━ butterfly project ━

11.7K 1.5K 31
                                    



Jeno terlihat turun dari kamarnya menuju dapur. Di tangannya ia memakai perban untuk menutupi perbuatannya kemarin malam, ia juga memakai jaket untuk menutupinya.

Ia melihat dapur begitu sepi, tak ada tanda kehidupan apapun. Ia tersenyum miris, sudah biasa ia tidak menemukan siapapun di meja makan. Sesih? Tentu saja. Kecewa? Mungkin. Tapi ia bisa apa? Ia bukanlah orang yang pantas untuk mengeluh.

Jeno berjalan menuju kulkas dan mengambil susu kotak yang tersedia di sana. Meminumnya dengan setengah hati.

Setelahnya ia langsung berangkat menuju sekolah bersama supir pribadinya. Ia memang tidak diizinkan untuk membawa kendaraan sendiri, karena orangtuanya menginginkan dirinya untuk menuruti semua perintah mereka.

Jeno bertemu Jaemin ketika dirinya baru saja tiba di sekolah. Mereka tampak berjalan berdampingan menuju kelas. Tatapan tidak suka terus terarah padanya, namun ia tidak peduli.

Mereka tampak bercanda selama perjalanan menuju kelas. Tanpa mengindahkan bisikan-bisikan siswa lain.

"Jen, nanti istirahat belikan aku makanan ya" pinta Jaemin. Ia memasang wajah memelasnya.

"Haish. Dasar kau ini. Iya nanti ku belikan" ujar Jeno. Memang begitulah sifat Jeno, ia akan memberikan apapun untuk sahabatnya.

"Yes! Kau memang yang terbaik Jen" pujinya.

Saat mereka sampai di kelas, Jeno membuka jaketnya dan terpampanglah perban yang menutup lukanya. Jaemin mengernyit curiga melihatnya.

"Tanganmu kenapa?" tanya Jaemin.

"A-ah tidak apa-apa" elak Jeno, ia berusaha menutupi perban di tangannya.

Jaemin semakin memincingkan matanya. Sungguh, ia penasaran dari mana Jeno mendapatkan luka itu.

"Jangan bohong"

"Aku tidak bohong Jaemin"

Jaemin menarik paksa lengan Jeno. Membuatnya dapat melihat dengan jelas perban dengan warna merah di beberapa bagiannya membalut lengan Jeno.

"Ini apa?" tunjuknya pada tangan Jeno.

"Aku terjatuh" bohong Jeno.

"Lee Jeno. Aku bukan anak kecil yang mudah kau bohongi"

"A- aku serius Jaemin"

Jaemin dengan tidak sabar membuka perban di tangan Jeno. Matanya membulat tak percaya. Tangan sahabatnya terdapat banyak luka goresan yang terlihat baru.

"Ini kah yang kau sebut terjatuh Lee Jeno?" tanyanya sarkas.

Jeno hanya terdiam. Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri, mengapa ia harus melepas jaketnya di depan Jaemin.

"Dari mana kau dapat luka ini?"

"Sudah ku bilang ini bukan apa-apa Jaemin"

"Apa orangtuamu yang membuat luka ini?" desaknya tak sabar.

"Bukan"

"Lalu siapa?!" tanpa sadar Jaemin menaikkan nada bicaranya.

"Aku. Aku yang membuatnya Jaemin" ucap Jeno pada akhirnya.

Jaemin menatap tak percaya sahabatnya itu. Apa katanya? Dirinya sendiri yang membuat luka itu? Omong kosong macam apa itu.

"Kenapa?" pada akhirnya hanya itu yang keluar dari mulut Jaemin.

"Seharusnya tanpa perlu kau bertanya, kau sudah tau jawabannya" Jeno tersenyum getir saat mengatakannya.

"Apa mereka memukulmu lagi karena hasil ujianmu?"

Dan sebuah anggukan dari Jeno menjawab semua pertanyaan Jaemin. Dadanya tiba-tiba terasa sesak kala matanya bertemu tatap dengan netra Jeno. Mata itu sudah kehilangan binarnya, hanya tersisa gurat kekecewaan, marah, juga kepedihan.

"Kau tau kau bisa cerita padaku Jen, jangan seperti ini. Kau membuatku khawatir"

Hati Jeno menghangat, mengetahui masih ada orang yang mengkhawatirkannya.

"Hehehe maaf, aku kehilangan kontrol diriku kemarin"

"Dasar! Kau ini selalu seperti itu" sungut Jaemin.

"Maaf" sesalnya.

Jaemin beranjak dari kursinya menuju kursi teman sekelasnya. Lalu tak lama ia kembali ke kursinya.

"Kemarikan tanganmu" pinta Jaemin.

"Untuk apa?" Jeno tetep memberikan tangannya yang penuh luka.

Jaemin mengambil spidol yang tadi dipinjamnya dari temannya. Ia dengan telaten menggambar sebuah kupu-kupu di lengan sahabatnya yang tak terjamah luka. Ia mendongak untuk manatap Jeno.

"Siapa orang yang kau pikirkan sekarang ini? Seseorang yang kau sayang?" tanyanya.

"Kak Jaehyun"

Jaemin mengangguk. Ia kembali berkutat dengan gambar kupu-kupunya. Ia menambahkan nama 'Lee Jaehyun' di atas kupu-kupu itu.

"Kupu-kupu?" tanya Jeno bingung.

"Iya"

"Kau mau mengajakku bermain tatto-tattoan Jaem?"

"Bukan ish"

"Lalu?"

"Ini namanya butterfly project. Ibuku yang memberitahunya. Saat kau merasa ingin melukai diri sendiri atau kau berkeinginan untuk kita melakukan self harm, ambil spidol atau pulpen, lalu gambar kupu-kupu di bagian di mana kau ingin melakukan self harm. Lalu tulis nama orang yang kau sayang di dekat kupu-kupu itu"

"Jangan dihapus, jangan digosok. Biarkan kupu-kupu itu hilang dengan sendirinya. Kalau kau menghapusnya sebelum kupu-kupu itu hilang, kau membunuhnya, jika kau membiarkannya, kupu-kupu itu akan tetap hidup" jelas Jaemin.

"Orang lain juga bisa membuatkannya untukmu. Itu akan terasa lebih spesial. Karena kau akan merasa bahwa hidupmu berharga untuk orang lain"

"Maksudnya?" jujur saja, Jeno masih tidak mengerti.

"Kupu-kupu ini diartikan sebagai keinginan untuk tidak melukai diri sendiri. Karena kupu-kupu ini menggambarkan perasaan kita dan nama yang ditulis adalah tujuan kenapa kau tidak boleh melukai diri. Bukan hanya untuk dirimu sendiri, tapi juga untuk orang yang kau sayang"

"Biarkan kupu-kupu itu terbang dan hidup"

Hati Jeno menghangat mendengarnya. Untuk hari ini saja, biarkan ia berpikir bahwa hidupnya berharga untuk orang lain.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


__________________________

Jadi kalo kalian merasa ingin melakukan self harm atau ada orang terdekat kalian yang melakukannya, kalian bisa melakukan cara di atas yaitu butterfly project.

Breathe《Lee Jeno》Where stories live. Discover now