Bagian 3|Langit batu

160K 10.9K 537
                                    


Saat mencintaimu tanpa ada tujuan untuk bersama mengikat hubungan. Mencintaimu dalam diam mungkin menjadi pilihan terbaik.

"BINTANG PULANG YUK!" teriak Langit sembari melangkah menuju Bintang yang tengah mengobrol dengan Magma dan kebetulan koridor saat ini tengah ramai.

Bintang merasa semua perhatian tertuju padanya, hingga membuat perempuan itu menutup mukanya menggunakan buku paket Biologi yang tengah ia bawa dan di sampingnya ada Nessa dan Sasa yang tengah menahan tawanya melihat pemandangan yang sudah tak asing lagi di indera penglihatan mereka.

Merasa sudah sangat dekat dengan Langit, Bintang perlahan membuka tutup mukanya yang sedari tadi menutup harga dirinya lalu menjewer telinga Langit.

"Aww ... Bintang sakit bego."

"BINTANG LEPASIN!"

"Kak Magma, Bintang duluan ya," ucap Bintang berpamitan kepada Magma.

"Iya nanti kalau ada yang belum lo ngerti tanyain aja sama gue. Eh, nanya pas belajar bareng nanti aja. Gue tunggu di rumah ya," ucap Magma disertai senyuman manisnya membuat siswi yang berada di koridor memekik kegirangan melihat senyuman Magma.

"Caper lo," sinis Langit pada Magma.

Dengan segera Bintang menggiring Langit menjauhi Magma.

"BINTANG SAKIT BEGO!"

Bintang semakin mengencangkan jewerannya pada telinga Langit dengan menggeret cowok itu menuju kantin tempat mereka sering menghilangkan dahaga dan menghilangkan rasa lapar, dan di belakang mereka, Nessa dan Sasa tengah tertawa.

"Duduk lo!" sentak Bintang sambil melepaskan jewerannya dengan kasar.

"Lo ganas banget sih pantesan aja lo jomblo terus," ujar Langit sambil mengelus telinganya yang terasa ingin putus.

"Apa lo bilang?!" teriak Bintang.

"Udah napa Bin lagian juga lo gak liat tuh telinganya udah kayak habis direbus terus lo gak malu gitu sekarang kita udah jadi pusat perhatian," bela Nessa yang melihat Langit yang tengah meringis sambil mengusap telinganya.

"Bodo," ujar Bintang sambil menatap tajam ke arah Langit.

"Ada apa sih Nes kok si Langit di jewer telinganya sama nenek lampirnya," sahut Raka yang baru saja menghabiskan minumannya.

"Itu si Langit teriak-teriak di koridor. Lagi ramai terus si Bintangnya malu," jawab Nessa menjelaskan membuat manusia yang berada di meja itu mendengarnya.

"Emang Langit teriak apaan Sa?" ujar Daffa ikut berbincang dan mengelus kepala Sasa yang berada di dekatnya.

"kayak gin nih 'Bintang pulang yuk'," ujar Sasa sembari meniru suara Langit dan membuat semua tertawa.

"Lo sih Lang ngapain juga teriak-teriak di koridor," timpal Daffa.

"Tau si Langit goblok banget si." kini Raka yang giliran berbicara, tak habis fikir dengan kelakuan sahabatnya itu.

"Diem lo!" sentakan Langit membuat mereka semua terdiam

"Gue mau balik." Bintang berdiri lalu tangannya segera di tahan oleh Langit yang tepat berada di sampingnya.

"Apa?" Tanya Bintang melihat wajah Langit dengan ekspresi memelasnya.

"Buru-buru amat lo, gue masih kangen tau," ucap Langit memeluk lengan gadis itu erat.

"Gak bisa gua ada janji sama kak Magma buat belajar bareng, ntar gue bisa telat lagi kalo nurutin kemauan lo," sinis Bintang.

"Bentar aja kok janji deh ntar gue yang bakal nganterin lo," ujar Langit.

LANGIT (On Going)Where stories live. Discover now