Bagian 27

29K 1.7K 125
                                    

"Ini, di makan ya." Ucap Silfi setelah menyimpan semangkok bubur ayam di hadapan Bagus, kemudian mendudukan tubuhnya di hadapan lelaki itu.

Silfi menatap bingung Bagus yang hanya diam tanpa menyentuh bubur nya.

"Kenapa gak di makan?"

Bagus menghela nafasnya, kemudian mendorong mangkok itu dari hadapannya. "Aku gak suka daun bawang Sil."

Silfi terhenyak, oke dia lupa. "Ah aku ganti ya, sebentar."

"Gak usah, aku mau minum aja." Bagus akan berdiri, tapi Silfi menahannya.

"Biar aku aja, mau minum apa? Jus ya? Tunggu."

Silfi segera pergi kearah pojok kafetaria dimana ada stand minuman disana, sedang Bagus hanya menunduk sambil memijit pangkal hidungnya. Kepalanya pusing sekali, terlebih saat ia kan pergi dari kamar Aca tadi. Bagus tak bodoh, ia mendengar isakan meskipun sangat pelan. Dan Bagus tahu Aca menangis, tapi dia bisa apa?

Hingga Silfi kembali dengan cup minuman di tangannya, Silfi menyimpan cupnya di hadapan Bagus yang kemudian Bagus segera meminum jus itu. Tapi tiba-tiba Bagus menyemburkan minuman itu ke samping, Bagus beranjak kearah pedagang lain dan membeli sebotol air mineral dan meneguknya hingga tandas. Kemudian berjalan kembali kearah Silfi yang terlihat terkejut.

Bagus mendudukan tubuhnya dan menyimpan botol air mineral itu di atas meja secara kasar membuat Silfi terlonjak karena kaget, bahkan beberapa orang yang berada di kafetaria itu menatap aneh kearah Bagus dan Silfi.

"G.. Gus"

"Gue gak suka Alpukat kalo lo lupa, lo udah berapa kali sih jalan sama gue?" Bagus tak menaikan nada ucapannya, terlampau santai malah. Tapi panggilan yang lo-gue pakai pada Silfi sukses membuat hati Silfi merasakan hal aneh.

"Gue gak suka daun bawang, gak suka alpukat, gak suka makanan apapun yang terlalu manis, gue alergi seafood dan gue gak suka dedaunan hijau. Apa lagi yang lo belum tahu tentang gue?"

Silfi menunduk semakin dalam, ternyata dia belum benar-benar mengenal Bagus. Masih banyak hal yang ia tak ketahui tentang Bagus.

"Aca aja baru pacaran sebulan sama gue dulu udah hafal semua yang gue benci."

Silfi mengangkat pandangannya, kenapa jadi membandingkan dia dengan Aca?

"Gus, aku emang gak tau apapun tentang kamu. Tapi apa pantes kamu banding-bandingin pacar kamu sama mantan kamu?"

Mata Silfi berkaca-kaca, dan Bagus baru menyadari ucapannya. Hei, kenapa pula I membanding-bandingan Silfi dengan Aca. Ada apa dengan dirinya?

"Sayang-sayang, maafin aku oke. Maaf, bukan maksud aku kayak gitu. Tapi aku bener-benar gak suka sama makanan itu."

Bagus menggenggam kedua tangan Silfi yang berada di atas meja, mengelus punggung tangannya dengan kedua ibu jarinya.

"Yaudah, mendingan kita balik aja yuk, aku khawatir Rafa belom datang."

Oke, secara tak langsung Bagus mengkhawatirkan Aca. Ada apa sebenarnya dengan Bagus?

Mereka berdiri saat kan melangkah keluar kafetaria, Bagus menghentikan langkahnya membuat Silfi ikut menghentikan langkahnya.

"Ada apa?"

"Susu, Aca titip susukan tadi." Dan kemudian Bagus segera berlari kearah pedagang untuk membeli susu.

Dan tak lama, Bagus kembali dan membawa kantung pelastik dan segera menggandeng tangan Silfi dan berjalan keluar dari kafetaria.

*****

Betrayal of Love [LENGKAP☑️]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum