32 - Perih

163 3 1
                                    

teruntuk: kleannn

haloooooo

long time no c

ngasret sekasliii asliihhhhhh

💦

💦

"Gimana rasanya jadi pilot, kapt?"

Gilang menoleh kesamping kanannya pada seseorang yang sudah menjemputnya di bandara Sydney. "Seru. Banget." Jawabnya dengan senyumnya yang merekah.

Pemuda yang sedang menyupir itu ikut tersenyum mendengarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda yang sedang menyupir itu ikut tersenyum mendengarnya. "Gimana gak seru kalo dikelilingin pramugari yang cantik-cantik." Ledeknya dengan candaan.

"Apaansih lu, Bang. Kaya gatau adiknya aja kaya gimana ke perempuan." Gilang menyahuti candaan Abang satu-satunya ini.

Tadi Gilang dijemput di Bandar Udara Sydney oleh Bang Ghanni dengan seragam pilot yang masih ia pakai sampai sekarang.

"Bercanda kali gue, Lang." Jawab Bang Ghanni. "Jangan-jangan, lu hemong lagi belum punya pacar."

"Ah, gila lu Bang lama-lama! Gak beres nih."

Kemudian mereka berdua tertawa didalam mobil.

"Kak Nadine dirumah?" tanya Gilang mengalihkan topik pembicaraan mereka.

Bang Ghanni mengangguk pelan. "Dia udah gak gue bolehin pergi kemana-mana dulu, maksudnya gak gue bolehin jalan jauh."

Gilang mengerti maksud dari ucapan Abangnya. Karena Kak Nadine sedang hamil sekarang.

"Sebenernya gue nyuruh lu buat mampir kesini karena ada sesuatu yang mau gue omongin, Lang."

Dan Gilang merasa kalau suasananya sekarang berubah menjadi lebih serius dari yang tadi.

"Yaaa—ngomong aja sekarang."

"Nanti aja dirumah gue. Sekalian lu ketemu sama Nadine." Bang Ghanni.

Gilang tidak menyahuti lagi, karena saat ia membuka lock handphone nya, belum ada kabar juga dari Alin. Padahal Gilang sudah mengabari kalau Gilang sudah sampai di Aussie tadi. Tidak seperti biasanya. Karena biasanya, Alin selalu membalas cepat chat dari Gilang. Tapi ini hanya ceklis satu.

"Nungguin kabar?" ledek Bang Ghanni yang sedaritadi melirik ke handphone Gilang.

"Engga, Bang, apaansih." Gilang masih terlhat malu-malu rupanya didepan Abangnya.

"Kenalin dong ke gue, Ke Mama, Ke Papa juga. Bawa kerumah. Siapa tau cocok." Bang Ghanni masih terus saja mengoceh.

"Doain aja ya, Bang, semoga bisa kaya lu sama Ka Nadine."

Break! (Terimakasih Tuhan, dia begitu indah) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang