26. Diantara mereka

11.2K 1.6K 175
                                    

Happy 20k readers!!!!! Makin sayang deh sama kalian:*

"Loh-loh Jisoo?"

Jisoo tak menghiraukan keterkejutan yang lain akan kedatangannya, tujuannya disini hanya ingin mengetahui keadaan ayahnya yang dikabarkan sudah tiada.

"Rene, papa dimana?" Tanyanya pada Irene yang masih berada salam pelukan Sehun.

Irene tak menjawab, gadis itu masih terus menangis tanpa menghiraukan pertanyaan yang terlontarkan dari Jisoo.

"IRENE! GUE BILANG PAPA DIMANA?!"

Habis sudah kesabaran Jisoo, disaat dirinya panik seperti ini masih sempat-sempatnya Irene mencari masalah dengannya.

Jisoo tak sendiri, dirinya ditemani oleh teman-temannya yang masih berada diparkiran, tadi gadis itu meminta untuk keluar lebih duru dari mobil yang Suho bawa.

Baru saja hendak berucap lagi, tiba-tiba Jinyoung mencegahnya.

"Ji, stop, lo tenangin diri lo dulu" perintah Jinyoung pada Jisoo.

Jisoo berlagak tak peduli, dirinya tetap melanjutkan perkataannya, "Rene, sebelum gue marah, kasih tau papa dimana?!"

Irene menarik paksa tubuhnya dari dekapan Sehun. Dengan kasar dirinya beranjak berdiri dari duduknya.

"Kalau gue kasih tau lo mau apa?!" Bukannya menjawab, Irene malah balik bertanya.

"Papa dikamar ini kan? Gue mau jenguk" tanya Jisoo saat hendak membuka gagang pintu.

Irene mendecih kasar, "Jenguk? Segitu gak pedulinya lo sampai gak dapat kabar soal papa udah gak ada"

Mereka yang berada disana terdiam, pikiran mereka dipenuhi akan kebingungan. Bingung dengan situasi saat ini.

"Jangan bercanda"

"Bercanda? Lo kira apa, hal kayak begini dibikin bercandaan"

Jisoo mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar rawat yang ada dihadapannya, dibalik tubuhnya menghadap Irene.

Gurat kesedihan tersirat diwajah cantiknya.

"Lo bohongkan?"

"Apa ada untungnya gue bohong ke lo?"

"GUE SERIUS IRENE!"

"GUE JUGA SERIUS JISOO!"

Suho c.s. akhirnya datang, sama seperti lainnya yang terkejut ketika melihat Jisoo tiba-tiba datang, mereka juga, bahkan amat terkejut melihat keberadaan Irene dan anak kelas ipa 1 lainnya.

"Ji, lo gak salah rumah sakit kan?" Tanya Seulgi keheranan.

Jisoo tak menjawab, terlalu fokus menghadapi Irene yang tengah berada dihadapannya.

"Lo kemana aja? Kenapa baru sekarang? KENAPA BARU SEKARANG LO DATENG NEMUIN PAPA!" Teriak Irene lantang.

Aura dingin mulai mencekam mereka. Tak ada satupun yang berani mengikut campur urusan dua orang dihadapan mereka ini.

"Maaf" lirih Jisoo.

Jisoo sadar, disini dirinya salah, dirinya terlalu mementingkan egonya yang amat tinggi.

Irene tertawa sarkas, ditatap tajam Jisoo.

"Telat Ji telat! Permintamaafan lo sekarang udah gak guna! Papa udah gak ada" Ucap Irene tanpa sadar mengeluarkan cairan bening lagi dimatanya.

Jisoo menjatuhkan badannya kasar, dipegang dadanya yang mulai merasakan sesak.

Jennie yang berada didekat gadis itu ikut mensejajarkan badannya.

"Ji, lo gak apa?" Tanya Jennie memastikan keadaan sahabatnya itu.

"Sebelumnya gue udah nyuruh lo pulang Ji, gue udah bilang kan papa sakit? Terus kenapa lo tetep gak dateng?! Lo tau papa nungguin lo sampai begadang, berharap putri durhakanya ini dateng nemuin dia! Tapi apa? Putrinya bahkan gak peduli sama papanya sendiri, putri durhakanya lebih memilih ego dibanding papanya sendiri!" Bentak Irene yang kini dalam posisi berlutut. Tangannya yang berada dipundak Jisoo, mendorong kuat pundak tersebut.

Tangis Jisoo pecah, tak kuat menahan rasa nyeri dihatinya.

"Lo dari dulu gak pernah berubah Ji, Ego lo masih sama kayak dulu, terlalu tinggi, lo terlalu malu untuk mengalah, lo mau diri lo selalu menang, tanpa melihat keadaan! Gue tau lo masih kesel sama kejadian saat mama meninggal! Tapi apa lo gak bisa lupain itu sebentar demi keadaan papa?!"

"SUSAH RENE SUSAH! LO TAU? KEJADIAN ITU TERUS TERNGIANG DIBENAK GUE! SUSAH BUAT GUE LUPAIN!" Teriak Jisoo dengan tangisnya.

"OH MAKA DARI ITU LO MILIH KAYAK GINI? OKE, GUE SIMPULIN, KALAU LO EMANG MAU PAPA GAK ADA KAN? ITU MAU LO KAN?"

"Rene-"

"SENENG KAN LO SEKARANG? SENENG LIHAT PAPA MENINGG-"

PLAK

Mereka yang berada disana tersentak kaget atas adegan dihadapan mereka kini.

Irene merasakan nyeri yang mulai menjalar dipipinya. Di usap pipinya itu perlahan.

"Jaga omongan lo, Rene. Apa lo gak inget hari dimana mama meninggal? Lo juga ngelakuin apa yang gue lakuin sekarang waktu itu!"

Jisoo beranjak, melangkahkan kaki untuk masuk kekamar rawat yang ia yakini mayat almarhum ayahnya masih disana.

IPA vs IPS

IPA vs IPS [BlackVelvet]Where stories live. Discover now