Chap. 14

7 1 0
                                    


"Kita ke resto dulu ya. Aku mau pantau keadaan disana" jawab Dana dengan sedikit berbohong, sebenarnya Dana hanya ingin melihat senyumku dan juga melupakan atau mungkin bisa berbagi cerita dengannya.

Motor itupun telah berhenti di depan resto yang semalam kudatangin. Aku segera turun dan melepas helm yang ku kenakan. Begitupun Dana, tak lupa ia membenarkan rambutnya yang sedikit acak acakan karena helm merahnya itu.

Tangan Dana pun menarikku untuk masuk dan duduk di lantai 2 dengan pemandangan senja sore itu. Tak lupa dia menanyakan ingin memesan apa padaku, aku hanya ingin minum tanpa makan. Tapi, Dana memesankannya Jus Jeruk dan juga Spaghetti. Sedangkan Dana ia memesan Milktea juga dengan Nasi goreng pedasnya.

Aku hanya melihat senja yang sangat indah itu dengan sedikit melamun. Tiba tiba aku merasakan tanganku digenggam seseorang. Aku hanya menengok melihat tangan siapa yang sedang menggenggamku.

Dana menatapku tersenyum, seolah bertanya 'ada apa?' ketegaranku pun hancur seketika saat Dana menatapnya, bulir air mata juga terjun tanpa jeda. Dana yang melihatku menangispun langsung memposisikan dirinya disamping ku.

Tubuhku pun rubuh tepat di pundaknya, dia membiarkan aku memeluknya dan menangis meluapkan semuanya. Dia mencoba menghentikan tangisku dengan membelai kepalaku yang masih terlindungi oleh kerudung.

Cukup lama aku menangis akupun kembali menarik kepalaku dari bahunya. Kulihat baju seragamnya yang sudah basah akibat tangisanku tadi. Akupun meminta maaf padanya dan dia hanya mengangguk tanda tidak apa apa.

"Makan dulu sa. Abis ini baru pulang" titahnya aku mengangguk setuju. Aku memakannya dengan cukup lahap terlebih karna aku lapar dari siang belum makan.

"Sa" panggil Dana disela sela makannya. Membuatku menoleh dan mengangkat sebelah alisku menandakan 'apa'

"Kalau ada masalah jangan di pendem sendiri ya. Kalau emang mau cerita ke aku, jangan sungkan sungkan" ucapnya dengan mengenggam tanganku kembali.

Lembutnya ucapan itu dengan pembawaan yang sabar membuatku nyaman berada didekatnya. Menenangkan sekali, bahkan hanya berdiam diri saja aku bisa merasakan betapa positif aura yang terpancar itu.

Tanpa sadar aku meng iyakan perhatiannya tadi. Lalu kembali menyantap makanannya sebelum akhirnya makin larut malam.

Setelah makanan habispun, aku langsung meminta diantar pulang oleh Dana. Dalam perjalananpun tak banyak percakapan. Aku hanya fokus dengan jalanan malam yang ramai, dan dia fokus mengemudikan motornya.

Dana pov

'sa, aku tau kamu belum sepenuhnya percaya sama aku. Tapi aku akan berusaha untuk buat kamu nyaman, sa. Walaupun hanya sebagai adik' ucapku dalam hati saat melihatnya melalui spion.

Motorku pun melaju ditengah ramainya jalanan, sesekali aku melihat Khalisa melalui spion, mungkin dia sedikit kedinginan.

Akupun menepikan motor, dia pun segera turun dari motor menampakan wajah kebingungan. Aku melepas jaket kulitku dan segera menyuruhnya untuk memakai jaket yang ku beri.

"Dingin, pake nih" ucapku seraya menyuruhnya untuk memakai jaketku.

"Kalo aku pake jaket ini, kaka gimana? Udah gapapa kaka pake aja" bantahnya yang membuat aku gemas ingin menyubit pipinya karena dia mencemaskan aku

"Gapapa, pake aja. Cepet, keburu makin malem nanti di omelin Ibu sma Ayah" lagi lagi aku memintanya untuk memenuhi permintaanku dengan sedikir memaksa.

Setelah menimbang nimbang akhirnya dia mengambil jaketku dan segera memakainya. Setelah memakai jaketku dia makin terlihat menggemaskan terlebih karena jaketku yang cukup besar untuknya.

KHALISADonde viven las historias. Descúbrelo ahora