tunggal dari kerajaan dunia bawah? Dan lagi, dia itu sangat tampan," jelas si wanita dengan wajah berbinar.

Axel berdecih ia memilih merebahkan tubuhnya yang terasa lelah di peraduan. Memejamkan matanya sejenak. Mengabaikan wanita itu yang kini nampak heboh menggoyangkan tubuh Axel agar memperhatikan nya.

"Ck, kau mengganggu saja, sialan!" kesal Axel.

Wanita itu tersenyum manis menatap pada Axel. "Apa kau tahu mantra agar Avner bisa jatuh Cinta padaku?"





|BINDING DESTINY|


   Sudah dua hari tubuh Avner benar-benar lemah tak bertenaga, bahkan untuk sekedar berkedip saja rasanya sangat berat. Avner menatap ke balkon kamarnya dengan pandangan kesal. Sudah dua hari dan pria tua itu tidak pernah lagi menemuinya. Membuat Avner diam-diam berdecak dan kesal. Ia tahu jika Ares memang sengaja melakukan ini padanya.

"RAJA ARES MEMASUKI KAMAR PANGERAN AVNER!"

Avner memalingkan wajahnya dengan kesal. Ia muak sekali melihat wajah pria licik itu. Pintu terbuka lalu tertutup dengan pelan. Ares masuk kedalam sambil tersenyum miring memperhatikan Avner yang masih terbaring tak berdaya di atas peraduan.

Ares duduk di sebuah sofa yang ada di dekat pintu. Ia terkekeh kecil melihat putra nya itu.

"Bagaimana, nak? Apa kau sudah memutuskan?"

Avner berdecih. Ia tak sudi melihat wajah Ares untuk saat ini.

"Kau hanya perlu mengikuti pelatihan istana, melakukan penobatan mu menjadi Raja, menggantikan ku, hanya itu saja."

Avner memalingkan wajahnya ia berdecih menatap pada Ares. "Cih, hanya itu kau bilang?"

"Dan menjauhi gadis manusia itu tentu saja," sambung Ares dengan tenang.

Avner menggeram kesal. Jika kekuatannya sudah pulih dapat di pastikan bahwa Ares sudah berada di kamarnya bersama tabib istana yang mengobati luka Ares. Avner bisa pastikan itu.

"Mengapa kau begitu keras memisahkan ku dengan Maura?!"

Ares menghela napasnya. "Harus berapa kali ku katakan padamu, kalian berdua tidak akan bisa bersatu. Semesta menentang keras hubungan kalian Avner."

Avner terkekeh sinis. "Lalu bagaimana dengan kau dan loucy dulu? Apa semesta juga menentang kalian?"

Ares menatap Avner tajam. "Ini tidak ada hubungannya dengan Loucy!"

Avner meludah di depan Ares, ia sudah benar-benar muak dengan pria tua yang sialnya adalah ayah nya ini.

"Kalau kau dan loucy saja bisa, lalu mengapa aku tidak?!"

"AVNER! KAU TIDAK PERNAH MENGERTI KEADAANNYA!"

Avner terkekeh sinis. "Bagian mana yang tidak aku mengerti? Soal kau yang membawa Loucy kabur hingga aku lahir? Atau soal kau yang pengecut hingga membiarkan Kakek memisahkan kalian?"

Ares menggeleng tak percaya dengan ucapan putranya. Ares mengeraskan rahangnya, ia menatap Avner tajam tak ingin ini berlangsung lebih lama lagi. Ares akan segera mengakhiri ini semua.

"Gantikan aku menjadi Raja, maka akan ku pulihkan dirimu seperti semula."

Ares bangkit ia hendak berjalan keluar sampai Avner memanggil nya. Dengan suara pelan dan terdengar pasrah Avner berkata,

"Baiklah, aku akan menggantikan mu menjadi Raja, sesuai keinginanmu."

Ares tersenyum miring. Ia menutup pintu kamar Avner dengan pelan. Sembari berjalan senyuman itu tak pernah luntur dari wajah tampannya.

"Akhirnya Loucy, sebentar lagi kau dan aku akan bersama, lagi."

Ares mengelus rahangnya pelan ia menjentikkan jarinya membuat tubuhnya perlahan menghilang menyisakan kepulan percikan api kecil.

"Avner benar-benar bodoh."





👿👑👿

Ada apa sih ini ada apa??

Binding destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang