15 - Friendzone

119 6 0
                                    

Halooo gaisss

Ku mau melanjutkan ceritanya againnn

K
U
Y
Y

Setidaknya,
dulu kita pernah berjuang
untuk saling mencari,
sekedar berbagi.
Namun kini,
Kita pun berjuang
untuk melupakan.
Ini terlalu indah untuk abadi

"Itu produk barunya, Lin. Gak mahal-mahal banget sih kalo menurut gue." Ucap Riani sambil membereskan dapurnya yang sempat berantakan karena tadi ia sempat memasak risoles mozarella, resep yang baru saja ia dapatkan dari sebuah akun di youtube.

Bukan Riani namanya kalau tidak hobi memasak. Resep apapun yang menurutnya harus ia coba, pasti Riani akan mencoba untuk membuatnya dirumah walaupun hanya seorang diri. Dan untuk rasanya sudah tidak usah diragukan lagi. Masakan apapun, pasti rasanya akan terasa enak walaupun masakan itu baru pertama kali Riani buat.

Mungkin memasak sudah ada didalam diri Riani sejak lahir.

"Iya gue tau, tapi gue lebih naksir-"

"Songong lu main ambil-ambil aja!" ucapan Alin terpotong oleh omelan Riani yang cukup kencang dari dapur.

Alin yang sedaritadi sedang tiduran disofa empuk ruang tengah rumahnya Riani langsung terbangun saat mendengarnya. Kedua matanya langsung melihat seorang lelaki yang cukup tampan sedang asik memakan risoles buatan Riani dengan wajah yang sedikit meledek sepupunya itu.

"Pergi sana!" usir Riani dengan membentak. Kedua matanya menatap marah pada lelaki itu. Seperti ingin mencekik.

Lelaki itu hanya tertawa sambil terus memakan risoles buatan Riani. "Pelit lu sama abang sendiri." Ucapnya biasa saja. Tidak ada rasa marah ataupun kesal yang tergambar diraut wajahnya. Suaranya pun tidak terdengar membentak seperti Riani tadi.

"Itu risolesnya buat Andri, bang Adnan. Makanya Riani ngomelnya begitu banget." Sambar Alin dengan sedikit senyuman kecilnya saat melirik kearah Riani yang sedang cemberut disana.

Itu memang Kakak satu-satunya Riani. Biasa dipanggil Bang Adnan. Sosok lelaki yang cukup tampan karena hidungnya yang mancung dan ada kumis tipis yang selalu menghiasi wajah cerahnya.

"Masih sama Jodi, Lin?" tanya Bang Adnan saat ia menoleh kesamping kanannya, dan melihat ternyata ada Alin yang sedang duduk disofa ruang tengahnya.

"Masih Bang."

"Kirain udah engga, baru mau gue ajak jalan." Balasnya kemudian tertawa cukup kencang.

Alin hanya tersenyum melihat tingkah laku abang sepupunya itu. Sedikit menggelengkan kepalanya juga sebentar.

Memang Bang Adnan belum terlalu tua. Umur mereka hanya terpaut empat tahun. Dan Bang Adnan ini memang cukup dekat dulu dengan Jodi, tapi sekarang sudah tidak terlalu.

"Jodi dimana Lin sekarang?" tanya Bang Adnan lagi.

"Dia sekarang dicafe daerah kemang, Bang."

"Jadi apaan tuh anak? Jadi tukang parkir?" celetuknya dengan candaan kemudian mengambil risoles buatan adiknya lagi, barulah ia berjalan pergi meninggalkan Riani yang sedang berteriak memaki-maki dirinya dari dapur.

"Kok lu gapernah cerita Lin kalo Jodi udah di Jakarta?" tanya Riani cepat.

"Kalo gue cerita, pasti lu ngoceh panjang lebar." Jawab Alin menebak. Ia jadi teringat dengan kejadian saat Alin bercerita tentang kepulangan Jodi dari Jogja oleh Imel tapi teman satu magangnya itu malah menceramahinya dengan sedikit menjelekkan Jodi didepan Alin.

Break! (Terimakasih Tuhan, dia begitu indah) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang