Catatan Si Dion 3

807 33 7
                                    

Catatan Si Dion 7

Pada suatu hari, ketika aku sedang libur bekerja. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan kedatangan Rani. Aku yang sedang terbaring sambil menulis buku diary terkesiap dan buru-buru menyembunyikan buku rahasiaku ini di bawah bantal.

"Rani ... Kamu datang kemari?" tanyaku heran menatap kehadiran wanita berambut panjang itu berdiri di depan pintu.

Rani hanya tersenyum sambil menyapukan matanya ke seluruh ruangan.

"Agung sedang bekerja, Ran ... Dia tidak ada di sini."

"Iya, aku tahu, Yon ..."

"Lantas, ada maksud apa kamu datang kemari?"

"Aku tidak mencari Agung ... Yang kucari adalah kamu, Dion ..."

"Hah? Kamu mencari Aku?"

"Iya!"

"Buat apa?"

"Aku pengen ngobrol sama kamu, Yon ... Boleh?"

"Tentu saja boleh, Ran ... Aku senang bisa ngobrol dengan kamu."

"Terima Kasih!"

Rani mendekati aku dan duduk manis tepat di sebelah kiriku.

"Well, kamu hendak ngomong apa kepadaku, Ran? Apakah kamu mau curhat lagi tentang Agung?" ucapku penasaran.

"Mmmm ..." Rani tak langsung bicara. Matanya menyelidik ke sekujur tubuhku. Aku jadi salah tingkah dan tertunduk malu.

"Ya ... Sebenarnya aku juga mau curhat, tapi sebelum curhat aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan tentang kamu, Dion ... Apakah kamu keberatan?" ujar Rani kaku.

"O, tentu saja tidak!" timpalku.

"Dion ... Apa kamu baik-baik saja?" kata Rani pelan, tapi sedikit mengusik rasa penasaranku yang jadi makin berkobar.

"Maksudnya?" Aku mengernyit.

"Kamu sehat, bukan? Kamu tidak sedang sakit serius 'kan, Dion?"

"Kenapa tiba-tiba kamu pertanyakan hal ini?"

"Maaf Dion jika aku telah lancang. Selama ini aku sering memperhatikan kamu. Dan kian hari wajahmu semakin pucat. Tubuhmu juga semakin kurus. Sebagai teman aku benar-benar tidak tega dan jadi berpikir kalau kamu sedang menderita suatu penyakit yang serius ...."

Mendengarkan ucapan Rani aku jadi langsung bergeming. Bibirku terkatup. Sekujur tubuhku gemetaran. Dan kedua mataku mendadak berkaca-kaca. Aku terharu, ternyata masih ada orang yang mempedulikan dan memperhatikan aku sejauh itu.

"Hehehe ... Terima Kasih atas perhatian kamu, Ran ... Tapi percayalah aku baik-baik saja. Kamu tak perlu mengkhawatirkan Aku. Wajahku pucat mungkin karena aku kelelahan saja."

Aku tersenyum. Berusaha tegar. Menyembunyikan keadaanku yang sebenarnya.

"Ya ... Mas Agung juga bilang begitu. Dia berpikir kalau kamu kecapekan karena kamu seorang yang pekerja keras."

"Dan kurasa Agung benar!"

"Hehehe 😅"

Rani tersenyum, Aku juga.

Usai mengobrol aku pamitan ke kamar mandi karena kebelet kencing. Aku meninggalkan Rani sendiri di kamar tidur. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan selama aku berada di kamar mandi.

Catatan Si Dion 8

Setelah membuang hajat, Aku kembali memasuki ruang tidur. Namun, apa yang terjadi? Saat aku keluar pintu, Rani telah menghadangku dengan tatapan mata yang sinis. Dia memandangku dengan sorotan mata jijik yang penuh kebencian. Ada apa ini? Mengapa Rani berubah menjadi  monster seperti itu?

Catatan Sang PerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang