Angkasa - Part 15 : Hukuman

1.5K 83 0
                                    

Aku duduk termenung didalam kamar, aku sendirian disini, itu karena masih jam sekolah. Seharusnya, aku hanya tinggal melangkah keluar dari kamar, seharusnya aku sekolah hari ini, seharusnya, tapi Shania melarangku keras. Padahal aku sudah merasa lebih baik, meski aku masih sedikit takut jika bertemu dengan kedua iblis itu. Tapi, tetap saja aku merasa tidak enak karena akan ketinggalan pelajaran.

Aku beranjak dari kasur, keluar dari kamar dan melihat keluar jendela. Sepertinya sedang jam istirahat, itu karena keadaan lapangan sedang ramai sekarang.

Derap langkah kaki terdengar dari ujung koridor, aku masih belum bisa melihat siapa yang tengah berjalan kesini, tapi langkah terbaiknya adalah masuk ke kamar dan mengunci pintu. Bisa saja itu mereka atau orang lain yang berniat jahat.

Seseorang menggedor pintu dengan normal.

"Cha? Ini Angkasa"

Mendengar namanya, aku langsung bernafas lega.

"Bentar!"

Aku membuka pintu yang tadinya ku kunci dan memperlihatkan kak Angkasa bersama dengan pak Irwan yang notabenenya adalah seorang guru BK.

"Ini ada apa kak?"

"Tadi kami udah periksa direkaman CCTV, ada dua pelaku, tapi ga bisa dikenalin karena mereka pake hoodie dan masker"

"Sebenarnya bapak sama Angkasa ga berniat buat nanyain ini ke kamu karena kami yakin kamu masih trauma soal ini, tapi jalan satu-satunya adalah menanyakan ini langsung sama kamu, bisa kasih tau kami siapa pelakunya?"

Aku menunduk, untuk memberitahu mereka rasanya aku takut dan ragu. Aku takut jika aku membuka suara tentang kejadian semalam dan siapa pelakunya, pasti mereka juga tidak akan tinggal diam. Sekarang aku harus apa?

"Aku gatau"

Pak Irwan dan kak Angkasa saling menaruh pandang.

"Cha, ga akan terjadi apa-apa kalo kamu kasih tau kami"

Setetes air mataku keluar begitu saja. Aku jadi mudah menangis sekarang ini.

"Mereka pasti mau nyakitin aku lagi, aku gamau"

Kak Angkasa mendongakkan kepalaku dengan menyentuh daguku, menyeka air mata yang sudah membasahi kedua pipi.

"Kamu percaya sama aku, kan?"

Aku terdiam, menepis pelan tangan kak Angkasa dari daguku.

"Tasya, bapak janji akan menjatuhkan hukuman yang sepantasnya untuk mereka, kalau kamu gamau mereka di DO karena takut mereka akan melakukan hal yang lebih parah lagi, maka mereka akan berada dibawah pengawasan ketat kami, gimana?"

"Bapak janji?"

"Iya, janji"

Aku percaya bahwa pihak sekolah tidak akan tinggal diam dalam kasus keterlaluan seperti ini.

"Mereka kak Sarah sama kak Chintya"

⋇⋆✦⋆⋇

"Sesuai amanah saya pada kamu Angkasa"

"Baik pak"

Setelah mendengar semua yang diperintahkan oleh pak Irwan, Angkasa langsung keluar dari ruang BK menuju ke lapangan utama, tempat para korbannya menunggu.
Mungkin hari ini Angkasa akan bersenang-senang?

"Sarah dan Chintya" Ucap Angkasa dengan nada sombongnya, almamater yang menandakan bahwa ia adalah seorang ketua OSIS, membuat dirinya tampak semakin menyeramkan.

"mungkin semalem kalian bisa bersenang-senang, tapi kali ini giliran gue perwakilan dari Acha yang kalian bully habis-habisan semalem"

Chintya dan Sarah hanya bisa terdiam, dengan raut wajah tak suka, namun apa yang bisa mereka lakukan saat ini selain pasrah?

"Sesuai perintah pak Irwan, kalian tiarap terus kelilingi setengah lapangan ini"

"What! Lo gila!" Ucap Sarah tidak terima.

"Lo yang gila, pilih lakuin, DO, atau seluruh lapangan lo kelilingi?"

Chintya dan Sarah saling melemparkan tatapan, suka tak suka, mau tak mau mereka harus melakukan itu apapun alasannya. Opsi yang pertama adalah hal yang lebih baik bagi mereka.

Mereka pun tiarap, mulai melakukan apa yang Angkasa perintahkan. Ditengah sinar matahari yang benar-benar membakar, merupakan paket komplit bagi mereka. Jika mereka akan kapok setelah ini, maka itu merupakan suatu tindakan yang sangat benar. Selain karena melindungi nama baik sekolah, nama baik mereka pun juga akan aman.

Sementara itu Shania yang memperhatikan dari lantai 4, tak henti-hentinya mengomel. Ia merasa bahwa hukuman seperti itu tidak pantas bagi seorang pembully seperti Sarah dan Chintya.

"Gimana sih? Ga adil banget tau! Masa cuma disuruh tiarap doang!?"

"Itu mereka ga tiarap doang, mereka keilingi lapangan sambil tiarap loh, udah mantap tuh"

Shania menatap Gilang dengan datar, hingga cowok itu hanya bisa menyengir sembari menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Apaan sih, kenapa mereka ga di DO aja?"

"Shania, pihak sekolah punya alasan kenapa mereka ga di DO"

"Alasan apa? Rumah mereka jauh iya? Terus gimana sama Tasya yang harus terus nahan trauma setiap ngeliat mereka?"

Gilang menghela nafasnya pelan, kemudian memegang kedua pundak Shania yang membuat gadis itu menaikkan sebelah alisnya.

"Gini Shania, sampai sekarang pihak sekolah masih belum tau pasti alasan mereka melakukan itu, sampai akhirnya misteri ini terungkap, barulah pihak sekolah akan menindak lanjuti kasus ini"

Setelah mendengarkan penjelasan panjang lebar Gilang, Shania terdiam sejenak, mencerna dengan baik kata-kata Gilang.

"Kalo gitu" Perkataan Shania terpotong, membuat Gilang mengernyit penasaran dengan lanjutannya,"kenapa ga bujuk Tasya buat ngomong?"

"Shania, Tasya itu lagi trauma, kasih dia waktu buat nenangin diri"

Shania mengangguk mengerti.

"Woy bangsat, kita capek" Teriak Chintya yang mulai ngos-ngosan.

"Itu belum seberapa"

"Memang lo gada hati Sa!"

"Emang"

Satu kata yang keluar dari mulut Angkasa membuat Sarah dan Chintya menggeram, tidak peduli pada hal yang akan terjadi selanjutnya, Sarah berdiri meninggalkan lapangan diikuti oleh Chintya dibelakang.

"Woy!"

Angkasa hendak menghentikan mereka, namun ditahan oleh pak Irwan yang tidak diketahui kapan ia datang.

"Biarin aja dulu, kita ikuti permainan dia".

.

.

.

Tbc






ANGKASA [ #1 PWR Series ]Where stories live. Discover now