━ Panik ━

14.9K 1.4K 393
                                    



Hobi baruku adalah membuat kalian geregetan dan emosi :>





Suasana ruang tengah kala itu semakin memanas. Mereka yang tersisa saling melempar tatapan tajam satu sama lain. Semenjak kepergian Jeno, mereka semua terdiam penuh kebungkaman.

Terlihat Jaehyun mengepalkan tangannya kuat, rahangnya mengatup tegas, menandakan ia siap meledakkan emosinya kapan saja.

"Kamu gak perlu ikut campur. Ini bukan ranah kamu. Kamu gak ada hak Jaehyun!" suara bariton itu serasa menusuk indera pendengaran Jaehyun. Ia mendecih seraya tersenyum remeh.

"Aku adalah kakak Jeno dan Jeno adalah adik aku. Jelas-jelas aku punya hak untuk membela adik aku" ucap Jaehyun dengan penekanan disetiap kalimatnya.

Sang ayah menggeram marah "Kamu berubah Jaehyun. Sejak kapan kamu jadi pemberontak begini hah?!"

"Sejak aku sadar akan kelakuan brengsek kalian terhadap adikku" balas Jaehyun sarkas.

"Ternyata anak sial itu sudah mencuci otakmu ya?" ujar sang ibu sinis.

"Iblis yang sedang menyamar jadi manusia di depanku ini adalah orangtua ku sendiri"

"JAEHYUN!!" sang ibu kehilangan kontrol emosinya, ia membentak si sulung yang dengan kurang ajar menghina dirinya sebagai iblis. Ya, tapi memang benar kan bu?

Jaehyun tersentak kaget, baru kali ini ia mendengar ibunya membentak dirinya. Selama ini sang ibu selalu bertutur kata lembut terhadap dirinya.

"Apa? Apa yang aku katakan benar kan? Kalian menganggap diri kalian manusia tapi masih aja tidak bisa memanusiakan manusia. Apakah itu masih bisa disebut manusia?" ucapan Jaehyun telak membuat kedua orangtuanya terdiam membisu.

"Jeno itu anak kalian, anak kandung kalian. Dan kalian tega menyakiti dia. Wah, hebat sekali kalian. Orangtua macam apa yang tega menyakiti anaknya sendiri?" lanjutnya.

"Jeno gak minta banyak sama kalian. Dia hanya ingin diakui dan diterima oleh orangtuanya. Apa sesulit itu mendapat pengakuan dari kalian?"

Baik ayahnya maupun ibunya, mereka sama-sama mengalihkan pandangannya dari Jaehyun "Lebih baik kamu urusi saja skripsi kamu itu" sang ayah berucap setelah terdiam cukup lama.

"Cih, terserah. Susah ngomong sama manusia kepala batu kayak kalian. Jaehyun nyesel jadi anak kalian"

Dengan langkah lebar, Jaehyun pergi meninggalkan kedua orangtuanya. Menaiki tangga dengan ritme langkah kaki yang terasa berat. Sesampainya di ujung anak tangga, ia berjalan menuju kamar sang adik untuk mengetahui keadaan adiknya itu.

Menghela napas sejenak untuk meredakan emosinya yang sempat meledak. Tangannya terulur untuk mengetuk pintu kamarnya adiknya.

"Jeno? Buka pintunya, ini kak Jae" Jaehyun mengetuk pelan kamar Jeno, berharap sang empunya kamar sudi membukakan pintu kamarnya untuknya.

Berulang kali ia mengetuk pintu dan menggaungkan nama sang adik, namun tetap saja pintu di depannya tak kunjung terbuka dan menampakkan sosok penghuni kamar tersebut.

Jaehyun masih terus mengetuk pintu kamar Jeno. Dilanda rasa khawatir, ia mengetuk pintu di depannya dengan lebih keras.

"Jeno buka pintunya atau kakak dobrak?" tegas Jaehyun. Ia panik, sungguh. Khawatir dengan keadaan adiknya di dalam sana. Ia berusaha menepis pikiran negatif di dalam kepalanya.

"Jeno buka pintunya! Kakak dobrak ya?"

Masih tak kunjung dibuka, Jaehyun berinisiatif untuk mendobrak paksa pintu kamar adiknya itu.

Breathe《Lee Jeno》Where stories live. Discover now