#19 - Kembali?

262 15 3
                                    

Setiap orang dalam kehidupannya salah tokoh utama. Menjadi antagonis maupun protagonis, jika menyangkut kehidupan seseorang, maka ia adalah tokoh utamanya.

---

Afra berada di kantin dengan Sarah dan Andin setelah selesai rapat untuk mempersiapkan acara camping minggu depan.

Sedang asik menikmati makanannya, Sarah tiba-tiba menunjukkan Afra sebuah foto dengan heboh. "Ini lo kan ra?"

Afra menyipitkan kedua mata dan benar saja itu adalah dirinya. "Dapat dari mana?"

"Snapgram Arta." Jawab Sarah. Afra membukatkan kedua mata, saat ia melihat nama akun, dan benar itu adalah akun instagram Arta.

Namun mengapa fotonya.

Itu adalah fotonya saat tengah berduaan dengan Arta. Sebelum semua kekecewaan terjadi, Afra sempat sibuk tertawa dengan lelucon Arta dan ia tidak tau jika Arta memotret dirinya.

"Lo jalan bareng Arta?" Kaget Andin yang masih belum mengetahui apapun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lo jalan bareng Arta?" Kaget Andin yang masih belum mengetahui apapun. "Lo kok gak cerita sama kita?" Timbal Sarah terdengar kecewa.

"Udah gak penting lagi, lagian udah ngejauh kok." Afra mencoba menjelaskan namun tetap saja ia tidak tau harus memulai dari mana.

Karena pada akhirnya, ia sudah menjauhi Arta sebelum mereka benar-benar dekat.

"Terus ini kapan? Gue tau Arta dekat sama lo, tapi gue gak tau kalian sedekat itu."

Afra menghela nafas. "Itu udah lama." Tangkas Afra. "Kalau udah lama, gak mungkin Arta nge-post ginian sekarang kan?"

Afra terpaksa harus terdiam, ia tidak tau harus mengatakan apa lagi, karena memang Afra tidak ingin kembali mengenang masanya dengan Arta.

"Ceritain sama kita," Tukas Andin langsung kedalam masalah. "Cerita apa?" Andin menghela nafas.

"Masalah lo dengan Arta." Lanjut Andin membuat Afra mau tidak mau menceritakan semuanya dari pada melihat kedua sahabatnya kecewa.

Karena Afra tau, jika ia tidak menceritakan, maka ia tidak mempercayai keduanya. Sedangkan Afra, sangat mempercayai Sarah dan Andin.

"Tapi kayaknya dia beneran nyesal loh ra," ujar Sarah setelah mendengarkan cerita. "Iya ra, coba deh ngomong baik-baik dulu." Timbal Andin.

Afra menggeleng, dan memutar sedotan melingkari gelas. "Gue udah gak mau lagi, takutnya jatuh di lubang yang sama."

"Ya udah sih, terserah lo. Kalau emang lo mau gitu,"

Andin ikut mengangguk, "kalau ada apa-apa lagi cerita ke kita jangan pendam sendiri." Afra mengangguk dan tersenyum bangga mempunyai dua orang yang bisa mengerti dirinya. "Iya," balasnya.

***

Afra keluar dari kelas setelah meminta izin untuk ke kamar mandi. Saat ingin turun dari tangga, lagi-lagi ia berhadapan dengan Arta yang sedang menaiki tangga.

Hanya ada dua anak tangga yang memisahkan keduanya. Afra menatap Arta sesaat sebelum mengalihkan pandangan dan kembali menuruni tangga.

Baru satu langkah, Arta sudah lebih dahulu menahan, hingga jarak keduanya benar-benar dekat. "Lepas," datar Afra tidak ingin berdebat sekarang.

"Pulang sekolah gue antar ya," Tutur Arta masih berdiri dihadapan Afra agar gadis itu tidak pergi. "Gak mau," tolaknya terus terang.

"Afra, gue mohon."

"Gue juga mohon, jangan ganggu gue lagi." Afra membalas perkataan Arta. "Udah deh ta, nyerah aja. Gue bahkan gak berharap apa-apa lagi sama lo."

"Tapi gue gak bisa,"

Afra tertawa miris, "Lo tau? Apa yang lo lakuin sekarang bahkan lebih berat bagi gue. Biar gue nge-jauh, dengan cara itu, gue bisa bertahan."

Arta menunduk dan memejamkan kedua matanya. "Jangan buat gue lebih buruk ra, gue gak bisa jauhi lo. Sekali pun itu buat lo lebih baik."

"Lo egois, lo tau itu kan?"

Arta mengangguk dan mengiyakan. "Iya gue tau, tapi gue kayak gini demi lo. Gue gak mau lo nge-jauh."

"Kenapa?"

Pertanyaan Afra benar-benar menanyakan alasan Arta melakukan semuanya. Sesaat Arta terdiam, ia bahkan tidak menyadari jika apa yang Arta lakukan sekarang melewati batas, yang awalnya hanya ingin menjadi lebih dekat.

"Gue mau lo." Afra masih menyimak. "Gue suka sama lo ra, dan gue gak suka lo dekat sama Ali." Jujur Arta mengungkapkan perasaannya untuk pertama kali.

Kali ini, giliran Afra yang diam. Pengakuan Arta cukup membuatnya bungkam karena bagaimanapun Afra tidak bermaksud untuk mendengarkan ungkapan perasaan Arta.

"Karena itu, gue mohon jangan pergi dari gue, lo boleh benci, tapi jangan jauhin gue ra." Lirih Arta.

Afra masih terdiam, dan mendengarkan semua perkataan Arta. "Gue cuman minta, lo maafin gue dan jangan jauhin gue,"

Suasana semakin membuat Afra bungkam, ia terlarut dalam pikirannya. Setiap kalimat Arta sukses membuat Afra kembali berfikir mengenai akhir dari kisah mereka.

"Gue butuh waktu."

"Lo ditempat aja, biar gue yang melangkah ke depan, dan memperbaiki semuanya." Lanjut Arta dan menatap Afra dengan lekat.

Mata Afra bertemu dengan milik Arta. Keduanya sama-sama melihat satu sama lain seolah menyiratkan kan sesuatu yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain.

"Minggir," ujar Afra mengakhiri pembicaraan.

Kali ini, Arta membiarkan Afra pergi, ia menoleh dan menatap tubuh Afra yang semakin menghilang dibalik tikungan tangga.

Ketika Arta memilih kembali berjuang, maka muncul harapan untuk kembali.

***

Its Over ? (TAMAT)Where stories live. Discover now