Pandangan Mark bertemu dengan Jeno. Ia merasa seperti orang bodoh. Ayahnya benar, kalau ia bisa, kalau ia punya wewenang untuk melakukannya, Jeno sudah dipastikan akan kehilangan kepala.

"Tidak." Mark tidak tahu siapa yang bicara. Ia bahkan tidak mampu menyadari suaranya sendiri. Donghyuck pun juga, sebab lelaki itu mendongak ke arahnya, manik berkilat oleh air mata yang ia curahkan bagi pria lain. Ia tampak terkhianati. Mark mampu melihatnya sendiri, wajahnya sendiri, terefleksi di kedua mata besar Donghyuck. Donghyuck mencerminkan eskpresi Mark kini.

(Sebuah pikiran menyentak kepalanya, bagai sebuah cahaya kecil di dalam kegelapan. Apa mereka mengkhianati satu sama lain?

Tidak, Mark memberi tahu diri sendiri, meniup api kecil itu dengan napasnya sendiri. Donghyuck mengkhianatimu. Itulah yang dia lakukan.)

"Tuan Jeno, prajurit kami akan berada di luar dan menunggumu dalam beberapa jam lagi," ucap suara asing yang terus keluar dari belah bibir Mark. "Dia akan mengantarmu ke pelabuhan terdekat, di mana kapal menuju Pulau menunggumu."

Jeno berkedip, kebingungan.

"Tapi aku ... Mereka tidak memberitahuku ...."

"Aku tidak memintamu untuk bicara. Faktanya, aku tidak mau mendengar apa pun darimu. Kau akan dipulangkan, dan kau harusnya bersyukur akan itu. Akan terjadi hal yang lebih buruk apabila kami tidak melakukan pertimbangan matang. Kau akan meninggalkan kerajaan ini sebelum hari berakhir dan apabila Dewi berpihak pada kami, kau tidak akan pernah kembali kemari."

Donghyuck mengeluarkan napas pendek dan wajahnya mulai mengerut, dari terkhianati, menjadi marah, menjadi panik, dan semua terjadi dalam waktu yang bersamaan. Ia berusaha mengambil langkah mundur, tetapi tangan Mark melingkar di pergelangannya, dan itulah saat di mana Donghyuck mulai menyadari, akibat kontak fisik yang akhirnya melepaskan kemurkaan Mark dengan kekuatan penuh di antara mereka, apa yang tengah terjadi.

"Kita," ucap Mark, dengan suara yang bukanlah miliknya, "pergi."

"Tunggu, tidak, tunggu, Mark."

Mark tidak mendengarkan. Sekuat apa pun Donghyuck berusaha menarik diri, ia tetaplah lemah, dehidrasi dan lelah setelah menghabiskan waktu beberapa hari ini dalam kegilaan. Kulitnya terasa hangat dalam sentuhan itu, tetapi ia menggigil dan tidak memiliki kekuatan sama sekali. Mark tidak membutuhkan banyak usaha untuk menariknya keluar. Ia tidak berbalik untuk mengucapkan selamat tinggal pada Jenoㅡapa bahkan Jeno pantas untuk sekadar mendapat salam perpisahaan? Mark tidak peduli apabila kapalnya tenggelamㅡdan ketika Donghyuck berusaha melepaskan diri dan berbalik demi melihat wajah Jeno untuk terakhir kalinya, Mark sudah lebih dulu menutup pintu di depan wajahnya.

"Lepaskan aku! Dia akan pergi, ayahmu membuatnya benar-benar pergi dan aku ... Kau tidak akan melakukan apa pun, kan? Kau hanya akan ... membiarkan sahabat baikku menghilang begitu saja akibat permainan adu kekuatan bodoh di Lembah dan kau bahkan tidak membiarkanku mengucapkan salam perpisahan padanya?"

Mark melepaskannya dan, sebagaimana yang ditebak, Donghyuck berusaha berbalik dan kembali ke kamar Jeno. Sangat mudah menarik lelaki itu kembali seperti boneka, melukis raut terkejut di wajahnyaㅡmemerah, berkeringat dan indah, masih terbungkus oleh sulur terakhir masa heatdan menyaksikannya berubah shock ketika Mark dengan kasar membanting tubuhnya ke dinding.

"Dan kenapa ayahku menangkap Jeno, hm, Donghyuck? Kau sangat baik dalam menyembunyikan rahasia, tetapi kau tidak mendengar yang satu ini, iya, kan?"

"Apa yang salah denganmu?"

Donghyuck berusaha mendorongnya menjauh, dan Mark kembali membanting tubuhnya, dengan lebih keras.

"Kenapa kau tidak memberitahuku apa yang sialnya kau pikir telah lakukan, karena terakhir kali kucek kau bahkan tidak punya hak untuk berkeliaran sendirian, terlebih ketika dalam masa heat." Suara Mark terdengar rendah melebihi bisikan, tetapi keheningan di sekitar mereka begitu tajam sehingga membuat suaranya seolah memekakkan telinga. Itu adalah keheningan yang tercipta dari kaca yang retak, keheningan yang mengasah kata-kata menjadi belati dan menyayat mereka bagai pedang yang menggores daging empuk.

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarWhere stories live. Discover now