Istriku Macho

568 14 14
                                    

Tanpa berpikir panjang Sunarti mengemasi pakaian-pakaiannya ke dalam tas besar. Dia sibuk dengan barang-barangnya itu setelah membaca SMS mesra di ponsel suaminya untuk yang  kesekian kalinya. Dan hal ini membuat Sunarti jadi naik darah. SMS itu pula yang menjadi penyebab pertengkaran dia dan suaminya. Hatinya kian meradang. Dia tak pernah ingin tahu siapa Sang Pengirimnya, namun tetap saja dari nomor yang sama, berulang-ulang dan membuat darahnya bergelagak. Seperti air yang mendidih.

"Cukup! Kali ini sudah tak ada lagi tolelir!" Batinnya marah. Menjerit.

Dia tergesa-gesa menuju pintu. Dua anaknya yang belum sekolah itu dia titipkan di rumah tetangga. Mereka tak menangis saat ditinggalkan karena memang saban hari anak-anaknya bermain di sana.

Sunarti meletakan secarik kertas di atas meja makan.

"Aku pulang kalau HP-mu sudah steril dari SMS-SMS brengsek itu. Mumet. Puyeng kepalaku. Aku nikah untuk bahagia, bukan nelangsa. Tuh, anak-anakmu ada di rumah Mbak Elis, silahkan urus!"

Sunarti menyeringai. Rugi rasanya membiarkan dirinya dimakan melankolis. Haram itu bagi ex remaja tomboy. Ingat dulu dia tersiksa banget lihat April sahabatnya tersedu-sedu sampai pingsan ketika diputusin pacarnya.

"Halaah, lu kripik amat jadi perempuan!" jerit Sunarti marah sambil menepuk-nepuk kasar pipi April. Akhirnya siuman.

"Lu tunggu di sini yah, aku cari bangsat itu!"

Lalu Sunarti mengitari halaman sekolah, mencari sosok culun dekil yang telah memutuskan sahabatnya itu. Tanpa sepatah kata pun, Satu tamparan sudah mendarat pedas di pipi Rahmat. Tak puas, dia mengulangi lagi di pipi yang satunya.

Mana berani Rahmat membalas 'Siswi Tanpa Air Mata' alias Si Tomboy jago karateka ban hitam yang bikin keder anak laki-laki seantero sekolah. Kebanggaan guru-guru dengan sikapnya yang selalu  menjadi Piter Pan.

Dan saat ini, yang menuntun kakinya hengkang untuk sementara dari rumah adalah sebuah kecemasan. Dia tak mau membuat suaminya KO di lantai karena amarah yang sudah tak lagi terbendung.

***

Rumah tampak sunyi. Adam (suami Sunarti) pulang dalam keadaan lelah dan mendapatkan setiap ruangan kosong. Dia mulai meneriaki satu per satu anggota keluarganya.

"Naar...!"

"Aliif...!"

"Ragiil...!"

Dia kembali menelan gaung yang memantul. Tak ada jawaban. Senyap. Seperti kuburan. Matanya lantas terpekur pada secarik kertas di atas meja makan.

"Daamnn!" Adam meruntuk. Meremas kertas berisi tulisan tangan istrinya. Bergegas lelaki jangkung itu pergi ke rumah tetangga sebelah dan ia mendapati anaknya sedang bermain di teras.

"Papa pulang ... Papa pulang!" Dua bocah itu menyeru kegirangan, menyongsong ayah mereka. Tetapi sikap lugu bocah-bocah itu justru membuat Adam jadi bertambah senewen. Geram. Namun Adam tak bisa berbuat banyak. Dia hanya menarik anak-anaknya dan membawanya pulang.

***

Sunarti menghilang tanpa jejak.  Bagai ditelan bumi. Tak ada di rumah mertua, sahabatnya atau di mana pun di kolong langit ini. HP-nya pun nonaktif. Mati. Tak bisa dihubungi.

Ini sudah hari kedua dan istri Adam itu raib entah kemana. Satu-satunya yang masih aktif adalah akun Facebook-nya. Akan tetapi tak ada respon.

"Heartless Woman!" maki Adam sambil melempar gelas plastik ke dinding.

Pasca istrinya minggat, otomatis semua pekerjaan domestik dia yang nelakukannya. Mulai dari menyuapi anak, memandikan, menemani bermain dan menidurkan mereka. Alhasil sudah dua hari ini dia terpaksa bolos ngantor. Makanan pun ia beli matang di warung.  Dia juga malu meminta tolong pada tetangganya. Dia takut aib keluarganya terbongkar dan diketahui banyak orang.

"Sunarti benar-benar sosok perempuan berhati batu. Bisa-bisanya meninggalkan anak-anaknya seperti ini. Ibu macam apa ini!" guman Adam penuh amarah.  Kalut dan kusut. Mau lapor sebagai orang hilang,  Adam pun enggan karena dia tahu, Sunarti sedang ngambek. Ya, istrinya yang tomboi itu ngambek gegara SMS-SMS mesra dari Titin. Wanita rekan kerjanya yang menaruh hati dan gatel sama dirinya. Adam sebenarnya  ada tiada nafsu sama perempuan itu. Namun serangan-serangan verbal itu semakin menggila. Iseng saja Adam meladeni, apalagi Titin sering sekali  mentraktirnya makan. Lumayan  menghemat anggaran belanja. Mau dilarang pun  ada rasa kasihan. Serba salah.

Hari itu ibu mertua Adam berkunjung. Gugup dia mengakui semuanya.

"Yo disudahi saja, Le. Lagian kamu emang salah. Sudah tahu watak istrimu begitu. Mending dia pergi. Daripada seisi rumah dia berantakin dan kau dibuat KO!" Mertuanya mengingatkan.

Adam terdiam. Pandangannya langsung menitik ke satu arah, deretan piala dan piagam pertandingan karate yang dimenangkan istrinya dulu.

Hiiiii, tetiba Adam bergidik.

"Bisa-bisanya aku berjodoh dengan seorang mantan karateka," batinnya menyesal.

"Istrimu itu kalau lagi marah suka tak sadar. Makanya kamu sing sabar tunggu dia pulang. Daripada terjadi KDRT dalam rumah tanggamu! Kasihan anak-anakmu itu! Yo wis, nanti ya, tak bantu cari. Ibu pulang dulu!"

Adam membisu. Rumah kembali sunyi. Namun tetiba saja HP-nya berdering. "Titin!" batinnya agak jengkel.

"Maaf, Dek. Mas mau minta tolong sama kamu ... mulai hari ini kamu nggak usah lagi SMS atau telfon. Mas sudah punya istri. Dan istrinya Mas ini... is the best!" Adam langsung menutup pembicaraan.

Lega...

***

Ini sudah hari ketiga dan Sunarti belum juga kembali. Adam akhirnya membuat status FB berharap istrinya itu membacanya

"Sunarti sayang...., Pulanglah. Abangmu tak siap jadi ibu rumah tangga. Abang diciptakan jadi pencari nafkah. Kasian Alif dan Ragil, mereka demam bergantian. Abang janji ... Mulai hari ini HP Abang STERIL! Sueeer....."

Adam sudah pasrah. Dan tertidur di sisi anaknya yang demam. Dia benar-benar kelelahan.

"Mas, bangun!" seru sebuah suara berat. Adam gelagapan dan melihat sosok istrinya yang perkasa berdiri di sampingnya. Adam spontan memeluk dan menciumnya. Sunarti kaku. Dia lebih peduli sama anaknya yang lagi mengigau karena efek demam tinggi.

Dengan telaten dia mengompres dan memberi minum obat Ragil. Air matanya tumpah. Air mata seorang ibu. Segarang apa pun dirinya dia tetap seorang ibu.

"Maafkan Bunda, Sayang... Bunda janji tak akan tinggalkan Ragil lagi."

Sunarti menitikan butiran air matanya. Perempuan macho  itu menangis. Adam kelu. Dalam hatinya dia berjanji tak mau lagi bermain-main dengan seorang wanita mana pun. Namun sisi hatinya yang lain bagai kran air yang terbuka..... akhirnya dia bisa terbebas dari tugas-tugas domestik seorang ibu rumah tangga.

HP-nya berdering lagi. "Titin!"

"Maap, Tin sudah berapa kali saya sampaikan, saya STERIL! Kamu bandel ya, Fix kamu saya blokir!"

Sunarti terkekeh mendengar ocean suaminya.

Catatan Sang PerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang