━ Refleksi Diri ━

11.3K 1.5K 104
                                    


WARNING

Bisa membuatmu ke-trigger saat membaca, jadi berhati-hatilah saat membaca.
Kalau saat membaca tiba-tiba kamu merasa ada yang gak beres sama dirimu sendiri, segera berhenti membaca chapter ini, kamu bisa skip untuk chapter ini.

Mulmed bisa diputar biar tambah menghayati chap ini.







But i'm only human
And i bleed when i fall down
I'm only human
And i crash and i break down
Your words in my head, knives in my heart
You build me up, and the i fall apart
Cause i'm only human
-Christina Perri Human-





Jika saja seseorang bisa memilih bagaimana ia menjalani hidup.

Jika saja seseorang bisa memilih dari keluarga mana ia dilahirkan. 

Jika saja seseorang bisa dengan seenaknya mengatur semuanya sesuai dengan keinginannya.

Jika saja seseorang bisa dengan lancangnya mengubah takdirnya sendiri.

Bayangkan, seberapa bahagianya kita?

Pasti bahagia sekali.

Seperti dirimu berjalan tanpa beban. Melangkah ringan dengan kurva senyum yang terus terukir di wajahmu.

Ia juga ingin bahagia.

Jeno ingin merasa bahagia. Sekali saja tak apa.

Jeno tahu bahwa dalam setiap kehidupan, semua berputar sesuai porosnya. Semua ada sesuai porsinya. Kadangkala kita akan merasa bahagia, kadangkala kita akan merasa jatuh.

Tapi kenapa, kenapa hidupnya hanya berputar di situ-situ saja. Kenapa hidupnya hanya berporos pada kenestapaan?

Bolehkah sekarang Jeno berharap akan sesuatu yang lengkara?

Bolehkan Jeno meminta agar Tuhan mengizinkannya untuk merasakan bahagia barang sedetik saja?

Bolehkah Jeno berharap jika Tuhan sudi menurunkan satu malaikatnya untuk menemaninya dalam kesunyian?

Tak muluk, Jeno hanya meminta agar dikirimkan satu orang saja yang mau mendengarkan semua keluh kesahnya, mendengarkan cerita tentang kehidupannya yang penuh lara, yang mau membisikkan kata-kata penenang, yang mau dengan ikhlas mengulurkan tangannya untuk mendekapnya.

Jeno tertawa miris.

Betapa tidak tahu dirinya ia. Meminta sesuatu yang mustahil untuk dikabulkan. Menyemogakan sesuatu yang sukar untuk diaminkan.

Baiklah, jika permintaan itu terlalu sukar dikabulkan. Mari kita persempit permintaannya.

Jeno hanya ingin, diterima.

Diterima oleh keluarganya, oleh teman-temannya, oleh lingkungannya, dan oleh dirinya sendiri.

Ia ingin diterima dengan segala kekurangan dan kelemahan yang ia punya.

Tapi Jeno tahu diri kok.

Ia tahu bahwa permintaan kecilnya itu tidak mungkin didengar oleh siapapun.

Karena pada dasarnya sedari awal ia sendirian.

Benar-benar sendirian sampai akhirnya ia muak.

Muak akan dirinya sendiri.

Hingga ia tak mengenali dirinya sendiri.

Siapa yang sekarang ini tengah berdiri di depan cermin besar kamarnya?

Breathe《Lee Jeno》Where stories live. Discover now