Bagian 4| Langit jealous

136K 9.8K 367
                                    

Untuk saat ini bahkan Untuk selamanya biarkan Aku menjadi orang yang paling egois, melebihi orang yang paling egois di dunia ini. 



MAGMA berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai 3.

"Kurang ajar si Langit. Ke sekolah tapi lupa bawa tas bener-bener gak niat sekolahnya, sekarang gue juga yang kena buat nganterin tasnya, kalau ketemu gue pites-pites deh tulangnya. Mana berat banget lagi," gerutu Bintang.

Bintang melangkah berusaha secepat tenaga agar ia bisa cepat sampai ke kelasnya Langit yang berada di Lantai dua. Koridor sepi begitu juga tangga yang akan ia lewati sekarang, pelajaran pertama sudah di mulai beberapa menit yang lalu itu artinya dia sudah terlambat untuk masuk saat ini.

Magma memperhatikan seorang gadis yang terlihat sedang kesulitan sambil membawa sebuah ransel besar berwarna hitam. Magma mengenali tas siapa yang dibawa oleh gadis itu. Cewek itu terlihat kesusahan menaiki tangga terlihat dari kulitnya yang putih berubah menjadi kemerahan karena merasa kesulitan membawa tas ransel yang besar itu.

"Mau gue bantuin gak?" tawar Magma saat mendekati gadis tersebut.

Dari jarak dekat Magma baru sadar bahwa gadis ini adalah Bintang sahabat dari adiknya, Langit. Magma juga berteman dengan Bintang sedari kecil sama seperti Langit. Tapi bedanya Magma tak terlalu dekat dengan Bintang. Bintang adalah sahabat dari adiknya hanya sebatas itu meskipun Bintang sering bermain ke rumahnya untuk bertemu Langit tapi bukan berarti Magma sedekat itu dengan Bintang.

Bintang juga sering belajar bersama dengan Magma. Karena Magma pintar dan mereka satu jurusan jadi Bintang dengan mudah meminta bantuan kepada Magma saat gadis itu tak mengerti tentang pelajarannya.

Magma juga dengan senang hati akan membantu gadis itu mengajarnya sampai benar-benar paham, baginya membagi ilmu kepada orang itu perlu agar tidak berhenti di satu orang saja. Namun, terkadang dia harus menghadapi sikap adiknya yang terkadang terlalu possessive kepada Bintang bahkan Langit tak segan-segan sering menghadiahkannya pukulan saat dirasa bahwa Magma terlalu mencari perhatian kepada Bintang.

"Eh kak Magma. Makasih tapi nggak apa-apa kok gue bisa sendiri. Lagian juga ini nggak berat kok." Bintang berusaha menahan tas dengan kedua tangannya, ia hendak meletakkan tasnya di tangga ketiga bawah, namun badannya malah oleng hingga ia terjatuh dan menimpa Magma yang berada satu tangga dibawahnya.

Gubrak!

"Aduh!"

Mereka terjatuh dengan posisi wajah Bintang yang berada tepat di samping wajah Magma. Seakan-akan Bintang tengah memluk Magma. Bintang bahkan bisa mencium wangi parfum Magma yang menurutnya sangat menenangkan.

Bintang mencoba untuk berdiri tapi matanya tak sengaja bertemu dengan manik mata milik Magma yang teduh dan sangat indah. Mata hitam dengan sorot yang menghangatkan hati Bintang, ternyata mata Magma sangat indah.

"Eh lo mau sampai kapan ngeliatin gue kayak gini?" ucapan Magma membuyarkan lamunan Bintang.

"Duh maaf ya, Kak."

Magma bangun saat Bintang sudah tidak berada di atasnya. Dilihatnya wajah Bintang yang kini sudah seperti kepiting rebus.

"Santai aja lagian sih lo udah gue tawar buat bantuin tapi malah nolak."

"Gue fikir gue gak mau ngerepotin orang." Bintang tersenyum, entah mengapa jantungnya serasa ingin keluar dari tempatnya karena melihat Magma yang kini tengah membalas senyumnya, meskipun ini bukan pertama kalinya Magma tersenyum kepadanya, Bintang baru sadar jika diperhatikan senyuman Magma sangat manis cowok itu akan terlihat tampan berkali lipat saat tersenyum, pantas saja Magma juga banyak yang suka selain karena dia ketua osis cowok itu juga memiliki wajah yang tak kalah tampan dengan Langit.

LANGIT (On Going)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu