WULANDARY ADHYASTHA

11.2K 515 174
                                    

KEPALSUAN BERBICARA

Kata baik-baik saja tidak menjamin bahwa hati yang sudah remuk itu tidak apa-apa. Yang patah tetap akan patah, yang hancur akan tetap lebur. Dan yang menang akan tetap hilang.

—Wulandary Adhyastha—

***

Sendirian di rumah bertingkat dua dengan fasilitas lengkap tanpa ditemani orang tua, gadis berwajah lembut itu sudah terbiasa. Berapa lama? Bisa berminggu-minggu dia tinggal sendirian di rumah besar itu, bahkan nyaris berbulan-bulan. Namun sekarang, dia tidak sendirian, mulai malam ini, Wulan ditemani oleh seorang pembantu bernama Mbok Nung. Wanita paruh baya yang tidak memiliki anak, baru tiga hari dipekerjakan oleh ibu Wulan di rumahnya.

Saat ini, Wulan sedang memeriksa lemari pakaiannya. Berdiri menatap sehelai seragam putih yang terkena noda darah, yang ajaibnya belum dicuci selama dua minggu oleh Wulan dengan sengaja.

"Gue mungkin akan membutuhkan kesepakatan kita nanti, Bens," gumam Wulan dalam tatapan sendu. "Sekarang percuma menyembunyikan segala kepahitan yang gue terima. Gue memilih menyerah sama keadaaan yang selalu menyulitkan kehidupan gue."

Membayangkan bagaimana kesepiannya, Wulan sampai tak habis pikir mengapa kedua orang tuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Terutama ayahnya, Wirajaya Adhyaksa. Hingga detik ini, Wira selalu ke luar kota dan hanya pulang ke rumah sekali sampai dua kali dalam sebulan. Dengan alasan pekerjaan, ibu Wulan—Nidya Aryani—melepas suaminya ke luar kota.

Namun ketika Wulan bergerak untuk menyentuh seragamnya yang berdarah, pikiran Wulan dipenuhi oleh seorang siswa yang menarik perhatiannya di sekolah. Senyuman hangat mengembang tanpa beban. Dan kejadian dimana mereka bertegur sapa untuk pertama kalinya kembali terulang dalam bayangan Wulan.

Setelah Meta meneriakkan dengan histeris dua nama pentolan anggota geng paling berbahaya di SMA Gemilang, seketika, ruangan OSIS menjadi heboh. Sebaian penghuni ruangan yang tersisa berlarian menuju kelas di mana Dewa dan Bens berkelahi. Seakan tak mau ketinggalan tontonan menarik itu, tiap siswa rela saling dorong agar segera sampai di kelas X IPS 4. Disusul oleh Renata, Meta dan Wulan, tidak membiarkan masalah tersebut sampai ke meja kepala sekolah.

Sesampainya ketiga gadis itu di kelas X IPS 4 yang sudah heboh dan ramai, hal yang tidak pernah terlintas di otak mereka sebelumnya benar-benar terjadi di depan mata. Destroyer ada, berdiri di sana, menyaksikan perkelahian antara ketua dan sekretaris mereka—anggota inti Destroyer—yang pengaruhnya sangat besar dalam sejarah pembentukan geng. UNIT 1 sudah mencoba melerai, namun mereka kewalahan dan mendapat tekanan dari Dewa. Sedang tim UNIT 1 Destoyer saja tidak mampu melerai, apalagi UNIT 2, 3, 4 dan 5, yang kemampuannya jauh dibawah Bens dan Dewa.

Tubuh Wulan mendadak gemetar melihat Bens tanpa perlawanan dibantai habis-habisan oleh Dewa. Yang tak lain merupakan sahabat Dewa sedari MOS. Seperti yang diketahui orang banyak, di SMA Gemilang, terdapat sebuah geng paling disegani oleh penduduk sekolah yaitu; Destroyer. Geng paling mematikan jika sempat berurusan dengan salah satu dari mereka. Dan pemimpinnya adalah Dewa Pramudya Ataric. Si Raja Kriminal yang saat ini memukul, menendang, menyeruduk, bahkan melemparkan Bens ke dinding kelas.

"Wulan! Lo bawa Bens ke UKS buruan, panggil ambulans juga kalau memang dibutuhin. Gue khawatir dia kenapa-napa," ujar Renata panik dan cemas. Gadis manis yang saat ini berstatus sebagai mantan kekasih Dewa.

Renata mengangkat kepala Bens yang sudah terkulai lemah saat Renata berhasil menghentikan Dewa.

Seakan hilang kesadaran, Wulan terkejut melihat Bens sudah ada dalam pangkuan Renata. Namun tak berlangsung lama, kesadaran Wulan kembali. Gadis itu buru-buru mendekat pada Bens dan memapah Bens pergi dari lokasi. Begitu juga dengan Aksel yang mengekor di belakang, menyerahkan Dewa pada Renata

Bens Wulan 2020Where stories live. Discover now