1

2.1K 190 901
                                    

Dua helai roti dilapisi selai nanas menanti kedatangan gue untuk dimakan.

"WOI ZYA TURUN GA LO?!" teriak Giffari dari bawah.

Giffari Ahmad Angelino.

Ya, dia abang gue satu-satunya. Orangnya berisik banget kayak gue. Untung tampan—dikit.

Gue bergegas menuruni anak tangga karna gak kuat denger suara Ari.

"Mana roti gue?" tanya gue lumayan emosi.

"Ya ampun. Bunda gak habis pikir sama kalian berdua. Ribut mulu kayak anjing kucing berantem," nasihat dari sang bunda tercinta Marina.

Kami berdua pun saling menunjuk satu sama lain.

"Dia anjingnya," ucap kami serentak.

Bunda sama ayah cuma bisa mijit kepala dan gue duduk di sebelah Ari makan roti berselai nanas.

Beginilah ritual rumah kami saat di pagi hari. Kadang bersenda gurau, bahkan ribut kayak tadi.

"Abang, antar Zya sekolah, ya? Kalo gak seperti biasa, uang jajannya bunda potong," kata Bunda sambil tersenyum manis.

Ari hanya menghela nafas kasar lalu berpamitan dengan ayah bunda. Dan gue—tersenyum devil. Hoho.

Seperti biasa, Ari memang selalu kebut ngantar gue sekolah. Berbeda dengan dia yang ngantar pacarnya Monic.

Sesampainya di sekolah, gue pamit ke Ari dan masuk ke dalam kelas baru, teman baru, suasana baru. Karna gue datangnya pagi banget, hanya ada satu siswi di kelas. Gue berjalan ke arah tempat duduk barisan kedua.

Brukk!

Asksjdhdhsjskks!

Gue kaget dong. Baru bismillahin nih kelas tiba-tiba ada yang gubrak meja gue.

"Hai! Boleh kenalan? Nama gue Daraya tapi khusus lo panggil Daya aja," ujarnya sambil tersenyum ramah. "Nama lo siapa?"

Yang otak gue pikirkan

Yang otak gue pikirkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pfft. Gue ngakak dalam hati karna ulah otak gue, sampai pipi gue gembung nahan tawa.

Apasi receh bat.

"Pipi lo kenapa gembung? Mau muntah? " tanyanya panik.

"Haha gak kok. Nama gue Ghatzya Haylan Angelina. Panggil aja Zya," kata gue sambil menyodorkan tangan untuk berkenalan.

Dan kita saling berjabat tangan. Kami pun mulai mengobrol dan mulai akrab.

"Btw, boleh gak gue duduk di sebelah lo?" tanya Daya.

"Boleh banget."

Tak terasa bel masuk berbunyi dan kita belajar seperti biasa.

Kringg

LUZYA Where stories live. Discover now