🎋 16 ♧ Kehamilan Malika

4.5K 572 62
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

One Squell of Kasta Cinta
-- happy reading --

Ma®entin Niaga®a

✏✏✏

Geram, satu kata yang kini bercokol di hati Malika. Sikap Adira sudah terlewat batas. Jika sudah seperti ini Yasna memilih untuk diam dan mengasingkan diri. Sesungguhnya bukan tipe Yasna memilih untuk mengalah sebelum berperang hanya saja Malika melihat bahwa kali ini Yasna benar-benar merasa semua terasa begitu menyulitkan.

Tak perlu menjadi orang lain cukup menjadi dirimu saja. Kalimat yang selalu membekas dalam hati. Kalimat yang keluar dari mulut ketiga sahabat itu yang kini memilih untuk memberikan jarak bahwa tidak perlu menjadi orang lain untuk di terima cukup menjadi diri kita sendiri dan kita akan tahu siapa teman kita sebenarnya.

Yah, sedekat apapun seorang sahabat bahwa yang tidak pernah terlupa adalah bahwa semuanya juga memiliki hati yang berhak untuk saling dicintai dan mencintai. Memahami bukan berarti harus mengalah dalam segala hal, ada kalanya bahwa sesuatu yang pantas menjadi milik kita harus diperjuangkan.

Bukan salah cinta, jika dia harus datang dan bersarang di hati dua sahabat yang kini harus terkikis dengan sebuah kata, egois.

"Kamu kok masih sedih seperti ini kenapa? Masalah Yayas lagi?" suara Rafi saat dia melihat Malika bukannya membantu dia untuk packing perlengkapan yang harus dibawanya ke Sydney.

Dalam 60 hari kedepan Rafi memang harus berada di negeri kanguru itu untuk melakukan studi banding. Tugas dari dikti ini bukan hanya dilimpahkan kepada dia seorang tetapi juga beberapa dosen terpilih dari universitas terbaik di seluruh Indonesia.

"Sayang, sudah dong. Besok aku mau berangkat loh. Dua bulan kita tidak akan bertemu. Masa iya aku harus melihat pemandangan muka ditekukmu seperti itu?" ucap Rafi sekali lagi saat Malika memilih untuk tidak menanggapi apa yang dia ucapkan sebelumnya.

"Maaf Mas. Terus terang aku kepikiran tentang Yasna dan Adira. Mas tahu kan kalau mereka berdua sahabatku. Jika pada akhirnya mereka berdua bersiteru hanya karena keduanya mencintai satu pria, siapa yang harus di menangkan." Kata Malika kemudian beranjak dari duduknya dan membantu memasukkan beberapa pakaian yang telah dia siapkan ke dalam koper yang besok akan dibawa Rafi ke bandara.

"Laki-laki kalau sudah serius dia pasti akan mengutarakan niat baiknya dan pasti akan menemui orang tua perempuan itu untuk menunjukkan keseriusannya. Kalau hanya berbicara tanpa ujung, sesholeh apapun penilaian orang tetap dia tidak bisa disebut sebagai seorang yang gentlement." Suara Rafi menghentikan aktivitas Malika secepatnya.

"Ini bukan berarti mas Rafi membela bang Risyad karena kalian berdua juga bersahabat kan?" tanya Malika setelahnya.

"Membela Risyad? Maksudmu apa?"

"Mas Rafi tahu kan kalau bang Risyad juga menyukai Yayas?" tanya Malika.

"Tahu."

"Nah itu."

"Risyad bukannya sudah mundur waktu Yasna menolaknya kemarin. Yang Mas tahu, dia hanya ingin fokus dengan residennya saat ini. Lalu apa masalahnya?" jawab Rafi.

"Bang Risyad kan sudah meminta Yas ke Babanya Mas." Kata Malika yang kini sudah kembali merapikan pakaian Rafi ke koper.

"Hah? Maksudmu?"

Mengapa seolah Rafi menjadi kaget mendengar pernyataan Malika. Bukankah seharusnya sebagai seorang sahabat dia tahu bahwa Risyad telah meminta izin kepada babanya Yayas untuk berhubungan serius bahkan langsung mengkhitbah jika Yayas menyetujui taaruf mereka. Sayangnya Yayas menolak dan memilih Syaddam hingga akhirnya pecahlah perseteruan dua sahabat itu.

You Before Me [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang