Chap. 8

17 2 0
                                    


Tiba tiba seseorang dari luar sana datang kearah ku dengan sedikit berlari.

"Sa, Raffi sa Raffi" ucapnya sambil ngos ngosan, aku hanya bingung keheranan 'kenapa aku?'

"Raffi berantem karna Lu, Sa. Buruan ke lapangan" tambahnya setelah nafasnya membaik

Aku dan Nisa yang sedang asyik menikmati kekenyangan langsung dibuat kaget dan mendengar Raffi berantem karna aku. Aku langsung memutuskan untuk ke lapangan bicara dengan Raffi.

Ketika sampai dilapangan, untung saja aku datang di waktu yang tepat. Waktu dimana Raffi dan lawannya belum memulai adu kekuatannya.

Aku langsung berdiri di depan Raffi dan tak sengaja Raffi membogemku dengan kekuatan yang tak mampu ku halau.

Tangan itu menyentuh pipiku, dan akupun kehilangan kesadaran. Sedangkan Raffi yang menyadari bahwa dia salah tonjok pun langsung membawaku ke ruang UKS.

Pipiku membiru, tapi langsung di kompres air hangat olehnya. Rasa bersalahpun menghantui nya.

Perlahan aku membuka mata dan kudapati Raffi sedang menunduk disisi tanganku. Serta Nisa yang sedang memainkan ponselnya di bangku dekat pintu.

"Nis" panggilku dengan suara serak. Nisa dan Raffi pun segera mendekat. Nisa memberikan aku minum dan membantu agar aku dapat duduk.

Raffi, kulihat matanya benar benar merasa bersalah. Dia terus menggenggam tanganku dan mencoba untuk minta maaf.

Tatapannya, mata yang selalu aku rindukan. Rasanya sudah lama tak pernah menatap matanya.

"Harus berantem ngga ada cara lain?" Tanyaku yang membuat Raffi dan Nisa terkejut.

"Maafin aku Sa." Ucapnya lirih

"Jangan gitu lagi, kamu tau kan aku ngga suka" ucapku kepada Raffi dan dibalas anggukan olehnya

"Sa, lu mau ke kelas atau pulang? Kalo mau pulang biar gue izinin ke guru piket" tanya Nisa menawarkan kepadaku

"Kelas aja, Nis. Masih ada 1 pelajaran lagikan?" Putusku dan dibalas anggukan oleh Nisa

Aku memutuskan ke kelas bukan karena apa apa. Mengingat sudah kelas 9 sudah waktunya serius belajar apalagi ayah dan ibu dirumah telah banting tulang untuk membiayai sekolahku.

Akupun dibantu Nisa berjalan menuju kelas. Tak lupa berpamitan pada penjaga UKS dan Raffi yang sedari tadi hanya diam.

Melewati lorong yang sunyi dan sepi aku hanya menunduk. Tiba tiba langkah ku dan Nisa terhenti, didepanku ada Abel.

"Kaka gapapa?" Tanyanya padaku diiringi senyuman manisnya. Pantas saja Raffi menyukainya.

"Gapapa, penting banget apa buat lu? Lu urusin aja noh cowo lu di ruang UKS yg bentar lagi di ruang BK" jawab ketus Nisa sedangkan lawan bicaranya hanya diam tak berkutik

"Gapapa ko. Kita duluan ya mau masuk ke kelas" jawabku mencairkan suasana dan Nisa melanjutkan membantuku.

***

"Pipi kenapa sa?" Tanya Sari saat melihatku di basecamp pertanyaan itu membuat semua anggota langsung melihatku

"Ehh iya yampun biru banget Sa" Diah melanjutkan dan dianggukan oleh anggota lain

"Gapapa ko, sans" jawabku

Aku mencoba menutupi apa yang telah menimpaku. Dan benar saja mereka percaya dengan mudahnya.

KHALISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang