Bagian 12 | Langit demam

93.8K 7.6K 657
                                    

SEKARANG hari kamis, berarti sudah enam hari Bintang tidak bertemu Langit sejak kejadian di mana ia bertengkar dengan Langit. Entah kemana perginya Langit sehingga sejak hari itu ia menghilang dari peredaran sekolah. Tidak ada pesan ataupun panggilan dari Langit, bagaimana mau mengabari kan HP nya Bintang sedang disita oleh Langit.

"Woi." Bintang mengumpat kala mendengar dia sedang dikejutkan.

"Apaan sih Nes, nggak lucu tau!"

"Marah-marah mulu lo," Semprot Nessa.

"Ngapain sih di sini?

"Nemenin lo."

"Gak usah bikin gue tambah bad mood deh. Mending lo pergi nyusul si Sasa sana."

"Sasa mah pacaran mulu sama si Daffa."

"Emang pacar lo mana?" Tanya Bintang.

"Gak tau."

"Serah lo deh!" Bintang bangkit dari duduknya lalu berjalan keluar kelas.

Bintang berjalan menyusuri koridor sekolah dia tak tau tujuannya berjalan yang pasti ia sedang bad mood saat ini. terbesit rasa rindu kepada Langit cowok yang tak pernah keliatan beberapa hari belakangan ini membuat Bintang merasa kesepian.

Saat berjalan tak sengaja ia mendengar percakapan seorang siswa.

"Lo tau nggak kabarnya sih kak Langit lagi sakit."

"Jadi calon imam gue nggak sekolah gara-gara sakit. Kasian banget sih."

Bintang kembali berjalan kala melihat kedua siswi tersebut menjauh. Langit sakit? Dan Bintang tidak tau apa-apa, sahabat macam apa. Kali ini Bintang berjalan tujuan utamanya adalah kantin. Mata gadis itu mencari seseorang yang ia butuh bantuan lalu pandangannya terpusat pada kedua cowok yang tengah duduk bersama dua orang cewek yang sangat dekat dengannya.

"Kenapa gak ada yang bilang ke gue kalo Langit lagi sakit?"

"Lah gue fikir lo udah tau," awab Daffa.

"Lo bego atau gimana sih. Kalian kan tau kalau HP gue disita sama Langit," ibir Bintang.

"Gue fikir lo lupa sama Langit gara-gara sibuk sama cowok lo." Raka berkata sambil memakan baksonya.

"Maksud lo?" Tanya Bintang.

"Lo terlalu sibuk sama cowok lo sampai-sampai lo lupa sama Langit yang selalu ngejaga lo," ucap Raka.

...

Sehabis isya Bintang langsung bergegas menuju rumah Langit tak lupa ia juga sempat membuatkan bubur kesukaan cowok itu.

Tak butuh waktu lama Bintang sudah Nampak masuk ke dalam rumah Langit yang sudah ia anggap sebagai rumahnya sendiri.

"Bintang. Lama nggak pernah main!" Embun mendekati sahabat anaknya itu.

"Eh tante. Baru beberapa hari Bintang nggak main tan."

"Tumben nggak pernah main, berantem ya?" Tanya Embun.

"Ah, enggak kok tan."

"Langit ada di kamarnya kamu langsung kesana aja." Bintang mengangguk lalu segera masuk ke dalam kamar Langit.

Bintang perlahan membuka pintu Langit. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah cowok itu tengah tertidur pulas, Bintang mendekati tempat tidur Langit dan duduk di samping cowok itu. Sejenak Bintang memandangi wajah Langit yang berkali lipat tampan saat sedang tertidur.

"Bintang." Langit mengigau.

Bintang memegang kening Langit ternyata panas. Bintang merasa jadi sahabat yang tidak berguna saat melihat keadaan sahabatnya seperti sekarang.

"Bintang ... " kali ini Langit tak mengigau matanya sedikit mengerjap.

"Udah lo diem aja Lang jangan banyak omong."

"Lo beneran Bintang kan?"

"Bukan. Gue kuntilanak." Langit tersenyum mendengar jawaban Bintang.

Langit memejamkan matanya mencoba menetrealisir rasa pusing yang melandanya.

"Kata tante lo belum makan? Lo mau makan sekarang?" Bintang memijit pelipis Langit berharap rasa pusing yang melanda Langit cepat hilang. Langit tersenyum saat Bintang membantunya memijit pelipisnya.

"Lo mau makan? Gue udah buatin bubur kesukaan lo," tawar Bintang.

"Gue gak laper."

"Tapi kata tante lo belum makan Lang."

"Lo suapin?" Tanya Langit, Bintang tersenyum.

"Iya-iya," jawab Bintang.

Bintang menyodorkan sesendok bubur ke mulut Langit dan Langit hanya pasrah saja menerimanya meskipun di lidahnya terasa pahit.

"Pahit ya?" Tanya Bintang.

"Nggak kok. Kalo udah ngeliat lo jadi manis." Bintang menyubit pinggang Langit.

"Aww Bin. Lo seneng banget sih KDRT," ujar Langit dengan nada suara yang lemah.

"Lagian sih lo udah sakit masih aja suka ngegombal."

"Tapi lo suka kan?"

"Idih najis."

"Kejam banget sih lo. Ntar jatuh cinta sama gue tau rasa lo," ujar Langit lalu membaringkan tubuhnya.

"Lang ini buburnya belum habis gue capek tau bikinnya." Bintang mengerucutkan bibirnya.

"Iya ntar gue habisin," lirih Langit yang sudah bersiap bertemu dengan alam mimpi.

"Bin jangan tinggalin gue," lirih Langit.

"Iya malem ini gue nginap di rumah lo."

"Tidur gih udah malem."

"Lo tidur di disini ntar gue tidur di sofa," ucap Langit yang mengetahui isi fikiran Bintang.

"Gue tidur di sofa aja kan lo yang sakit bukan gue."

"Kalo gue bilang tidur disini ya disini tinggal nurut aja susah banget sih." Bintang menghela nafas, Langit memang selalu akan seperti itu memaksa dan tak terbantahkan.

"Skandal lo pacaran sama Magma beneran Bin?" tanya Langit.

Bintang gelagapan tak tau harus menjawab apa.

"Iya," jawab Bintang dengan suara yang kecil Dan menunduk.

"Lo sayang sama dia?" Tanya Langit, Bintang mengangguk.

Langit mengacak kepala Bintang gemas. Bintang mendongak menatap Langit yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Lo ... nggak ... marah?"

"Kenapa gue harus marah?"

"Bukannya lo nggak suka gue deket-deket sama cowok selain lo?"

"Gue minta maaf. Gue sadar harusnya gue nggak ngekang lo kayak gini, lagian juga kalian masih pacaran kan jadi ntar kalo kita nggak pacaran lo bisa langsung jadi istri gue," Jawab Langit santai.

"LANGIIIIIT"

LANGIT (On Going)Where stories live. Discover now