Bagian 7| Magma lagi.

100K 8.3K 201
                                    

Follow akun instagram wattpadsulha doong!!










BINTANG berbelok menaiki tangga rumah Langit, dirinya tak sengaja bertemu seseorang yang terlihat baru saja turun dari tangga.

"Eh, maaf." Bintang mendongak melihat orang yang sedang berada di depannya dan kini sedang menahan lengannya agar tidak terjatuh.

"Eh kak Magma? Gue minta maaf ya gue bener-bener gak liat tadi."

Magma tersenyum. Ia melepaskan tangannya.

"Iya gak apa-apa. Lain kali hati-hati, udah dua kali loh, jatuh di tangga kayak gini."

Bintang mendadak salah tingkah kala mengingat kejadian itu. Ia bahkan tak menyadari kalau Langit tengah berada di belakangnya, memperhatikan gelagatnya.

"Duh jangan diingetin dong kak."

Magma tertawa. Membuat jantung Bintang berdegup lebih dari biasanya bahkan rasanya jantungnya ingin lompat dari tempatnya.

Bintang melihat Magma tanpa berkedip sekalipun. Membuat Langit kesal, dan langsung menarik Bintang agar menjauhi Magma.

"Jauh-jauh lo dari cewek gue," ujar Langit. Tatapan cowok itu tajam seakan ingin memangsa cowok di depannya.

"Langit." Bintang memberikan tatapan tajam kepada Langit.

"Emang lo siapanya Bintang? Pacarnya juga bukan."

"Mending lo jauh-jauh dari Bintang."

"Kak Magma maafin Langit ya."

"Ngapain lo minta maaf ke dia? Gue nggak salah. Gue cuma mau ngejaga apa yang gue punya."

"Langit," Bintang menatapnya kesal.

"Jangan belain dia Bintang." Langit membalas tatapan Bintang lekat.

"Kak Magma itu kakak lo Langit, jadi lo juga harus sopan sama dia."

"Bintang!" Langit menggeram, ia terlihat mulai kesal.

Langit berjalan menaiki tangga.

"Lo mau kemana?" tanya Bintang.

"Ke kamar. Tungguin gue di belakang, gue mau ambil gitar dulu."

"Maaf ya kak Magma," kata Bintang yang tengah melihat ke arahnya.

"Iya gak apa-apa kok. Santai aja," balas Magma.

"Malam minggu ada acara nggak?" tanya Magma.

Bintang berfikir sejenak, "Emmm, malam minggu ya? Kayaknya sih nggak."

"Berarti bisa dong?"

"Hah? Mau ngapain?" tanya Bintang salah tingkah.

"Sedot wc," canda Magma.

"Mau jalan-jalan nggak sama gue?" tanya Magma.

Hanya cewek yang nggak waras nolak di ajak jalan sama Magma. Inget, rezeki nggak boleh ditolak. Apalagi kalau rezekinya jalan sama cowok ganteng selain Langit.

"Jadi, lo mau nggak?" tanya Magma kembali.

"I-I iya kak." ucap Bintang.

"Malam minggu gue jemput jam 7 malam," ucap Magma, Bintang hanya mengangguk pelan dan tersenyum.

....

Bintang masuk ke dalam mobil Langit. Sudah menjadi kebiasaan jika Bintang selalu diantar jemput oleh Langit untuk jalan dan pulang sekolah bersama. Apalagi jarak rumah mereka yang hampir tidak ada, alias tetanggaan.

"Lo kenapa senyam senyum kayak gitu?" tanya Langit karena sedari tadi Bintang tersenyum sambil memainkan gawainya.

"Siapa yang udah buat lo sebahagia itu?" tanya Langit kembali dengan perasaan jengkelnya.

"Pengen tau aja lo," jawab Bintang ketus.

"Siniin Hp lo." Langit mencoba meraih ponsel Bintang namun gagal karena gadis itu sudah lebih dulu menyembunyikan ponselnya.

"Ih, apaan sih." Bintang menoyor kepala Langit agar menjauh.

"Lo lagi chat sama siapa sih?" cowok itu nampak kesal dengan Bintang. Karena setelah Langit sedikit menjauh gadis itu tertawa sambil mengutak atik ponselnya.

"Ayo berangkat!" ujar Bintang.

Dengan sedikit rasa kesal Langit menancapkan gas mobilnya hingga mereka tiba di parkiran sekolah. Langit merasa ada yang berbeda hari dengan Bintang hari ini. Bintang seperti tidak banyak berbicara padanya dan terkesan tak perduli biasanya gadis itu akan banyak berceloteh saat bersamanya tapi tadi gadis itu hanya fokus pada ponselnya.

"Tunggu bentar!" Langit mengejar Bintang saat Bintang sudah keluar dari mobilnya.

"Apa?"

"Lo kenapa?"

"Emang gue kenapa?"

"Lo nggak banyak omong sama gue."

"Jangan lebay deh," ujar Bintang.

"Lo kenapa?" Langit berdecak dia tidak suka mendengar ucapan Bintang yang barusan.

"Enggak ada," jawab Bintang santai.

"Siniin Hp lo." Langit kembali meraih tangan Bintang yang menggenggam ponselnya.

"Gue mau liat, lo chat sama siapa sih sampai berani ngacuhin keberadaan gue." Langit berhasil merebut ponsel milik Bintang.

"Jangan mulai deh Lang, ini masih pagi. Sini kembaliin HP gue." Bukannya menuruti perkataan Bintang, Langit memasukkan HP Bintang ke dalam saku celananya.

"Jangan mancing emosi gue!" Bintang terdiam mendengar anacaman Langit.

"Langit balikin HP gue!" Bintang menarik ujung seragam Langit.

"Kalo gue nggak mau?"

"Langit jangan ngeselin deh!"

Bintang mengikuti arah jalan Langit sambil tetap menarik ujung seragam Langit seperti seorang anak yang tidak mau ditinggal oleh ayahnya.

"Langit balikin," jerit Bintang mengundang tatapan dari semua murid Pelita yang menatap mereka penasaran.

"Kalo gue bilang enggak ya enggak. Diem deh takut banget sih diliatin HP nya doang." Emosi Langit mulai naik.

"Langit!" kesal Bintang.

"Lo mau apa sayang?" tanya Langit mengusap kepala Bintang lembut.

"HP gue balikin."

"Lo mau ikut gue masuk kelas? Gue tau lo nggak bisa jauh-jauh dari gue tapi lo juga harus belajar Bin."

"Gue nggak mau ya anak-anak gue nanti bodoh gara-gara Ibunya nggak pernah sekolah," lanjut Langit.

LANGIT (On Going)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin