Bagian 6 | Permainan Langit

104K 8.7K 210
                                    


B

INTANG bersenandung ria sambil memasukkan alat tulisnya ke dalam tas ranselnya. Gadis itu beranjak dari kursinya sembari mengedarkan pandangan melihat murid SMA Pelita sudah berhamburan pulang termasuk kedua sahabatnya yang sudah lebih dahulu meninggalkannya.


"Bintang, lo mau langsung pulang?" tanya Langit yang sudah berdiri di sampingnya membuat Bintang menolehkan kepala.

"Mau tidur dulu," jawabnya asal kemudian melangkah keluar kelas di ekori Langit.

"Lo beneran mau langsung pulang?"

"Iyalah. Mau kemana lagi emangnya?" sahutnya dengan mencibir ke arah Langit.

"Ya udah, temenin gue latihan basket ya? Entar gue beliin permen lollipop deh pulangnya."

"Cih. Elo kira gue mau disogok karena permen doang?" cibir Bintang mengomel dengan mengangkat dagu seakan menantang.

"Gue gak mau kalo cuma satu maunya dua doong, heheh," tambahnya sudah menyengir membuat Langit berdecak gemas dengan menjulurkan tangan, menepuk kepala mungil gadis itu.

"Yuk ke lapangan!" teriak Bintang sudah heboh sendiri dengan wajah berbinar.

Langit yang melihat itu jadi senyum sendiri, mau bagaimanapun kelakuan Bintang. Di mata Langit, Bintang tetap cantik, imut, menggemaskan dan masih menjadi kesayangannya.

Tiba-tiba Bintang merasa tengah melupakan sesuatu. Gawai Bintang ketinggalan di kelas, itu artinya gadis itu harus kembali ke kelasnya yang berada di lantai dua.

"Lo kenapa?" tanya Langit sambil menatap Bintang yang terlihat bergerak gelisah.

"Lo mau kemana?" tanya Langit sekali lagi setelah berhasil mencegat Bintang.

"Balik ke kelas, hape gue ketinggalan." Bintang mendorong tubuh Langit.

"Minggir, gue mau lewat." Bukannya minggir, Langit malah menahan Bintang.

"Bentar dulu, gue ikut!" Langit berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Bintang saat Bintang berjalan dengan langkah lebar.

"LANGIT!"

Langit dan Bintang membalikkan tubuhnya, ternyata yang memanggilnya adalah Keira cewek yang tengah berpacaran dengan Langit. Gadis itu terlihat ngos-ngosan sambil berlari mendekati Langit.

"Cewek lo tuh." Bintang menyenggol lengan Langit.

"Apa?" tanya Langit terlihat malas-malasan bertemu gadis itu.

"Lo belum pulang?" tanya Keira balik.

"Menurut lo aja," jawab Langit seadanya.

"Lo kenapa belum pulang?" Langit bertanya balik.

"Emm gue lagi nungguin lo selesai latihan. Hari ini lo latihan basket kan?" Langit mengangguk.

"Lo nggak perlu nungguin gue, mendingan lo pulang deh."

"Tapi Lang, gue hari ini sengaja nggak kemana-mana buat nemenin lo basket."

"Gue kan udah bilang pulang ya pulang, lo gak budeg kan?" Langit menjawab acuh.

Bintang terdiam. Matanya tetap menatap kedua sejoli itu.

Satu tangan Keira memeluk lengan Langit dengan manja.

"Ngapain sih lo pegang-pegang tangan gue?" cowok itu berusaha melepas tangan perempuan yang sedang gelendotan di lengannya.

"Kan kita pacaran," jawab Keira sambil tersneyum.

"Pacaran bukan berarti boleh megang-megang!" sentak Langit.

"Langit kok kasar sih!" Keira mengerucutkan bibirnya.

"Mending lo pulang deh, lagian juga ada Bintang yang nemenin gue latihan." Keira terlihat tak suka mendengar ucapan Langit barusan.

"Apa-apa Bintang, pacar lo itu sebenarnya Bintang atau gue sih?" wajah perempuan itu terlihat menatap Langit dan Bintang dengan nyalang.

"Apa istimewanya sih cewek ini? Padahal cantikan gue kemana-mana." Keira mengamati penampilan Bintang yang terlihat biasa saja.

Reaksi Bintang melotot tak terima. Kenapa ia malah terseret pada hubungan tidak jelas ini?

Langit menatap Keira dengan tersenyum remeh kenapa dia harus membandingkan dirinya dengan Bintang, jika di suruh memilih Langit akan menjawabnya dengan tegas bahwa dia lebih memilih Bintang.

"Gak usah banding-bandingin diri lo sama Bintang," jawab Langit.

Keira menatap Bintang dengan tatapan sinisnya.

Menyadari bahwa situasi tidak kondusif akhirnya Langit angkat bicara.

"Gue lebih cantik dari dia Langit dan gue pacar lo, harusnya gue yang nemenin lo bukan dia!"

Langit tersadar akan sesuatu, otaknya mulai berjalan. Api kalau dibalas dengan api akan menimbulkan kebakaran, maka yang dilakukan cowok itu adalah mendekat dan mengusap kepala Keira dengan lembut.

"Maafin gue ya tadi kebawa emosi dan ngebentak lo," ujar Langit.

Bintang menatap Langit dengan jijik. Secepat itu perubahan hati Langit.

"Sekarang pulang ya?" ucapan lembut Langit bagaikan hipnotis bagi Keira, gadis itu langsung mengangguk lalu mengecup pipi Langit. Bintang memutar bola matanya.

"Kalau udah sampai rumah kabarin gue ya?" ucapan Keira hanya dibalas anggukan oleh Langit setelah itu Keira melangkah meninggalkan mereka.

Langit menatap Bintang yang tengah menatapnya dengan tatapan seakan tengah menahan tawa yang sebentar lagi akan meledak.

"Dasar bucin, cowok freak!" teriak Bintang lalu berjalan menuju kelasnya diikuti suara tawa menggelegar dari Bintang.

"Tumben banget sih lo nurut sama cewek," ejek Bintang.

"Besok juga gue putusin kok," Tukas Langit.

"Lah kenapa?" tanya Bintang.

"Gue bosen lagian juga dia itu terlalu lebay. Gue nggak suka."

"Terus lo sukanya yang kayak gimana?" tanya Bintang.

"Kayak lo," jawab Langit.

LANGIT (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang