Curhat Seorang Gay 3

612 18 14
                                    

Setiap hari saya selalu berdo'a agar saya bisa memberikan nafkah bathin kepada istri saya. Hingga akhirnya Tuhan pun menjawab doa-doa saya.

Di pagi hari yang dingin, karena hujan tidak berhenti sejak malam tadi. Tiba-tiba ada yang bergerak-gerak di balik celana dalam saya. Saya mengalami morning erection. Perkakas saya berdiri tegak seperti tiang bendera. Saya merasa horny. Kemudian saya mendekati istri saya. Saya peluk dia. Saya gerayangi dia. Saya mencumbuinya. Menciuminya. Dan selanjutnya peristiwa mendebarkan itu terjadi. Saya dan istri saya bercinta untuk pertama kalinya.

Saya bisa menikmati istri saya dengan sendirinya. Masuk tanpa kendala yang berarti. Sejak saat itu, kami jadi rutin melakukan kegiatan ranjang layaknya sepasang suami istri.

Namun, terkadang meskipun kami sudah sering ber-haha-hihi di kasur. Saya masih saja mendapatkan kendala. Pernah suatu ketika benda kelelakianku tak bisa ngaceng. Kondisinya sangat lemes. Tak bergairah. Seperti burung yang tidak memiliki sayap. Tak berdaya. Tak bisa terbang tinggi.

Saya mencoba merangsang diri dengan memikirkan video sex gay yang pernah saya tonton. Dan akhirnya alat kelamin saya berdiri lagi. Hingga saya bisa memuaskan sang istri.

Akan tetapi, sekarang Alhamdulillah saya selalu bergairah. Otong saya berfungsi dengan baik. Kapan harus ngaceng saat diperlukan. Mungkin, saya berubah menjadi Biseksual. Karena hingga kini saya masih tertarik dengan laki-laki.

Meskipun saya berhasrat sama laki-laki, tetapi saya selalu memegang teguh prinsip keimanan saya. Saya tidak akan bercinta dengan sesama jenis. Karena saya tahu bahwa perbuatan itu salah. Tidak bisa dibenarkan dengan dalih apapun. Sehingga, walaupun saya ngaceng lihat tubuh sexy pria, tetapi dengan sekuat tenaga saya pasti meredamnya.

Saya cukup puas bercinta dengan istri saya. Begitu juga dengan istri saya. Dia juga sudah merasa puas dengan pelayanan seksualitas dari saya. Dan saya sangat bersyukur sekali. Apalagi saat ini istri saya sedang mengandung anak kami yang pertama. Sungguh, betapa bahagianya saya.

Catatan Sang PerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang