22 - Klub

146 4 0
                                    

halooo gaissss

yukkk lanjut ceritaa alay iniiii

K
U
Y
Y

❄️

Berkali-kali dada Alin naik turun dengan tempo cepat. Berkali-kali juga airmatanya mengalir membasahi kedua pipinya. Ucapan dari Jodi masih terekam dengan sangat jelas dimemori otak Alin.

Terlalu sakit untuk Alin terima. Rasanya rongga dada Alin sudah remuk sekarang. Rasanya jantung Alin sedaritadi seperti sedang diremas dengan kencangnya sampai Alin cukup sulit untuk mengatur nafasnya. Berkali-kali ia meremas-remas kedua lututnya seiring dengan isak tangis yang masih menyelimuti dirinya. Berkali-kali juga Alin menggigir bibir bawahnya untuk menahan keinginannya untuk berteiak kencang agar isak tangisnya sedikit mereda, tapi tidak bisa karena Alin sedang naik taksi sekarang bukan membawa mobilnya sendiri.

Alin butuh tempat yang begitu luas seperti pantai, Alin butuh tempat untuk bersandar, Alin butuh seseorang untuk ia peluk. Alin butuh Gilang. Alin ingin Gilang ada disini menemaninya. Alin ingin memeluk Gilang dan menangis didalam dadanya, berharap dengan cara seperti itu rasa sakitnya akan sedikit menghilang. Tapi Alin sadar, Gilang pasti sudah ilfiel padanya karena ucapan Jodi.

"Sakit. Tapi tak berdarah. Ada."

Handphone Alin bergetar cukup keras.

Ada panggilan telfon dari Jodi yang langsung ia matikan.

Ada pesan teks juga.

From: Odi
"Kamu dimana, Lin? Aku mau ketemu. Masih ada yang mau aku omongin."

Pesan teks yang sangat tidak penting bagi Alin.

Alin teringat dengan sesuatu. Ia langsung mencari nomor seseorang dikontak handphonenya. Alin tahu kemana ia harus pergi untuk menenangkan dirinya yang sedang kacau sekarang.

"Halo Ten, dimana?"

"Ditempat gue, Lin. Kenapa? Tumben banget telfon."

"Ada siapa aja?"

"Pertanyaan retorik banget sih, Lin. Kesini ajasih, ada Riko juga kok."

"Yaudah gue otw."​

Setelah itu telfon Alin matikan.

Tapi ada pesan teks lagi yang masuk.

From: Odi
"Maaf Lin maaf, aku salah. Aku masih butuh kamu. Plis, jangan pergi."

Hanya diread saja oleh Alin. Setelah itu handphone ia matikan. Alin tahu, Jodi pasti akan menelfonnya terus menerus dan membuat Alin menjadi bertambah muak dengan pemuda itu.

Alin mengambil nafasnya dalam-dalam untuk sekedar menenangkan dirinya. Harus menerima kenyataan kalau Gilang sama sekali tidak berusaha untuk menghubunginya sekarang, padahal Alin sangat berharap sekali lelaki itu akan mencarinya seperti Jodi barusan.

"Ke CI club ya, Pak."

ooOOoo

​"Lu kenapa gak telfon gue, Lang? Gue pasti langsung dateng keparkiran!" ucap Bagas yang terpancing emosinya mendengar cerita dari Gilang tadi.

​Gilang meringis sebentar saat Riani sedang mengobati luka lebam diwajahnya. "Mana bisa gue buka hape pas gue lagi dipukulin. Kocak!"

​"Udah si Lang, jangan ngedeketin Alin lagi. Udah tau pacar orang, masih aja dideketin." Andri yang sedaritadi sedang duduk ditangan sofa juga ikut angkat bicara.

Break! (Terimakasih Tuhan, dia begitu indah) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang