18 - Diduain:')

135 8 0
                                    

halooo gaisss

udh lamaa bgttt ya rasanya cerita abalnya gak dilanjut kwkw

K
U
Y
Y
Y

❄️

Kau tak pernah berubah atau berpikir.
Tentang perasaanku selama ini.
Kau hanya tinggalkan luka,
Tanpa menyisakan cinta.
Kau bodohi aku selama ini.

Alin membuka kamera handphone nya untuk melihat apakah lipstick yang berwarna peach yang baru saja ia beli tadi cocok atau tidak dibibirnya, sambil berjalan pelan-pelan memasuki halaman rumah Jodi. Hari ini mereka berdua ambil libur bersama, dan sudah berniat untuk pergi menonton. Tiket juga sudah Alin pesan lewat online untuk dua orang.

Baru saja Alin ingin membuka pintu rumah kekasihnya, tapi pintu bercat biru telur asin itu sudah terbuka dan saat Alin masuk kedalam rumah Jodi, belum lama Jodi juga keluar dari dalam kamarnya.

"Tumben udah rapih? Biasanya belum mandi." Sindir Alin halus.

"Aku mau jemput Ibu dulu Lin di stasiun. Hari ini Ibu pulang ke Jakarta." Balas Jodi sambil sibuk memakai jaket hitamnya.

Alin yang tadi sempat tersenyum, sekarang senyuman itu meluntur dengan cepat.

"Kamu disini dulu ya sama Dinda. Aku ke stasiun dulu sebentar."

Alin masih diam.

"Jangan marah yah." Ucap Jodi lalu mencium kening Alin kemudian berlalu pergi.

Alin memperhatikan kekasihnya yang sudah tak terlihat dari ambang pintu. Rasanya Alin ingin berteriak marah, rasanya kesal, rasanya Alin ingin sekali menjambaki rambut Jodi yang sudah diklimis rapih itu. Pantas saja Jodi ngotot menyuruh Alin mengambil jam sore diteater. Ternyata ini alasannya.

Kenapa Jodi tidak bilang saja sedaritadi biar Alin tidak menunggu dirumahnya? Membosankan sekali!

"Sini, Kak, duduk." Ajak Dinda yang sedang tiduran disofanya yang panjang.

Sebelum Alin ikut duduk bersama dengan Dinda, ia melihat ponselnya terlebih dahulu. Tadikan kameranya belum di log out. Tapi ternyata baterai handphone Alin tinggal sedikit. Bisa-bisa nanti lowbat dibawa keluar saat mereka nonton. Belum lagi Alin update di insta story nya nanti saat bersama dengan Jodi.

Hehehe.

"Din, aku mau minjem charger, ada gak?"

"Pake punya Kak Odi aja, Kak. Aku juga lagi charger, nih." Balas Dinda sambil menunjukkan handphonenya yang sedang ia mainkan sambil dicharger.

"Charger Kak Odi dimana?"

"Dikamar kayanya, Kak. Ambil aja, gapapa."

"Aku ke kamar Kak Odi bentar ya, Din." Ucap Alin sambil berjalan memasuki kamar Jodi yang sebelumnya melewati Dinda yang sedang tiduran disofa panjang ruang tengahnya.

Dan Dinda hanya berteriak 'iyaa' sambil terus serius menonton drama korea favoritnya yang sudah ia download semalaman.

"Dinda gak kuliah?" Alin sedikit berteriak saat ia sudah berada didalam kamar Jodi.

"Nanti malem, Kak." Jawab Dinda yang juga berteriak menyahuti Alin. "Kak, jangan tanya-tanya Dinda dulu ya. Dinda lagi nonton drakor." Lanjutnya lagi. Karena Dinda tahu kalau Alin pasti akan banyak berbicara agar suasana diantara mereka tidak terasa canggung.

"Tumben rapih." Alin bergumam kecil didalam hatinya saat melihat sekitar kamar Jodi yang tidak terlalu berantakan seperti biasanya.

Baru saja Alin melihat charger Jodi yang sudah berada distop kontak yang tertempel ditembok dekat meja disisi tembok sebelah kiri kamar Jodi, tiba-tiba handphone nya bergetar cukup kencang.

Break! (Terimakasih Tuhan, dia begitu indah) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang