━ Salah ━

9.5K 1.4K 88
                                    


CILUKK BAAAAAAAAA

Teteh kembali :>

Yang sider nanti teteh kirimin paket ke rumah kalian isinya virus korona







Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Kini Jeno dan teman-temannya tengah bersiap untuk memulai acara. Mereka semua sibuk dengan urusan masing-masing. Termasuk Jeno, ia sedari tadi sibuk keliling untuk memastikan semuanya telah siap. Sebagai pemimpin, ia merasa bertanggung jawab penuh atas kesempurnaan acara.

Jeno menghampiri panggung, memperhatikan anggotanya yang tengah menyempurnakan dekorasi.

"Bagaimana dengan dekorasi panggung? Sudah semua?" tanya Jeno pada salah satu anggotanya.

Yang ditanya hanya melirik Jeno sekilas lalu kembali melanjutkan kegiatannya "Sudah" jawabnya singkat.

"Ada yang bisa ku bantu?" tanya Jeno sekali lagi.

Anak itu tampak berdecak kesal "Tidak perlu, yang ada kamu nanti menyusahkan kami"

Jeno hanya tersenyum menanggapi "Yasudah, nanti kalau ada apa-apa bilang padaku"

Setelahnya ia berlalu meninggalkan anggotanya itu. Ia berjalan menuju ruang Osis untuk memeriksa kembali beberapa dokumen.

Jam delapan tepat acara dimulai. Semua orang bersenang-senang, beberapa orang sibuk mengabadikan moment acara ini. Tawa lepas mengudara. Jeno tersenyum melihatnya. Ah iya, ia kini kembali berkeliling sekolah untuk memastikan acara berjalan lancar dan sesuai harapan. Ia sendirian. Entah kemana perginya wakilnya, si Soobin, ia tidak peduli.

Saat pertengahan acara ketika ia tengah menikmati penampilan di atas panggung, seseorang menghampirinya.

"Jen, kamu dipanggil bu Taeyeon di ruang Osis" ujar Heejin, salah satu anggotanya.

"Oh, oke aku kesana"

Dengan sedikit berlari ia menuju ke ruang Osis. Mungkin gurunya itu ingin membicarakan sesuatu dengan dirinya, begitu pikirnya.

"Ada apa ya bu Taeyeon memanggil saya?" tanya Jeno sesampainya ia di ruang Osis.

"Oh Jeno, piagam yang kemarin saya suruh kamu untuk ambil kamu taruh mana?" tanya bu Taeyeon to the point.

"Saya taruh di lemari"

Kening bu Taeyeon tampak berkerut "Saya sudah cari di lemari tapi gak ada. Beneran kamu taruh di lemari?" tanya guru itu sangsi.

Kini giliran kening Jeno yang berkerut. Tanpa banyak bicara ia langsung menuju lemari untuk mengeceknya sendiri.

Kosong.

Tidak ada.

Jeno terkejut. Piagamnya hilang. Seseorang mengambilnya. Ia yakin kemarin ia menaruhnya di dalam lemari. Tapi sekarang nihil.

"Jadi Jeno, bisa jelaskan kemana perginya piagam-piagam itu?" tanya sang guru sembari bersedekap dada.

"Saya taruh di lemari bu. Kan bu Taeyeon juga melihatnya" ujar Jeno membela diri.

"Tapi sekarang buktinya gak ada"

"Saya berani sumpah kalau sudah menaruhnya di sini semua"

Sepasang murid dan guru itu sibuk berdebat. Yang berada di ruangan yang sama hanya menonton tanpa mau ikut campur.

"Sekarang kamu panggil wakil kamu ke sini" titah sang guru.

Dengan langkah berat, Jeno keluar dari ruangan itu untuk mencari keberadaan wakilnya si Soobin yang entah dimana eksistensinya. Wakil tidak bertanggung jawab, bisanya cuma numpang nama, geramnya.

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya ia menemukan keberadaan Soobin di sisi lain panggung bersama dengan anggota osis yang lain. Mereka tampak menikmati suguhan acara.

"Soobin" panggilnya.

Yang merasa dipanggil menoleh "Kenapa?"

"Dipanggil bu Taeyeon"

Lalu keduanya berjalan beriringan tanpa ada yang berbicara. Ketika mereka sampai di ruang Osis, ternyata sudah ada beberapa anak dan guru disana. Mereka semua menatap kehadiran Jeno dan Soobin.

"Ada apa bu?" tanya Soobin pada bu Taeyeon.

"Soobin apa kamu tahu dimana piagam penghargaan ditaruh?" tanya sang guru.

Alis Soobin sukses bertaut "Itukan tugasnya Jeno bu"

Sang guru menatap Jeno penuh selidik "Jeno, kamu yakin sudah mencetak semua piagamnya?"

Jeno menghela napas berat "Saya yakin sudah mencetak semuanya. Ibu sendiri juga memeriksanya kemarin"

"Jeno sudah mencetaknya semua. Saya juga lihat kok" bela salah satu guru yang berada di sana.

"Tapi sekarang piagamnya tidak ada" sergah bu Taeyeon.

"Saya sudah menaruhnya di lemari. Kamu  juga lihatkan kemarin Soobin?" Jeno berusaha meminta pembelaan dari temannya itu. Namun Soobin hanya bergeming, tidak mengucapkan satu pembelaan pun.

"Lihat, bahkan Soobin saja tidak tahu" kembali guru itu melancarkan tuduhannya.

"Mungkin seseorang mengambilnya dan tidak mengembalikannya" ujar Jeno.

"Jangan mencari alasan Jeno. Kamunya saja yang tidak becus jadi ketua" sarkas bu Taeyeon.

"Lain kali kamu harus teliti lagi. Coba sekarang siapa yang rugi? Semua kena, nama Osis jadi jelek gara-gara kamu" lanjutnya.

Bisik-bisik pergunjingan mulai terdengar oleh indera pendengaran Jeno. Beberapa ada yang setuju dengan pendapat sang guru, beberapa mencari celah dari kesalahan Jeno, beberapa lainnya tidak peduli.

Jeno menunduk dalam, tangannya terkepal kuat menahan gejolak amarah dalam dirinya. Persetan dengan semuanya, ia melangkah pergi meninggalkan ruangan itu tanpa sepatah kata. Mau dibilang tidak sopan, ia tidak peduli, toh siapa yang akan peduli dengan dirinya. Ia hanya butuh waktu untuk meredam amarahnya.

Mengusap wajah kasar, Jeno mendudukkan dirinya di atas kursi kayu di pojok parkiran tepat di bawah pohon rindang. Ia menghela nafas panjang, lalu mendongak menatap langit yang tampak cerah hari ini. Kontras sekali dengan suasana hatinya saat ini yang dirundung mendung. Terpaan sinar matahari langsung mengenai wajah tampannya begitu ia mendongak. Yah, setidaknya langit masih sudi untuk menghiburnya yang tengah gundah saat ini.

Pasti aku tidak akan selamat sampai rumah nanti, batinnya nelangsa.




_____________________________

Teteh mau bilang makasih banyak buat temen-temen yang udah semangatin teteh, yang udah kasih teteh kata-kata yang bikin teteh terharu. Cinta kalian banyak-banyak pokoknya

Masih ada yg nungguin kelanjutan cerita ini gak sih?

Breathe《Lee Jeno》حيث تعيش القصص. اكتشف الآن